1. 20th Floor

2.6K 281 5
                                    

〔༻ 🌠 ༺〕

Arel dan Nila tengah berada di dalam lift. Usai acara pernikahan yang dilaksanakan dua hari lalu, mereka kini akan tinggal bersama di sebuah apartemen. Lift itu membawa mereka ke lantai 20, tempat di mana unit apartemen mereka berada.

Salah seorang karyawan apartemen yang memandu mereka tidak berhenti bicara sejak masih di lobi. Dia membicarakan banyak hal tentang fasilitas dan pelayanan apartemen yang terdengar begitu memukau--efek gaya bicaranya yang mirip seorang salesman.

Nila meresponnya dengan antusias. Berbeda dengan Arel yang hanya merespon seadanya. Diam-diam Arel menaruh rasa was-was. Pasalnya, apartemen ini salah satu properti milik perusahaan keluarganya, Cahyadi Group. Tidak salah kan ia sedikit waspada? Siapa tahu pria itu hanya ingin membuatnya terpukau supaya bisa dapat bonus atau naik jabatan.

"Nah, kami sudah sampai. Nomor unit apartemen Tuan dan Nyonya adalah 520 A." Pria itu berdiri di depan pintu unit apartemen yang ia sebut.

"Oh iya, omong-omong ketiga unit lain di lantai ini sudah terisi semua. Sepertinya mereka seumuran dengan Tuan dan Nyonya, semoga kalian bisa jadi tetangga yang harmonis."

Pandangan mata Arel dan Nila tertuju pada ketiga pintu unit lain yang tertutup rapat. Pemikiran sepasang suami istri muda itu kurang lebih sama. Apartemen ini adalah apartemen kelas atas yang mana penghuninya pastilah orang-orang sibuk. Mereka tidak yakin bisa bertegur sapa atau bahkan mengenal akrab para tetangga selantai itu.

"Barang-barang Tuan dan Nyonya akan diantar ke sini sebentar lagi. Saya izin pamit, selamat beristirahat," katanya, sedikit membungkuk dan tersenyum.

Arel mengangguk juga membalas dengan senyuman. "Makasih banyak."

Tinggal lah Arel dan Nila. Belum ada yang berucap. Sama-sama menyadari kehidupan pernikahan yang sesungguhnya akan dimulai saat ini juga.

Arel beranjak masuk. Baru lima langkah berjalan, dia berhenti. Kepalanya menoleh ke belakang.

"Ngapain di situ aja? Mau gue kunciin di luar?"

Nila mendengus. "Gak ada ucapan selamat datang yang lebih manis apa? Ini rumah baru kita loh, Rel."

Helaan napas malas keluar dari mulut Arel. Tangannya malah bergerak menutup pintu yang kemudian cepat-cepat ditahan Nila.

"Eh! Jangan dikunciin beneran dong!" pekik Nila. Kepalanya menyembul dari celah pintu.

"Makanya cepet masuk."

Arel berbalik dan meninggalkan Nila di ambang pintu. Nila buru-buru masuk sebelum benar-benar dikunci di luar oleh Arel. Dipandanginya dengan sebal punggung Arel yang menjauh.

"Galak banget," gumam Nila pelan.

Tiba-tiba Arel menoleh ke belakang. Tatapannya itu ... ugh, sangat tidak bersahabat. Nila sontak menghilangkan ekspresi sebalnya. Dia denger?

"Lo manggil?"

Oh, ternyata nggak.

Nila mengangguk saja. "Tungguin, kita keliling bareng."

〔༻ 🌃 ༺〕

Apartemen ini memiliki nomor unit yang cukup unik. Angka pertama adalah nomor tower yang jumlahnya ada 5. Dua angka selanjutnya adalah nomor lantai. Unit di setiap lantainya dibedakan dengan huruf alfabet. Di lantai 20, tower 5, hanya ada empat unit karena memang ukuran unit apartemennya lebih luas dari lantai lain.

Mari bergeser ke tetangga samping unit apartemen Arel dan Nila, yakni unit 520 B.

Seorang wanita yang rambutnya masih agak basah karena habis mandi pagi itu melangkah menuju dapur--berniat membuat sarapan. Namanya Gretha Paola Utami. Bukannya di dapur, langkah Gretha terhenti di ruang keluarga. Dia menganga tak habis pikir.

520 | aedreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang