Chapter Four: Bestie - 5

273 50 17
                                    

Merinding.

Setiap kali bernapas dan teringat dengan pikiran kotor itu, Yerim merinding, Dia tidak mau menjadi seseorang yang mesum, tetapi kepolosan itu dia tahu sudah lama hilang. Dia pernah tinggal dengan enam laki-laki. Dia juga tidur satu kamar dengan Heeseung. Namun tidak pernah sama sekali dia merasakan hal yang menggetarkan seperti yang dia rasakan pada Hyunjin. Apa yang terjadi? Tidak jelas. Satu-satunya yang paling benar adalah melupakan bayang-bayang itu.

Namun tak semudah itu.

Hyunjin masih dengan kain yang sama, duduk di sofa bergabung dengan kawan-kawannya. Dia tidak terganggu sama sekali bahkan saat duduk di samping Giselle yang jelas lawan jenisnya. Mereka berdua tak masalah, justu hanya mengurusi ponsel mereka masing-masing.

Yerim kebingungan, ingin duduk kembali di sofa tetapi tempat yang tersisa hanya di sisi Hyunjin. Bomin terlebih dahulu duduk di tempat yang lain. Ada beberapa detik di mana dia ditatap oleh semua orang karena hanya berdiri saja, momentum memalukan. Dia tak punya pilihan selain menggapit pemuda itu. Sebisa mungkin dia memberikan jarak.

"Kau tak kedinginan?" tanya Bomin pada sang kawan, mengomentari dia yang masih tak berpakaian dan terlihat tak berniat melakukannya dalam waktu dekat.

Hyunjin memijat kepala pelan seraya menyandarkannya di sofa. "Aku kepanasan," balasnya dengan helaan napas yang keras, diikuti oleh sebagian dirinya yang meleleh dan melongsor ke lantai. Tubuhnya terbentang separuh di sofa sementara kakinya yang panjang menguasai jalan di sekitar sofa.

Yerim tidak bisa menghindari rasa takut kalau saja gerakan meregangkan diri yang dilakukan pemuda itu akan membuat handuk di pinggangnya terlepas. Dia sadar kalau kain itu memang sudah melonggar karena gerakan tadi.

"Jeno belum keluar juga? Sialan, anak itu." Hyunjin mengusap wajahnya kasar sebelum beranjak dari sofa. Atas itu Yerim hampir saja memperlihatkan kepanikan. Beruntung ketakutannya tak terjadi karena Hyunjin lebih dulu memegang handuknya sebelum dia berdiri.

Hyunjin kemudian mengetuk pintu kamar dengan keras, "Jeno! Lee Jeno! Sampai kapan kau mau menyetubuhi gadis kecil itu, huh? Aku mau masuk!"

Telinga Yerim tergelitik mendengar diksi yang dipilih oleh pemuda itu.

Beberapa saat kemudian, pintu akhirnya dibuka. Yerim mengenali gadis berambut pirang pendek itu sebagai Gaeul. Wajahnya berantakan seperti baru bangun tidur. Dia juga mengenali baju yang dikenakannya sebagai baju yang dipakai Jeno di kampus tadi. Wajah Gaeul seperti dia baru saja bangun tidur. Dia merasa bersalah, memeluk dirinya sendiri seraya menunduk sedikit dalam. "Maaf, kami ketiduran," ucapnya lesu, lalu membuka jalan dan mempersilakan si pemilik kamar masuk.

Tanpa menatap siapapun, dia melangkah keluar kamar dan pergi ke kamar mandi di dekat dapur. Dia menguap cukup jelas. Langkah kakinya juga pelan dan pendek-pendek.

Aneh, tetapi lebih aneh lagi karena hanya Yerim yang memperhatikan peristiwa itu. Giselle dan Sungchan sejak awal hanya bermain game dan terus begitu tanpa terganggu, Beomgyu juga entah sejak kapan sudah bergabung dengan mereka. Bomin tiada guna, baru saja ketahuan melamun sambil menatapi wajahnya dengan ekspresi mesum yang menggelikan. Senyuman di wajahnya merekah bahkan setelah ia tertangkap basah. Pemuda itu kemudian berpindah tempat duduk, mengisi kekosongan yang ditinggal Hyunjin tetapi dengan sadis mengabaikan jarak sosial yang aman dengannya.

"Apa?" Yerim berlagak, dalam hati dia panik atas jarak yang disisakan Bomin. Hanya beberapa sentimeter sebelum mereka berakhir berciuman.

Bomin menyeringai, "hanya mau menggodamu saja."

"Aku masih tak mau."

"Aku harus apa supaya kau mau?"

Yerim terkekeh, "hei, apa satu kaleng bir membuatmu mabuk?"

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang