26.| Rindu Tak Sampai

74 17 17
                                    

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

"Bahkan seandainya angin meminta maaf, ranting yang patah itu tetap akan patah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bahkan seandainya angin meminta maaf, ranting yang patah itu tetap akan patah."

A novel by Ade Bintang 🌟

_____________________________


  Sesudahnya, usailah semua. Aluna hanya bisa terdiam, seraya mencerna ucapan dari Nenek Dorothy. Terlebih sekarang, pengacau ini bersama mereka, siapa lagi kalau bukan Jiggen.

"Sudahlah ayo, Luna," ajak Hiro mengulurkan tangannya.

Aluna mendongak, ia mengangguk, meraih pergelangan Hiro sembari berdiri dari duduknya. Keduanya mulai melangkah diikuti Jiggen dan Joy yang sedari tadi menatap sekeliling.

Suasana jauh lebih sepi, terlebih lorong demi lorong di kastil ini begitu gelap dan menakutkan. Rasanya siapa pun yang ada di sana akan merinding bila merasakan hawa dingin mencekam itu melanda. Suara tetes tak berpenghujung pun terdengar membantai indera pendengaran. Di saat yang sama langkah letih tertatih-tatih menyusuri kesunyian.

"Oh iya, ngomong-ngomong, Bungsu kenapa kau bisa berada di kediaman Nenek Dorothy?"

Jiggen yang mendengar pertanyaan itu langsung memutar kembali ingatannya. "Tepatnya 2 hari yang lalu, saat aku melangkah sempoyongan di tengah hutan bersama perut lapar dan tenaga lemah ku. Tiba-tiba, sesosok  wanita tua menghampiri, aku pikir aku akan binasa di sana tapi nyatanya dia begitu baik hati rela membawaku pulang ke rumahnya dan membiarkan aku makan sepuasnya!!" ujar Jiggen dengan semangat, namun di detik selanjutnya ia langsung merundukkan kepalanya. "Kelembutan hatinya mengingatkanku pada ibuku..." lirih Jiggen kini dengan nada lesu.

Hiro menggeleng pelan diikuti dengusannya. "Tidak apa, jangan bersedih jika tidak ibumu akan lebih sedih," ucapnya.

"Benar, kita semua merindukan sosok ibu, aku juga rindu ibuku, ya walau aku bahkan tak pernah melihat wajahnya," timpal Aluna mengangguk antusias.

Mendengarnya, Jiggen sontak terkejut, dengan cepat ia menolehkan kepala. "Tunggu, apa?? Jadi selama ini kau tidak pernah bertemu dengan Ratu Isabella?" tanyanya heran.

Menyadari kesalahannya, Aluna sontak menutup mulut rapat-rapat. "Ah, lupakan saja!" ujarnya gelagapan.

Jiggen pun menggeleng tak mengerti seraya menyipitkan matanya. Namun tak lama atensinya kembali teralih, kini memandang Joy yang sedari tadi hanya menyimak. "Dan kau, si Pirang? Bagaimana dengan ibumu, apa kau merindukannya?" tanya Jiggen.

Akan tetapi, jangankan digubris Joy bahkan tidak menoleh. Kesal, Jiggen langsung berdecak kasar.

"Dasar, apa kau tidak diajari sopan santun oleh orang tuamu, atau jangan-jangan kau bahkan tidak memiliki keluarga?!" katanya.

ALLETHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang