Suasana kantin Hervald High School terlihat begitu ramai dan padat akan siswa-siswi yang begitu menantikan waktu yang begitu berharga ini.
Di pojok belakang kantin terlihat para curut-curut imuet sedang nangkring menikmati makanan mereka dan beberapa dari mereka iseng menggoda beberapa murid yang berlalu lalang di sana.
"Eh udah hari kedua nih dari challenge lo pada belum gerak nih?" tanya Herris kepada curut-curut imuet lainnya.
"Udah sih, udah dapet kontaknya malah" sahut Adel dengan menaik-turunkan alisnya menatap kawan securutnya.
"Busett gercep lo ngab" celetuk Zee menatap tak percaya ponsel Adel yang ia tunjukkan pada mereka berisi chattingan dirinya dengan Ashel.
"Yaelah bro gampil ini mah" sahut Adel dengan gaya penuh percaya diri.
"Eh perkedel gue mah juga bisa yaa lu pikir lu doang bisanya" Gracia lalu menunjukkan ponselnya yang tertera nomor Anin di sana.
"Buset lo pada geraknya kaga bilang-bilang anying" Herris melihat teman securutnya yang sudah berhasil diam-diam sedangkan dirinya masih mengumpulkan nyali.
"Lo aja yang cupu, bilang aja masih takut ngedeketin balik mantan hahaha" Ara terkekeh melihat wajah Herris yang tiba-tiba berubah menjadi muram.
"Mantan-mantan mata lo bintitan, belum jadi juga kemaren gue udah ditinggal asu" kesal Herris menatap Ara yang menyebut dirinya mantan dari bule eropa itu padahal dirinya nt saat itu. Ngenes amat Ris-author.
"Btw lo gercep juga ya Gre udah dapet aja kontaknya si montoq" ucap Ara yang langsung dihadiahi gaplokan oleh Gracia dan Herris secara bersamaan.
"Curut mu wahai Aisyah sungguh tidak berfilter" ucap Gracia dengan nada yang di buat-buat.
"Congor woi congor" serobot Herris.
"Mending sekarang ci Gre cerita gimana caranya bisa dapet nomor kak Anin" ucap Zee pada akhirnya sebelum terjadi adu bacot yang tidak penting dari cici dan teman-temannya.
Gracia kemudian menceritakan kejadian dimana dia yang berinteraksi untuk pertama kalinya dengan Anin.
"Gimana keren kan gue? secara semesta tuh udah mendukung gue" Gracia bangga karena menurutnya interaksinya dengan Anin sungguh seperti rencana dari semesta.
"Berarti semesta ga ngerestuin lo sama yang itu Gre secara kan udah hampir mau setaun nih kaga ada kemajuan" celetuk Ara yang kembali mendapat timpukan dari Herris.
"Ape sih?!" Ara mengusap-usap kepalanya yang selalu jadi timpukan kedua curut ini.
Herris hanya melototkan matanya menatap Ara memberi kode yang langsung membuat Ara cengengesan.
"Semesta bukan ngga ngerestuin cuman belum waktunya aja" ucap Gracia.
"Liat tuh calon masa depan kita udah dateng" tunjuk Gracia dengan dagunya menunjuk segerombolan bidadari surga yang nyasar dimuka bumi ini.
Mereka pun menoleh kearah pintu masuk kantin yang baru saja dilewati oleh bidadari surga mereka masing-masing.
"Subhanallah ka Chika meuni geulis pisan pujaan hatiku" Ara mleyot melihat sang pujaan hati berjalan bersama teman bidadarinya.
"Cantik banget Acel gue, bojo gue itu" Adel tersenyum sumringah menatap sosok yang begitu indah dimatanya.
"Ihh itu yang bersinar banget kayak cahaya asia siapa dah?" celetuk Zee tiba-tiba membuat mereka sontak menatap kearah Zee dengan tatapan malas.
"Zoya" Gracia merangkul pundak adik kesayangannya itu.
"Apa ci?" tanya Zee menatap sang kakak yang tersenyum aneh menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amtrak (PENDING)
Teen FictionSebuah kisah klasik tentang anak-anak remaja yang mengejar cintanya. Namun petualangan tak terduga pun hadir membawa ketegangan, aksi, serta rasa cinta yang perlahan muncul dari setiap insan seiring dengan berjalannya petulangan yang mereka lalui. B...