-13-

577 21 4
                                    

n : sorry banget bahasanya suka berubah² sesuai mood. Enjoy the story aja yaa ✋ kalo ada typo comment yaa guys, sowwryyy.

Aku menunduk sambil memasang ekspresi seolah tak berdaya, "iya mas, aku minta maaf, abisnya Agnes bilang kalo aku mau bantuin dia, dia bakal kasih aku album kpop atau yg lain." Jawabku dengan jujur, karena jujur saja, mas Meda kalau marah nyeremin banget -_-

"Hah?! Cuma karena itu? Tamara. . .dengerin mas. Kamu mau apa? Kamu bilang aja semuanya sama mas, mas mampu kok beliin kamu. Lagian kan mas suami kamu." Aku kembali menatap mas Meda lagi, "Ish pasti mas ada maunya kan kalo gitu." Aku bisa melihat mas Meda tersenyum sekilas "Y-ya iya lah, kamu kan istri mas." Pria itu menaikkan satu alisnya dan menatapku penuh arti yang sangat sulit dijelaskan.

"G - A - K" jawabku, kemudian keluar dari mobil mas Meda dan meninggalkannya.

[SUDUT PANDANG MEDA]

Aku gak habis pikir, istriku ini mau menjual ku ya? Kenapa harus susah susah ikutin perintah orang lain cuma karena mau beli album kpop coba? Aku juga bisa kali beliin, yaa ada imbalannya juga lah! Simple kok, cukup lakuin kewajibannya sebagai istri aja. ; D

Tapi kalo dipikir-pikir, istriku imut juga, gimana cara buat dia luluh ya? Huft

[SUDUT PANDANG TAMARA]

Setelah kejadian tadi, aku masih harus melanjutkan beberapa aktivitas di kampus dan sampai akhirnya mas Meda menelpon, "Tamara, udah selesai kan?" Tanyanya, lalu aku menjawab "udah nih mas, mas emang udah?" Pria itu tak menjawab, tetapi tiba tiba saja aku merasakan ada yang merangkul pundak ku, "Eh mas! Kirain siapa huhu!" Aku langsung melepaskan rangkulannya. "Ayo pulang." Ucap mas Meda seraya melepaskan tas dari punggung ku, "eh biarin mas aku aja yang bawa!" Mas Meda tak merespon kembali dan melanjutkan langkahnya.

Sesampainya di rumah...

Aku lebih dahulu mandi sedangkan mas Meda menunggu di ruang televisi sambil menonton berita terkini. Setelah aku selesai mandi dan memakai baju, mas Meda memanggilku. "Tamara, coba kesini dulu." Karena penasaran, aku pun menghampiri mas Meda di ruang tv. "Tamara, ini kamu yang beli?" Mas Meda menutupi wajahnya ketika memberitahukan isi sebuah kotak yang ternyata isinya adalah alat alat 'Best day Sunday morning' ~ ha-ha

"HAH?!" aku reflek menutupi kotak tersebut dengan handuk yang sedang kupegang. "Gak ada! Aku mana mungkin pesan itu! Mas kali!" Tiba tiba ponselku berdering, telepon dari Maudy. "Halo? Mau!! Akhirnya Lo nelpon juga!" Ucapku, kemudian Maudy tertawa. "Hmm, Tam, hadiah dari gue udah nyampe kan?" Ia tak bisa berhenti tertawa. "OH JADI LO YANG NGIRIM INI? Bikin salah paham tau gak!" Maudy masih tertawa hingga mengeluh sakit perut. "Aduh² udah deh, oh ya have fun ya pengantin baru! Btw gue mau pergi nih, dah sana siap siap bentar lagi malem." Maudy langsung menutup saluran teleponnya.

"Ooh kado" mas Meda mengangguk ²an kepalanya. "Kalo gak dipake sayang banget gak sih ay?" Apa ini apa apaan, kenapa tiba tiba panggilannya berubah! "Apasih mas! Mas aja situ, aku mah gamau." Aku mengayunkan tangan seperti hendak memukulnya. "Tapi ini konsepnya pemaksaan kan?" Sambung mas Meda lagi. Kayaknya aku benar benar harus melarikan diri dari rumah ini. Mas Meda mulai lagi kan sifat suka maksa ini keluar lagi, tapi versi lebih seram.

"Mas mau aku kunciin dari kamar ya?" Aku menatap pria yang ada dihadapan ku dengan tatapan sinis. "Mas punya kunci duplikat nya." Lagi lagi dia membuatku kehabisan kata kata. "Ah jangan gitu lah, aku bilangin mama nanti." Mas Meda malah tertawa terbahak-bahak "Ya mama dukung mas lah." Aku tersenyum kecut, Pria itu bangkit dari sofa untuk mandi.

Namun ia berbalik badan lagi, "oh iya, mas udah order makanan, tolong tungguin ya." Ucapnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Ding dong

Aku langsung keluar untuk mengambil orderan mas Meda. "Terimakasih p-- ??? Andre?! Lo ngapain disini?" Aku terkejut melihat siapa yang mengantarkan pesanan, kenapa dia jadi pengantar makanan? "Eh jadi Lo tinggal disini Tam?" Tanya Andre. "I-iya" jawabku gugup. "Ohh, ini pesanan Lo. Abang Lo dirumah?" Aku reflek mengangguk, "Kenapa? Mau gue panggilin?" Aku sengaja menanyakan itu agar Andre segera pergi.

"Hehe, gak usah, gue mau pergi lagi." Setelah memberikan pesanan ku, Andre langsung ngacir menuju lift dan melambaikan tangannya sebentar. "Ada ada aja, aduh kenapa harus dia yang antar sih? Tck."

Aku menunggu mas Meda selesai mandi dan berpakaian untuk makan. "Mas tau nggak siapa yang anter pesanan mas?" Tanyaku. "Ngga tau, drivernya lah." Aku memijat dahiku sendiri, "mass kan ada namanya di handphone! Andre mas yang jadi drivernya! lucu kan? sekarang Andre jadi tau tempat kita. Kalo nanti dia cari cari tau tentang kita gimana?" Mas Meda menepuk kepalaku halus. "Tenang aja, mas udah bilang ke pihak apartemen soal ini." Aku membalasnya lagi "Soal apaa?" Mas Meda menghela nafas, "Soal, kalo ada orang luar yang nanya hubungan kita, mas suruh jawab kita itu adik kakak. Puas?" Pria itu kemudian mulai melahap makanannya.

"Iyaa puas! Oh ya btw besok kan weekend, aku mau main mas!" Entah kenapa mas Meda tiba tiba tersedak. "UHUK UHUK!!" Aku pun segera mengusap punggungnya dan mengambilkan segelas air. "Pelan pelan mas kalo makan!" Ocehku. Mas Meda kemudian menatapku serius "kamu yakin udah siap buat 'main'?" Aku menatap mas Meda heran karena tak bisa menangkap pertanyaannya. "Apasih mas, orang cuma main doang, anak kecil juga siap kali."

"Ooh...main..." Gumamnya.

Voment for appreciate ✨
Kalau ada saran/masukan bisa di kolom komentar atau DM aja yaa!
see u in d next part
Enjoy~

my perfect 'Mas'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang