Hari ini adalah hari Minggu, hari yang digunakan hampir semua orang untuk istirahat dan bersantai sejenak, sebelum melanjutkan rutinitas seperti biasa kembali keesokan harinya.
Namun hal tersebut tak berlaku untuk Arvelyn, gadis itu saat ini sedang sibuk mengurusi masalah baju. Setelah membeli baju baru kemarin, sekarang ia sedang memilih baju yang sekiranya masih pantas digunakan dari banyaknya baju kurang bahan milik Arvelyn asli.
"Ini sisanya gue kemanain, ya?" Melihat bertumpuk-tumpuk baju kurang bahan yang sudah dipisahkannya, ia kebingungan sendiri untuk dikemanakan baju ini nantinya.
"Kalo misalkan gue sumbangin bukannya jadi pahala malah jadi dosa nanti." Gumam gadis itu. Memangnya mana ada orang yang menyumbangkan baju terbuka seperti ini?
Arvelyn berfikir keras. Kira-kira baju ini cocoknya dimana?
Sebelum akhirnya sebuah ide brilian muncul di otak kecilnya.
"Jual! Gue bisa jual baju-baju ini! Lumayan buat nambah-nambah duit, walaupun gue gak kekurangan duit, sih. Tapi ini bajunya masih bagus, sayang kalo dibuang." Ucap gadis itu sambil tersenyum lebar.
Haha! Auto banyak duit ini mah!
Memotret baju-baju miliknya dengan sebagus mungkin, Arvelyn akhirnya memasukkan hasil foto tersebut ke salah satu aplikasi belanja online. "Selesai! Masalah nganterin baju bisa gue suruh sopir." Ucap gadis itu senang.
"Sekarang mari kita room tour!" Teriak Arvelyn dengan semangat karena setelah jiwanya menempati tubuh ini, ia belum mengetahui dengan detail seisi kamar milik Arvelyn asli.
Menjelajahi setiap sudut kamar ini Arvelyn kira akan ada buku diary atau semacamnya, namun ternyata ia malah menemukan sebuah album foto.
Di lembar pertama terpajang foto Arvelyn asli yang masih bayi digendong oleh Seno, lalu ada Rania yang duduk di kursi sebelah mereka. Lembar berikutnya pun tak jauh beda, rata-rata berisi foto masa kecil Arvelyn asli. "Arvelyn waktu bocil gemoy juga." Gumamnya sambil terus melihat-lihat foto di sana.
Hingga tepat pada lembar ke sepuluh, ada satu foto yang menarik perhatian Arvelyn. Foto itu berisikan dua anak kecil berbeda gender sedang berpelukan, dengan anak laki-laki yang mencium pipi si anak perempuan.
"Anjir! Si Arvelyn serem juga, masih bocil maennya udah cium-ciuman." Ucap Arvelyn sambil menutup mulutnya dramatis.
Setelah foto itu, lembaran-lembaran berikutnya kebanyakan berisi foto Arvelyn kecil dengan anak laki-laki tersebut.
"Ni bocah siapa, sih? Banyak amat foto Arvelyn sama dia." Arvelyn kembali membuka lembar selanjutnya. Di sana terlihat Arvelyn kecil yang sudah mengenakan seragam putih merah, beserta anak laki-laki di sebelahnya yang juga mengenakan seragam khas sekolah dasar tersebut.
"Gue tanyain ah, sama Bunda!" Secepat kilat, Arvelyn berlari menuruni tangga menuju ke ruang keluarga, dimana Rania berada sekarang.
"Bunda!" Panggilnya, lalu segera duduk disamping wanita yang kini berstatus sebagai ibunya tersebut.
"Hmm.." jawab Rania cuek, Ia masih fokus menonton televisi yang kini menayangkan seorang wanita yang sedang menangis pilu akibat diselingkuhi oleh suaminya.
"Bun, liat!" Arvelyn menunjuk foto dimana Arvelyn kecil sedang dicium oleh bocah laki-laki. "Ini siapa?" Tanyanya.
Dengan malas Rania ikut menatap foto tersebut. Melihatnya ia mengerutkan kening heran. "Ya itu kamu, lah!" Jawabnya.
"Ish, yang ini, Bun! Bocil inii!!" Arvelyn menunjuk tepat pata wajah anak laki-laki itu.
"Itu Artha, lah!" Jawab Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Fiancé [HIATUS]
Подростковая литератураNaya Rivera, gadis 19 tahun yang mati akibat kecelakaan beruntun yang dialaminya ketika ia hendak pergi ke kampus. Namun bukannya pergi ke alam baka, jiwa Naya malah tersesat ke dalam tubuh seorang figuran di dalam novel yang baru saja selesai dibac...