Rumah sakit...
"Kelemahan ku, menjadi ajang mereka untuk melumpuhkan tubuh ku dengan mudah." Kata Carin duduk di bangkar rumah sakit.
"Maka dari itu hindarilah pertengkaran." Jawab Andrea memasangkan coat ke Carin.
"Tapi kita tidak bisa menghindari hal tersebut."
"Dari pada mati konyol? Kelemahan musuh itulah yang menjadi santapan empuk bagi lawan." Jelas Andrea menuntun Catharina duduk di atas kursi roda.
"Tapi tidak semua lawan tau kelemahan musuh Andrea." Duduk di kursi roda.
"Bagi mereka yang baru datang ke kehidupan kita itu memang berlaku, berbeda dengan mereka yang sudah tau siapa kita. Apakah sudah nyaman?" Melihat Carin.
Carin terdiam sejenak melihat laki-laki itu kemudian berkata, "oh, sudah. Terimakasih tuan." Ujar Carin tersenyum.
Andrea hanya bisa mengangguk melihat Carin, "Nanti sehabis mengantarkan kamu pulang, aku akan menemui Elga, kata Henry Elga mengalami kontraksi lagi." jongkok di depan Carin yang duduk di kursi roda mencium tangannya dengan ayang.
"Oke, titip salam ku untuk Elga." ujarnya senyum melihat Andrea.
"Terima kasih sayang, sudah berjuang untuk sembuh." Mencium puncak kepalannya sayang lalu, mendorong kursi roda yang di duduki Carin.
Sesampainya di mansio Andrea meninggalkan Carin begitu saja setelah menyelesaikan tugasnya. Ia kini tengah duduk di tempat tidur sambil mengelus kucing yang duduk di pangkuannya sembari menatap kosong ke depan.
Ia tidak tau berapa lama Andrea akan meninggalkannya lagi. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri, perlakuan Andrea memang membuatnya nyaman dan laki-laki itu selalu menyatakan cinta padanya.
Apakah kalimat omong kosong itu bisa ia percayai begitu saja? Membiarkan hatinya tersakiti kembali untuk merasakan luka yang sama, tetapi dengan orang yang berbeda?
Andrea memang tidak pernah menyakitinya selama ini, dan tak pernah menganggap dirinya adalah musuh dan selalu memperlakukan dirinya seperti ratu, namu pria itu malah menyakitinya dengan cara yang berbeda bukan bermain dengan fisik melainkan dengan mental.
"Apakah semuanya sudah aman?" Carin berbicara dengan seseorang lewat Earpiece yang terpasang di telinganya.
"Sudah semuanya aman terkendali." suara seorang laki-laki dengan napas yang ngos-ngosan.
"Baiklah." jawab Carin singkat lalu melepaskan earpiece bertengger di telinganya, melihat CCTV di salah satu sudut kamar.
Pada hari ini juga mereka mendapatkan kesempatan untuk menjemput rekan mereka yang ada di dalam penjara. Rencana sudah disusun dengan sedemikian rupa. Harapannya hal yang mereka lakukan tidak membawa petaka.
☘️☘️☘️
Andrea kini sudah berada di rumah sakit bersalin dikarenakan Elga mengalami kontraksi hebat dan ketubannya sudah pecah, kondisi ini adalah pengalaman pertamanya untuknya.
"Apakah mau sesuatu?" Memeluk Elga yang tengah kesakitan sambil mengurut pinggulnya untuk mengurangi kontraksi. Elga hanya dia di pelukan Andrea dengan suara rintih kesakitan.
"Mari kita siap-siap bersalin lagi nona dan tuan mohon di bantu istrinya nanti ya." senyum mendekati Andrea dan Elga.
"Yah dok." ujar Andrea senyum melihat Dokter.
Beberapa jam kemudian setelah menjalani proses persalinan normal. Suara tangis malaikat kecil itupun terdengar. Elga melahirkan seorang anak perempuan pada waktu 23.00 malam.
Setelah menjalankan semua prosedur persalinan keluarga kecil itu telah di tempatkan di ruang inap. Rasa bahagia terpancar di wajah Andrea. Ia kini tengah menggendong dan menimang si juniornya yang tengah menangis.
"Shuuu shuuut! Dia sangat cantik seperti mu! Ku beri dia nama Celiandra Radbert Glory." Ujar Andrea tersenyum menimang putri kecilnya.
Elga hanya diam memejamkan mata tanpa menjawab.Tangisan bayi kecil itu memenuhi ruangan, "Kenapa sayang haus ya? Ayo kita susu dulu. Mama?" Menimang Celia, mendekati Elga yang tengah memejamkan mata di tempat tidur rumah sakit.
"Jauhkan bayi itu dari ku Andrea, dia berisik." Tolak Elga tegas.
"Dia anak kita, kau ibunya. Dia membutuhkan asi mu." Protes Andrea menimang Celia.
" I don't care about her. Tugas ku sudah selesai, jadi bawa dia pergi dari ku dan kau kembali padaku." Elga membuka mata lalu melihat Andrea
Andrea yang mendengarkan itu seketika lansung tersulut emosi, "Kau tidak bisa seperti itu El, dia membutuhkan mu." Memberikan bayinya ke suster senyum. Suster pun menuruti perintah Andrea dan membawa bayi mereka.
"Itu bukan urusan ku, aku tidak menginginkan bayi itu ada, sampai kapanpun aku tidak akan pernah merawat dia. Kau haru Ingat itu." melihat Andrea.
"Oh seperti itu rupanya, baik aku turuti. Beritahu pihak rumah sakit, pindahkan putriku rumah sakit yang sekarang juga." Titah Andrea, sembari menatap tajam Elga.
"Sebenarnya tadi aku berniat baik untuk tidak meninggalkan mu, tapi rupanya kau memang iblis." melihat Elga dengan tatapan benci.
"Yang pergi dari sini hanya anak itu, not you." Kata Elga, memegang perutnya yang terasa ngilu.
"Setelah pemulihan jangan pernah temui kami lagi, Henry jangan biarkan wanita ini datang menghampiri kami!" Ujar Andrea tegas, lalu meninggalkan Elga sendirian di ruangan.
Elga yang melihat kepergian Andrea hanya bisa berdiam diri ia tidak tau bagaimana perasaannya saat ini. Andrea benar-benar memutus hubungan bersamanya mulai dari hari ini.
☘️☘️☘️
Beberapa hari kemudian di rumah sakit ibu anak yang berbeda..
Semenjak kalimat itu keluar dari mulut Elga, Andrea memutuskan untuk memindahkan anaknya kerumah sakit yang berbeda, mencari pengasuh, dan pendonor asi.
Ia tidak menyangka akan berujung seperti ini, mungkin ini adalah balasnya karena sudah menyakiti hati seorang wanita yang ia juga ia sayangi yaitu Carina Fristia. Setelah mengantarkan Carin ke mansion, sudah hampir satu bulan mereka tidak bertemu. Jujur ia merindukan wanita itu.
"Tuan saya mau menyampaikan, nona Carin ada disini dan sekarang menunggu di luar." Menunduk hormat lalu melihat Andrea.
"Carin? Yah, aku akan menemuinya. Bye sayang papa. Titip Celia ya sus" senyum melihat pengasuh yang mengurus Celia lalu, pergi meninggalkan mereka.
Andrea kini di lobi dan tengah melihat seorang wanita yang berjarak satu meter di hadapannya. "Hai sayang?" Kata Carin tersenyum lalu melangkah dan berdiri lebih dekat.
"Hai sayang!" Andrea tersenyum lalu memeluk Carin dengan erat dan memejamkan mata.
"I miss you!" memejamkan mata memeluk Andrea dengan erat. Ia merindukan Andrea sangat merindukan laki-laki yang memeluknya saat ini.
"Me too!" melihat Carin tersenyum lebar. Carin mengangguk melihat Andrea yang jauh lebih tinggi darinya, lalu mengecup bibir laki-laki itu dan meluapkan semua rasa rindu yang ia tahan sejak lama dan begitu juga dengan Andrea. Detak jantung mereka kini tengah berdetak kencang melebihi batas normal..
________
TO BE CONTINUE GUYS...
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTS..
KAMU SEDANG MEMBACA
MIWA AND WINE [END]
RomansNOTE: WINE AND MIWA "Segelas WINE yang di hidangkan, tidak akan habis jika tuanya tidak meminumnya, begitu juga dengan MIWA, kami tidak akan datang jika benalunya tidak menemui inangnya." #Rank 1 di agen #Rank 1 di emosional #Rank 2 di Andrea #Rank...