🍃 30 - Dunia Sempit

262 63 10
                                    

30 - Dunia Sempit



Jeya hanya bisa diam saat seorang wanita paruh baya memeluknya seraya menangis. Ia tak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Tadi pagi kakek tiba-tiba membangunkannya, mengajaknya pergi ke tempat spesial katanya. Namun ia harus dibuat tertegun bingung saat mobil kakek malah berhenti di depan rumah Haekal. Belum lagi ada seorang wanita sebaya ibunya Haekal yang membukakan pintu dan langsung menangis memeluknya.

"Tante, udah nangisnya, kasihan Jeya pegel dipeluk sambil berdiri gitu." Suara Haekal terdengar dari belakang tubuh perempuan itu. Jeya mendongak, seraya menatap Haekal bingung seolah bertanya; Kal, ini siapa?

Tapi yang ditanya hanya balas menatapnya tanpa memberi jawaban atas kebingungannya.

"Maaf ya, tante terlalu emosional pagi ini. Tante terharu bisa ketemu kamu lagi." Ia melirik kakek Jay yang berdiri di belakang Jeya. "Om, apa kabar?" Tak lupa ia menyalami tangan kakek Jay layaknya anak yang lama tak berjumpa orangtuanya.

"Kabarku baik. Bagaimana denganmu? Kamu baik-baik saja?"

"Seperti yang om lihat saya baik, Om. Maaf ya minggu lalu gak ikut papinya Feli, waktu itu lagi kurang enak badan."

"Tak apa, aku mengerti Ina."

"Maaf tante siapa?" tanya Jeya, karena jujur wajah perempuan itu terlihat familiar tapi ia tak mengenalnya.

"Ah, kamu pasti udah lupa ya sama tante? Haekal aja kemarin gak kenal sama tante." Ia meraih tangan Jeya, menggenggamnya sayang. "Nama tante Diana, panggil aja tante Ina."

"Beliau mamanya kak Feli." Ucapan Haekal membuat Jeya semakin bingung.

Oke, dia paham kenapa wajah perempuan itu terlihat familiar, karena wajahnya mirip Feli. Tapi kenapa orang ini ada di rumah Haekal?!

Tak lama perempuan lainnya keluar menyambut mereka. Ragu-ragu menyapa seraya menyalami kakek Jay. "Apa kabar, Om?"

"Kabarku baik. Bagaimana denganmu?"

"Saya ... saya juga baik."

Jeya ingin menyapa Suzy tapi perempuan itu menghindari tatapannya.

Suzy segera membuka pintu lebar. "Mari masuk, saya sudah masak sarapan untuk kita semua."

Kakek Jay mengangguk pelan. "Kebetulan kami belum makan."

"Kita 'kan memang sengaja mau sarapan bareng, Om." Ina menyahut. Tampaknya hubungan kakek Jay dengan Ina tidak secanggung dengan Suzy. Ina merangkul Jeya mengikuti langkah Suzy memasuki rumah.

"Sudah lebih dari dua puluh tahun tapi rumah ini tak banyak berubah," komentar kakek saat mulai memasuki ruang tamu.

"Saya memang sengaja tidak merubah desain rumah ini. Sekalipun kami renovasi, bentuk dan warnanya akan tetap sama."

Mereka berjalan ke arah dapur di mana sudah ada Haekal yang menata sarapan di sana.

"Maaf, makanan hanya sealakadarnya saja, Om," ucap Suzy. Kakek Jay menggeleng pelan.

"Tak apa, sudah dimasakan makanan saja, aku sudah senang." Ia duduk di kursi. "Sudah lama aku tidak memakan masakanmu."

"Saya juga bantu masak loh, Om," timpal Ina setengah bercanda.

Kakek Jay tertawa. "Aku tahu, kamu 'kan selalu merecoki kalau Suzy mengajari Ayu masak."

Jeya yang tak tahu apa-apa merasa pening dengan obrolan mereka.

"Kek, apa cuman Jeya yang gak tahu apa-apa di sini?" tanyanya tepat sebelum acara makan dimulai.

Ia sudah tak bisa menahan rasa penasarannya hingga acara makan usai. Ia harus tahu sekarang.

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang