Tags: harsh words, crime, blood, violence, prison life, mentions of rape, drugs & murders, sexual assault, same-sex relationship, romance, mature, explicit sexual content, strangers to friends to lovers, light comedy, heavy angst, drama, hurt comfort, major character death
***
"I guess it comes down to a simple choice, really. Get busy livin' or get busy dyin'."
— Red from The Shawshank Redemption
2010 — Hurricane Prison
"Wah, kan apa gua bilang, anjing!" Teriakan salah satu narapidana di bagian belakang melengking ke seluruh ruangan, diikuti dengan seruan sorak ratusan lainnya, dan sisanya — hanya bisa menghela napas pasrah.
Tayangan dengan layar proyektor besar menampilkan pertandingan sepakbola sengit antara Spanyol dan Belanda. Ricuh di lapangan terjadi sesaat setelah Andres Iniesta mencetak gol kemenangan pada menit ke-116. Dan mutlaknya, Spanyol dinyatakan menjadi juara Piala Dunia tahun ini.
Sama halnya dengan pria narapidana bernomor 1515 yang terjahit di pakaian bagian dada sebelah kanan, yang saat ini sibuk mengerang dan mengacak rambutnya frustasi, "Argh! Sialan!" Tepukan pada punggungnya membuat ia menoleh ke samping, senyum penuh arti yang disuguhkan orang di sebelahnya semakin membuat ia ingin menghancurkan apapun yang berada di jangkauan.
"Eits, bang Nat. Jangan lupa rokok gua 1 bungkus, yak!" kata remaja berusia 22 tahun yang akrab disapa Ta itu penuh antusias, seakan mendeklarasikan kekalahan si pria jangkung mentah-mentah pada taruhan mereka kali ini.
Dengan berat hati, pria Nattawin itu menyodorkan 1 bungkus tembakau yang ia sengaja selundupkan di balik pakaian. Penyelundupan barang bukan lagi hal awam di penjara, ada beberapa sekelompok narapidana dari blok seberang yang dijuluki preman kantung ajaib, mampu mengabulkan permintaan berupa barang sekecil jarum, obat-obatan, tembakau, majalah dewasa, benda tumpul, hingga sesuatu yang senilai dengan harga Maserati. Semua bisa dikabulkan hanya sesimpel ada uang, maka ada barang.
Karena dari sekian banyak hal yang bertolak belakang dengan kebebasan di dunia luar, Nattawin mafhum akan satu persamaan yang masih melekat pada darah manusia tanpa peduli fakta raga terkurung dan dibatasi dalam jeruji besi; uang masih tetap segalanya.
Perpeloncoan, saling memukul dan mengancam, pemeroksaan, segala bentuk kekerasan adalah hal-lah yang lumrah terjadi di tempat ini. Perbedaan kasta di penjara dikategorikan tergantung dari tingkat kejahatan si pelaku. Dimulai dari kejahatan ringan seperti mencuri buah-buahan di kebun tetangga, hingga berbagai bentuk perbuatan paling tercela lainnya.
Ta Nannakun — remaja tampan yang terlahir dari keluarga kaya raya, banyak dari mereka yang sudah khatam meramal perihal permasalahan yang menyebabkan Ta berakhir terkurung di sini. Narkotika. Pelaku kejahatan dengan kasus narkotika dinilai memiliki uang yang melimpah di luar sana, tak jarang mereka menjadi bulan-bulanan preman penjara untuk dieksploitasi sebagai sasaran pemerasan. Dulu, Nattawin turut menyaksikan nestapa remaja itu dibarengi dengan tantrum yang seringkali dialami Ta ketika tak ada obat-obatan untuk dikonsumsi. Nattawin bersyukur anak itu terlihat jauh lebih baik sekarang, karena ia sendiri mengerti bahwa hari pertama di tempat ini hakikatnya adalah neraka paling panas di bumi.
"Nah, kan! Lagian sok banget megang Belanda sih, lu!" Tepukan kedua datang tiba-tiba dari belakang punggungnya. JJ Khunchalach, pria berbadan bugar yang ramah senyum, beberapa orang pasti tidak menyangka dengan seberapa baiknya ia dalam menipu — hingga akhirnya berakhir di lapas mengerikan ini. Di balik itu, JJ seringkali menjadi volunteer juru masak untuk disajikan kepada penghuni bui. Pria besar itu cukup populer dan Nattawin yakin penjara adalah lokasi yang tepat bagi JJ untuk mencetak track record yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MileApo] Edelweis That Ain't Last Forever
FanfictionNamun satu hal yang Nattawin yakini; pria Phakphum itu jauh dari kata 'berbahaya'. Dan Mile Phakphum miliki konklusinya sendiri; narapidana bernomor 1515 itu adalah definisi manusia paling berbahaya untuknya.