4 - Kena pukul

72 21 17
                                    

" Terlalu fasih membahagiakan orang lain sampai lupa cara membahagiakan diri sendiri. "

~ Faaz Parvis Rayyan

***

Happy Reading

***

Semenjak kejadian 3 hari lalu Faaz menjadi pendiam. Beberapa kali laki-laki malang itu berusaha menghindari baik bertemu Felix maupun Keano walaupun hanyalah sia-sia belaka. Hey! Dia bukan siapa-siapa dirumah megah itu, hanya sebatas Pembantu. Ingat, PEMBANTU!

" Hey kamu kerja yang becus, cepat pel ulang bagian sini! " Perintah oma Anita pada Faaz yang sedari 10 menit yang lalu terus menerus diperintah mengepel lantai ruang tamu itu berulang-ulang. Oma Anita sengaja berjalan mondar-mandir diatas lantai yang masih basah, kemudian marah-marah dengan alasan lantainya kembali kotor padahal karena ulahnya sendiri.

" Setelah ini cuci mobil anak saya! Kamu tidak lihat apa 15 menit lagi mobilnya mau dipakai? " Sambung oma Anita dengan nada sengit.

" Yang memperlama juga anda! " Sindir Faaz dalam hati karena kelewat kesal. Mulut Faaz komat-kamit beristiqhfar mengalihkan rasa kesal yang dilandanya.

***

" Felix hari ini kamu berangkat bareng papa! " Ujar Keano selepas sarapan. Felix mendengar itu mendelik tak suka.

" Tapi pa.. "

" Papa tidak ingin dibantah Felix! " Potong Keano dengan nada tegas. Suasana hati laki-laki itu memang sudah tak baik beberapa hari ini.

Felix hanya bisa mengumpat dalam hati rencananya untuk bisa berangkat dengan Faaz dalam rangka membujuk Faaz yang terus mendiaminya gagal sudah.

" Ayo berangkat! " Kata Keano sembari beranjak dari ruang makan dan mau tidak mau diikuti Felix dengan langkah lesu.

Sesampainya dihalaman pemandangan yang dilihat sepasang ayah anak itu adalah laki-laki kurus yang tengah mengelap mobil mewah itu. Sesekali laki-laki itu menyeka peluh yang mengalir di wajahnya. Saking khusyuknya sampai tidak menyadari sang pemilik mobil sudah berdiri dibelakangnya.

" Astaghfirullah! " Pekik Faaz, laki-laki itu saat berbalik terkejut dengan dua sosok yang sama-sama menatapnya tajam.

" Maaf tuan, tuan muda. Silahkan! " Ucap Faaz menyingkir sembari mempersilahkan dengan sopan.

" Apaan sih lo, aneh tau. " Celetuk Felix merasa tidak nyaman. Sedangkan keano terlihat masa bodo langsung masuk ke mobil. Faaz hanya diam dan menunduk tanpa ada niatan menanggapi Felix.

" Terus aja diemin gue sampe puas! " Sambung Felix dengan nada merajuk. Membanting pintu mobil dengan kasar membuat Faaz mengelus dada.

" Maaf! Tapi gue rasa seperti ini lebih baik Fel. " Ucap Faaz dalam hati sembari menatap mobil itu yang sudah berbelok ke jalan raya.

...

" Pokoknya saya nggak mau tau neng harus ganti rugi atau saya laporkan ke polisi! " Ancam laki-laki paruh baya dengan wajah marah sambil menunjuk muka gadis yang tengah menangis sesegukan didepannya. Disamping gadis itu masih tergeletak motor yang terlihat baret parah dan sebuah gerobak sayur dengan isiannya yang berceceran dijalan.

" Hiks! Saya minta maaf pak. Pas.. pasti nanti saya ganti kok, tapi uang saya ketinggalan sekarang. " Jawab gadis itu dengan terbata-bata.

" Halah alasan! Mau kabur kan kamu? Lihat, gara-gara kamu dagangan saya rusak semua. Anak istri saya mau saya kasih makan apa kalau saya tidak bisa dagang? " Sambung sang bapak penjual sayur itu.

Faaz (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang