n : sorry banget bahasanya suka berubah² sesuai mood. Enjoy the story aja yaa ✋ kalo ada typo comment yaa guys, sowwryyy.
"Mas belum jawab pertanyaan aku." Aku mengalihkan pandanganku keluar jendela mobil.
"Jawab dulu pertanyaan mas." Karena tak ingin cari mati, aku pun mengikuti perintahnya. "Aku takut sama mas!" Setelah menjawab itu, aku menjauhkan tubuhku. "Bukan karena Andre?" Tanya mas Meda lagi, "Aku mana tau Andre anak pemilik kosan itu." Pria yang disebut suamiku itu tampak puas dengan jawabanku, ia merilekskan tubuhnya dengan bersandar pada kursi mobil.
"Sekarang mas jawab pertanyaan aku."
Mas Meda membuka sabuk pengamannya kemudian menatapku, "dengerin mas baik baik" aku mengangguk kemudian membiarkan mas Meda melanjutkan kata katanya, "di kampus, Andre itu terkenal banget di kalangan mahasiswa ataupun mahasiswi, kenapa? Andre itu sering banget jadiin cewek bahan taruhan sama geng gengan nya. Mas masa bodo sama aja mereka, karena itu bukan urusan mas. Tapi mas gak bisa kalo mereka jadiin kamu target selanjutnya" aku tidak begitu terkejut dengan penjelasan dari mas Meda tentang Andre karena aku pikir lagipula aku tidak sedekat itu dengannya. "Mas juga udah janji buat jagain kamu disini, dan satu hal lagi" mas Meda berhenti.
"Kenapa?" Tanyaku seraya menatap tatapan mata mas Meda yang tampak ragu ragu, "mas gamau kehilangan kamu. Entah Andre siapapun laki laki diluar sana, mas gamau Tamara. Apa kamu sama sekali gak ada rasa sama mas?"
Aku terdiam merenungkan pertanyaan mas Meda, Kemudian aku keluar dari mobil tanpa aba aba dan membuka pintu sisi sebelahnya. "Biar aku aja yang nyetir mas." Sontak mas Meda bingung dengan perubahan ku yang begitu cepat.
"Buruan mas" pria yang sebelumnya memerintahku akhirnya takluk setelah mengungkapkan isi hatinya.
Sebelum melajukan mobilnya, aku mengecek sabuk pengaman mas terlebih dahulu. "Tunjukkin jalan ke rumah sakit terdekat." Ucapku pada mas Meda yang terdengar seperti sebuah perintah. "Langsung Kerumah aja" bantah lelaki keras kepala yang sedang berada di sebelahku sekarang.
"Ish, tinggal tunjukkin aja susah banget sih!" Aku menatap tajam ke arahnya sekilas kemudian fokus menyetir, "Mas serius sayang, ini bisa diobatin dirumah aja kok." Ah sial, pria ini bisa bisa bikin aku gila! Dan ini pertama kalinya aku dengar kata 'sayang' dari mulutnya.
"Y-yaudah iya iya" aku tak lagi membuka mulut karena takutnya aku bisa bisa tak bisa mengontrol ucapanku dihadapannya hingga akhirnya kami sampai di apart.
Aku dibantu security untuk membawa barang-barang bawaanku, sementara aku membopong mas Meda yang terluka.
"Lho, pak Meda kenapa? Gak dibawa ke rumah sakit aja Bu?" Tanya security tersebut. Sebelum aku menjawab, mas Meda mendahului ku,
"Enggak apa apa kok pak, saya mau dirumah aja." Jawab mas Meda berusaha menyembunyikan rasa sakitnya. Security tersebut tampak tak ingin mengganggu kami dengan pertanyaan lainnya.
Sesampainya di unit, aku langsung membiarkan mas Meda duduk di sofa dan aku sibuk mencari kotak P3k di laci. "Di mananya mas?" Tanyaku, "itu laci yang warna biru." Akhirnya aku menemukan kotak tersebut dan membawanya ke dekat mas Meda.
