Kini usia kehamilan Dara sudah 9bulan tinggal menunggu HPL yang jatuh pada minggu ini, sudah beberapa hari juga aku memilih tidak masuk kuliah karna takut kalau sampai aku di kampus dan Dara sendirian.
"Bee, kenapa ko keringet dingin gitu"
"Emm, gapapa yangg cuman ngerasa sakit"
"Kamu udah mau melahirkan?"
"Gatau yangg, cuman belum begitu sakit kok rasanya masih ilang-ilang"
"Kita ke rumah sakit sekarang aja ya?"
"Gak mau, nanti aja yangg ini masih kontraksi biasa kok" aku mengelus perut Dara untuk meringankan rasa tidak nyamannya
"Baby jangan bikin mommy kesakitan sayang, nanti keluarnya langsung ya biar mommy gak sakit" ucapku sambil mencium perut Dara
"Emm yangg, kalau nanti Dara kenapa-napa titip anak-anak ya" ucapan Dara membuatku langsung melihat ke arahnya dengan tatapan tak suka
"Hey kok gitu mukanya?" Dara mengelus pipiku
"Aku gak suka kamu bicara begitu" ucapku dengan dingin tapi Dara hanya tersenyum dan mencium pipiku
"Dara beruntung punya kakak di hidup Dara, bahkan kata terimakasih saja gak cukup buat gambarin gimana bahagianya Dara"
"Aku yang beruntung punya kamu bee, makasih mau hidup denganku dan baby" sambil aku menunjuk baby yang diperutnya
"Tapi Dara serius loh yangg, Dara yakin kakak bisa jadi orang tua yang baik buat baby"
"Kamu kenapa sih ngomong kaya gitu, kamu gak akan kemana-mana dan baby juga bakal di urus sama kita berdua"
"Dara takut kalau sampai gak bisa liat tumbuh kembang baby yangg"
"Udah cukup bee, aku gak suka kalo obrolannya seperti ini"
"Iya-iya, aku sayang kamu" ucap Dara sambil mengecup bibirku
"Aku lebih sayang kamu bee" aku menahan wajah Dara agar tetap melanjutkan ciuman kita, sesaat setelah nafas kami membutuhkan oksigen
"Yangg temenin Dara buat muter-muter biar lahirannya lancar"
"Kamu masih sanggup buat jalan bee, sedangkan kamu nahan sakit kaya gini dan udah keringet dingin"
"Sanggup, biar baby juga lancar keluarnya yangg"
Setelah aku menuruti Dara untuk mengelilingi seputaran taman belakang rumah, Dara langsung meringis dan menggenggam jemariku lebih kuat dan aku langsung menopang berat tubuhnya sebelum merosot ke tanah.
Buru-buru aku meminta bli Putu untuk menyiapkan mobil dan juga bu Nyoman memasukan tas yang sudah diisi dengan keperluan saat kelahiran.
Sesaat sampai dirumah sakit Dara di bawa keruang bersalin.
"Yangg, tunggu di luar aja ya biar kamu gak ngeri liatnya"
"Gak bee, aku mau temenin kamu berjuang didalem"
"Tapi kamu takut darah loh" bujuk Dara agar aku tetap tidak ikut masuk ke dalam
"Please bee, aku kuat kok aku mau temenin kamu dan liat anak-anak kita"
"Ayo kita gak bisa lama-lama karna akan bahaya kalo sampai ibu Dara tidak mengeluarkan bayinya" ucap Dokter yang menangani persalinan Dara
Setelah di ruang persalinan aku terus mengenggam tangan Dara yang sudah berkeringat sambil mengusap keningnya.
"Kamu bisa bee"
"Emm, iy..aa yangg" ringisnya dengan meremas lenganku
"Sakit banget bee?" Ucapku di telinganya karna tak tega melihat wajahnya yang begitu kesakitan dengan peluh yang membajiri, dan Dara hanya bisa menggangguk
"Baik sudah siap ya ibu Dara, ini sudah pembukaan 10" ucap dokter
"Tarik nafas, dalam hitungan ke tiga di dorong ya ibu, 1.. 2.. 3.."
"Aghhh"
"Iya bagus ibu seperti itu, tarik nafas dorong lagi"
"Egghhhh"
"Sudah mulai terlihat ibu kepala baby nya"
"Aghhhhhh"
"Kamu bisa bee, aku sayang kamu" ucapku menyemangatinya
"Aghhhhh, hahh hahh hahh, hufff"
"Aghhhhhhh"
Whoekk... whoek... whoek....
"Bee, baby kita" ucapku dengan semangat
"Wahh yang pertama keluar baby girl ini bu, tarik nafas lagi masih ada 1 baby lagi"
"Yangg, Dara gak sanggup" ucap Dara dengan lirih
"Kamu bisa bee, kamu pasti bisa"
"Tarik nafas lagi ya ibu, kita berjuang 1x lagi buat keluarin babynya"
"Aghhhh"
"Ayo ibu, tarik nafas langsung dorong"
"Aghhhh" sambil Dara menggelengkan kepalanya, dan aku menciumi keningnya untuk terus menyemangatinya
"Dok, apa tidak bisa operasi saja, istri saya sudah kehabisan tenaga"
"No, Dara pengen normal yangg" ucap Dara dengan tersengal-sengal
"Bee, tapi kamu"
"Aghhhhhhhh"
Whoeekk.. whoeekk.. whoeekk..
"Sekarang baby boy bu, kami bersihkan dulu untuk baby nya ya" ucap sang dokter dan aku hanya menggangguk
"Bee kamu kuat sayangg, kamu bisa makasih banyak" aku menciumin seluruh wajah Dara dan Dara hanya tersenyum
"Yangg" panggilnya
"Iya bee, kamu butuh apa?" Ucapku
"Ma..aaf" ucapnya dengan terbata
"Maaf kenapa bee?"
"Aku sayang kamu, dan anak-anak kita" setelah mengucapkan begitu perlahan mata Dara tertutup
"Bee, hey sadar sayangg bee"
"Dok, tolong dok mata Dara terpejam" teriakku dengan panik
"Sebentar ibu kami akan melakukan tindakan, mohon ibu keluar dahulu"
"Bee, kamu gak boleh tinggalin aku sama anak-anak, aku butuh kamu" sambil aku meraung dan beberapa suster membawaku keluar dari ruangan tindakan
Diluar ruangan aku sudah menangis, dan luruh kelantai aku takut kehilangan Dara sungguh aku sangat mencintainya, belum lagi anak-anak belum melihat wajah Dara.
Ya tuhan, aku mohon untuk selamatkan Dara aku gak sanggup kalau harus kehilangan dia.
"Non Fanya" lirih bu Nyoman menghampiriku, aku yang tidak dapat membentung tangisku langsung pecah dipelukan bu Nyoman
"Non Dara pasti bisa lewatin ini, non harus pecaya itu"
"Aku takut kalau sampai Dara ninggalin aku bu, aku dan anak-anak sangat butuh Dara, Dara juga belum melihat wajah anak-anak"
"Non harus yakin, non Dara tidak akan ninggalin non"
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Imagined (FreenBecky)
RandomMencintai secara normal, cinta yang ku anggap sempurna berharap dia orang yang tepat tapi semua impian berakhir karna dia mengahamili seorang wanita. Bahkan sekarang aku malah jatuh cinta dengan wanita yang menjadi selingkuhan pacarku ini gila bahka...