Tanjirou Kamado menyalakan rokok dalam keheningan yang menyenangkan di taman belakang restoran miliknya. Mengisap dalam-dalam sembari menutup kedua mata. Ujung nikotin memang selalu bisa diandalkan dalam memberinya ketenangan dan kedamaian untuk sesaat.
Asap rokok membumbung tinggi merayap pada udara kosong. Malam hari di wilayah ini tidaklah buruk, begitu yang berputar di sepanjang benaknya.
Bila ada yang bertanya mengenai alasan Tanjirou mendirikan restoran di tempat ini, maka hanya satu jawaban singkat yang akan selalu dia deklarasikan;
"Aku lelah dengan ingar bingar perkotaan."
Bisa dipastikan, tiada keraguan apalagi penyesalan ketika Nichirin Restoran berdiri megah. Di seberang jalan raya tak jauh dari pedesaan yang tenang nan hijau oleh rimbunnya pepohonan.
Dia memang tidak menetap sepenuhnya di sini. Sesekali, bisa dihitung dengan jari, dirinya akan pulang menginap di Tokyo. Pada kediaman salah satu sahabatnya. Kendati, lantai tiga merupakan ruangan lengkap yang bisa ditempati sebagai hunian privasi jika ingin bermalam.
Mengingat di lantai paling atas, terdapat satu kamar tidur yang cukup besar. Ada pula dapur, kamar mandi, dan ruang duduk yang cukup luas. Bangunan yang memang diperuntukkan bagi seorang pria single seperti dirinya.Pengelola restoran itu sendiri bukanlah orang luar yang tidak saling mengenal. Bersama Zenitsu Agatsuma pelayan sekaligus penyambut tamu, turut pula Inosuke Hashibira bergabung menjadi penanggung jawab dalam hal peralatan, dan halaman depan maupun taman belakang restoran. Sedangkan terkait pembukuan juga juru masak, bisa dipastikan dilakukan sendiri oleh Tanjirou. Pemilik tunggal dari restoran itu yang terdaftar sebagai lulusan universitas luar negeri, sebagai seorang chef profesional.
Kedua sahabat dekatnya pun tidaklah sepenuhnya bekerja di sana. Mereka punya usaha dan pekerjaan lain tersendiri di tengah luasnya Kota Tokyo. Mendampingi Tanjirou mengelola restoran bersama; hal itu adalah bentuk perwujudan cita-cita mereka sedari zaman SMP.
...
Klontang!
"Selamat datang!"
Zenitsu praktis bersiaga. Memasang senyum hafalan; wajah ramah disertai ekspresi ceria tatkala bel di atas pintu berbunyi nyaring. Menandakan bahwa ada pelanggan yang baru saja masuk, atau hendak pergi setelah selesai bersantap di restoran.
Pasangan muda masuk dengan wajah tergurat kekhawatiran nyata. Entah apa yang sedang diperdebatkan secara sengit, namun sekilas, dapat terdengar oleh semua orang adanya kepanikan mengenai anak mereka yang masih berusia toddler.
"Maaf merepotkan Anda, tetapi, apakah di restoran ini ada kotak obat atau semacamnya? Anak kami tiba-tiba demam tinggi dan sulit menemukan Apotek. Rumah Sakit juga masih jauh dari jarak tempuh," terang si ibu gelisah. Meski kepanikan melandanya, namun dia patut diacungi jempol saat mendapati sikapnya yang masih berusaha setenang aliran air sungai.
Dihantam oleh sekelebat kekalutan yang ditunjukkan oleh pasangan muda di depannya. Kontan saja Zenitsu bersiap melontarkan pernyataan maaf dan kalimat penenang lainnya. Pasalnya, jangankan obat. Kotak obat standar saja mereka tidak punya. Ini semua murni keteledoran mereka yang selalu melupakan hal sepenting itu sebab tidak merasa membutuhkan. Padahal, benda yang dianggap remeh temeh bisa jadi sesuatu yang sangat dibutuhkan saat genting.
Dan pada kenyatannya, banyak hal tak terduga yang singgah di Restoran ini tak kenal waktu.
Tanjirou selaku pemilik restoran pun keluar dari dapur yang terhubung langsung dengan meja pelanggan.
Sama seperti rekan pirang tampannya, dia akan mencoba menawarkan alternatif lain dengan meminta bantuan pada warga setempat.
Sekiranya ada diantara mereka yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Karena Tanjirou pernah mendengar sekilas mengenai hal itu.Seorang pelanggan di pojok meja berdiri. Wanita paruh baya cantik ditemani suaminya yang punya wajah berwarna separuh ungu. Dikarenakan suatu penyakit bawaan, begitu yang pernah Tanjirou dengar rumornya.
Source; pintert
"Maaf jika saya terkesan lancang. Tapi jika berkenan, kami berdua bisa mengantarkan Anda ke Kediaman Wisteria tidak jauh dari sini."
"Apa itu sebuah Klinik atau pusat kesehatan?"
"Kami biasa menyebutnya Kediaman Wisteria atau Mansion Kupu-kupu. Di sana mereka punya obat-obatan dan tenaga medis. Semacam klinik kecil yang dikelola oleh seorang dokter muda." wanita cantik berhelaian putih itu berpikir sejenak.
"sebaiknya kita bergegas dengan mobil Anda, agar si kecil segera ditangani."Tak berselang lama mereka berlima keluar dan meninggalkan halaman restoran.
Tanjirou menautkan kedua alisnya.
"Kediaman Wisteria? Mengapa aku baru mendengarnya hari ini?" gumamnya pada diri-sendiri.Baik Inosuke dan Zenitsu yang memerhatikan pun mengangkat bahu. Tak tahu menahu perihal tempat yang mereka sebut dengan Kediaman Wisteria itu.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
His Precious Butterfly ✔️ [ REVISI ✔️ ] || TanjiKana
Fanfic[ REVISI ✔️ ] Area 17+ Ketika sebentuk masa lalu datang lagi dalam kehidupanmu, bagaimana rasanya? Sementara luka lama masih membekas begitu dalam, Saat ia meminta maaf dan pengampunan atas yang telah lalu, bisakah kau membuka pintu maafmu? Bukank...