Tiba tiba saja pria dihadapanku ini membuka baju atasannya, reflek aku melemparkan perban ke arahnya. "Mas ngapain?!" Pria itu malah tertawa lemah, "pake nanya lagi, gimana mau ngobatin mas kalo lukanya aja gak kamu liat?" Benar sih. . . Tapi minimal aba aba dong mas!
Aku pun membuka mataku, dan mulai mengobati luka luka yang berada di tubuh suamiku. Sangat aneh ketika aku menyebutnya sebagai suami tetapi memang begitu kenyataannya. "Mas sering olahraga?" Tanyaku yang sedari tadi gagal fokus karena tubuhnya yang kekar. "Iya, akh pelan pelan dek, ngilu banget disitu." Aku meniup niup lukanya yang baru saja aku lumuri dengan obat.
"Mas, aku minta maaf ya" ucapku sambil menutup luka luka mas Meda dengan perban. "Aku awalnya ngira yang jelek jelek, tapi ternyata niat mas ke aku baik. Aku juga minta maaf karena keluar apart dengan tujuan pindahan tanpa seizin mas, padahal aku istri mas." Aku menggigit bibir bawahku seraya menahan air mataku agar tidak terjatuh.
Walaupun aku belum tau pasti kebenaran tentang hal yang diucapkan mas Meda di mobil, namun aku bisa merasakan ketulusan pria ini padaku. Aku sangat terharu dibuatnya, entah apa yang terjadi di masa lalu hingga aku mendapatkan suami yang seperti ini. Aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi.
Jujur saja aku sangat bersyukur, tapi aku belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan bahwa aku sudah menikah saat ini.
Setelah selesai mengobati luka lukanya, aku hendak menaruh kembali kotak P3k ini namun mas Meda tiba tiba menyandarkan kepalanya di bahuku. Suara nafasnya terdengar jelas ditelinga ku. Aku bisa merasakan betapa lelahnya ia.
Entah sejak kapan aku mulai melunak, hingga memeluk tubuhnya. "Maaf ya. . ." Ucapku sekali lagi. Pria itu tak membalas ucapanku, tiba tiba saja ponselku berdering, dari layar aku melihat mama melakukan panggilan video. "Astaga! Mas mama video call!" Aku reflek mengambil ponselku dan menatap mas Meda. "Gimana mas?"
"Mas pake baju dulu." Aku pun membantunya memakai baju kemudian kami bersiap untuk menerima panggilannya. Wajah orang tua kami pun nampak di layar ponselku. "Assalamualaikum maa paa!" Ucapku bersamaan dengan mas Meda. "Waalaikumsalam, akhirnya diangkat juga, kita ganggu yaa?" Tanya mamaku, "Aduh maaf ya, kita telpon nya jam segini, jadi ganggu aktivitas kalian." Ucap mamanya mas Meda dengan nada jahil. Aku berbisik pada mas Meda, "mas ini maksudnya apa ya..."
"Hehehe, gak kok ma, belum mulai" aku menatap mas Meda tajam, bisa bisanya dia ngomong gitu! Kalo orang tua berharap yang macam macam gimana?! "Oalah belum. .kok keliatannya kalian capek banget ya?" Timpal mamaku. "Masa sih ma? Orang masih semangat gini." Tunggu, tampaknya aku salah ucap! Mas Meda juga reflek menoleh. "Yaudah kalau gitu, kita udahin aja ya. Mama juga udah ngantuk mau tidur" ucap mama mas Meda kemudian menutup telponnya.
"HUAAAAAA AKU SALAH NGOMONG!"
Voment for appreciate ✨
Kalau ada saran/masukan bisa di kolom komentar atau DM aja yaa!
see u in d next part
Enjoy~
KAMU SEDANG MEMBACA
my perfect 'Mas'
RomanceTerpaksa menikahi seseorang yang tidak dicintainya demi bisa melanjutkan pendidikan ke Jakarta, Tamara yang terkenal keras kepala tak mampu bekutik dikala dalam waktu semalam, dirinya sudah berstatus menjadi istri seseorang. Suaminya, Kameda Husein...