🌷BAB 18🌷

113 3 0
                                    


Melihat senyuman indah yang terukir di bibir Nayra yang kini resmi menjadi istrinya, membuat Hafiy bertekad akan selalu mengukir senyum indah tersebut.

Meski dirinya tidak bisa berjanji tidak akan menyakiti Nayra, tapi Hafiy akan selalu berusaha membahagiakan Nayra bagaimana pun caranya.

Ternyata memang benar, melihat senyuman yang terukir di bibir dari orang yang kita cintai dan sayangi membawa kebahagiaan tersendiri untuk kita.

Tidak hanya Nayra yang menatap kagum terhadap Hafiy, tapi begitu juga sebaliknya.

Hafiy terpesona dengan sosok perempuan yang sedang berjalan ke arah dirinya, sosok perempuan yang tengah diapit oleh dua perempuan lain yang Hafiy yakini keduanya adalah sosok yang berarti bagi sang istri.

Dengan balutan gaun pengantin yang sederhana namun tetap cantik nan elegan, gaun pengantin yang memang sengaja Nayra pilih karena dia tidak ingin gaun pengantin yang terlalu mewah.

Apalagi dengan senyuman indah yang selalu dia ukir, menambah kecantikan Nayra.

" Ya Rab,, terimakasih telah mengabulkan doa ku. Maaf jika aku mencintai salah satu hamba Mu ini, izinkan aku terus bersamanya, mendampingi dirinya dalam suka dan duka, izinkan aku membahagiakan dirinya" batin Hafiy tersenyum sambil terus menatap Nayra  yang kian mendekat ke arah nya.

Dengan langkah perlahan nan anggun, Nayra berjalan menuju laki-laki yang kini resmi menjadi suami nya.

" Ya Rab,, boleh kah kali ini aku meminta lebih?, Ku mohon berikanlah aku umur yang panjang, berikanlah aku selalu kesehatan agar aku bisa selalu bersama laki-laki yang kini tengah menatap ku dan menunggu ku. Laki-laki yang kini telah resmi menjadi suami ku "

" Izinkan aku menua bersamanya, dan terimakasih atas hikmah dari penderita yang aku jalani. Engkau mungkin tak bisa mengubah takdirku tentang penyakit yang ku derita, tapi KAU kirimkan sosok laki-laki yang akan selalu menyayangi ku dan selalu menyemangati diri ku agar tak mudah menyerah dengan penyakit ini. " Batin Nayra sambil membalas senyuman Hafiy yang terus menatap dirinya.

Dengan jantung yang berdetak kencang, kini Nayra sampai di depan Hafiy.

Ketika sang penghulu mengatakan agar sang mempelai wanita mencium tangan sang suami, seketika Nayra gugup.

Dengan perlahan Nayra meraih tangan kekar Hafiy, yang kelak tangan ini akan selalu menggenggam tangan nya. Bersama-sama melewati suka dan duka bahtera rumah tangga.

Aku cium punggung tangan laki-laki yang kini resmi menjadi suami ku, rasa haru tak bisa ku tahan lagi setetes air mata tanpa seizin diriku mengalir.

Rasanya seperti mimpi, tapi jika ini mimpi aku berharap tidak ingin bangun. Aku ingin merasakan mimpi membagikan seperti ini begitu panjang.

Semuanya memang nyata, apalagi ketika sebuah tangan kekar memegang ubun-ubun kepala ku sambil membaca doa.

" Assalamu'alaikum, istri ku" ucap Hafiy setelah membaca doa.

Aku mendongak menatap wajah suamiku, ku ukir senyum indah untuk nya. Apalagi mendengar panggilan darinya untuk ku.

" Wa'alaikumussalam, mas" ucapku tersenyum malu.

Mendengar panggilan Nayra, membuat jantung Hafiy berdetak kencang. Rasa bahagia menyeruak di dalam dada.

CUP..

Satu kecupan mendarat manis di kening Nayra, dan lihat kini sang istri terlihat terkejut dengan apa yang baru saja ku lakukan.

Dan jangan lupa pipinya yang kini berubah menjadi merah seperti tomat karena menahan malu.

THIS Is My Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang