Titik Henti : Pangeran Ryder

519 27 4
                                    

PERASAAN yang sudah lama ia rindu itu akhirnya kembali pada Nirmala dengan caranya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PERASAAN yang sudah lama ia rindu itu akhirnya kembali pada Nirmala dengan caranya sendiri. Pertengahan musim dingin, di bandara Fiumicino yang terletak di ibu kota Italia ternyata menjadi tempat peraduan pertama antara dirinya dan pria yang tak pernah pergi dari hatinya. Setelah sekian lama, Mala begitu bahagia sampai ia tak menyadari telah menitikan air mata di pundak pria yang kini mengukung tubuhnya erat.

Tidak banyak yang berubah dari seorang Nirmala. Perasaannya pada Ivan selalu sama sejak dulu, sejak dirinya pertama kali bertemu dengan pria itu. Mala masih punya segudang cinta yang tak pernah berkurang meskipun Ivan berulang kali membuatnya kecewa. Padahal, tanpa dicari-pun rasanya mungkin ada jutaan alasan untuknya tak bertahan lagi demi Ivan. Tapi dengan ia menemukan satu saja kebaikan dari pria itu, Mala akan begitu mudahnya memutuskan agar dirinya tetap tinggal.

Ivan menyeka air mata di pipi Mala yang memerah. Belaian tangan yang dulu begitu akrab padanya kini kembali menjadi nyata. Bibir tipis milik pria tinggi itu terlihat bergetar, detik demi detik berlalu hingga Mala kesulitan untuk mengartikan. Apakah udara dingin Roma yang membuat Ivan gemetar, atau mungkin pria itu belum sepenuhnya mempercayai momen yang kini tengah terjadi.

"Dingin ya?" gumam Mala sambil membulatkan matanya.

"Mala..." Ivan menyeka helaian surai yang menghalangi wajah cantik yang sedang ia kagumi. Wanita dengan bola mata berwarna coklat muda itu kemudian mengerjap, bulu mata lentiknya seolah menyapu lamunan Ivan yang masih terlihat gugup bercampur haru. "Ini beneran kamu La.."

Mala tersenyum tipis, dua pundaknya meluruh lega. Tangannya tergerak untuk merapatkan kerah long coat yang Ivan kenakan agar menutupi bagian dada bidang pria itu yang hanya berbalut kaus putih tipis. "Yuk pulang, aku bakalan bikinin sarapan yang enak buat kamu di rumah."

"Rumah?"

Wajah Ivan jelas menyiratkan kebingungan. Sepengetahuannya, Adam memang sudah memberitahu tentang satu unit apartement mewah yang akan menjadi rumahnya selama mengurus fashion outlet Ryder Group di Roma. Dan ketika Mala menyebut kata rumah, Ivan mendadak bingung. Rumah mana yang sedang wanita itu maksud.

"Iya rumah kamu, kenapa kamu kaget gitu? Bukannya Adam udah atur semuanya?"

"Rumah kita La." Kata Ivan dengan nada tak ingin dibantah.

Mala mengatupkan bibirnya rapat. Wanita itu tidak memiliki kalimat penolakan ataupun kalimat yang menggambarkan kata sepakat. Mala ragu-ragu, dan akhirnya ia berserloroh sekenanya, "Iya Van, nanti ya. Sekarang yang penting tuh kamu pulang dulu, oke?"

"Aku tuh jauh-jauh ke sini bukan untuk tinggal sendiri. Tujuan pertama aku, ya buat memperbaiki hubungan kita. Kamu serius bakalan ngebiarin aku sendirian di apartement seluas itu?"

Mala mendecak, ia tiba-tiba melepas padangan matanya dari Ivan. Di balik sikapnya yang seolah ragu, dalam hati Mala sangat ingin terus berada di sisi Ivan setelah jarak dan waktu memisahkan keduanya. Namun tanpa Ivan tahu, ada hal besar yang selama ini ia sembunyikan, dan membuatnya berpikir kalau pria itu mungkin bisa saja mendadak tak mau lagi bersamanya.

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang