"aku hanya merasa iri dengan keberaniannya. Dia sendirian tapi tak pernah mengenal takut. Kurasa"
-Someone"menikmati kemegahan kastil Fake Snape?"
suara itu terdengar tak asing bagi Nesa. Benar saja saat menoleh ada seorang berambut pirang Platina sembari menggigit apel hijau Ditangannya."sebenarnya apa maumu Malfoy? katakan" jawab Nesa santai.
latihan Legilimency membuat kepala nesa sedikit berdenyut. Apalagi dengan dimulainya banyak tugas yang ia tak mengetahui sama sekali materi didalamnya.
Mata coklatnya memandang kearah luar kastil dari ketinggian menara Astronomi yang baru ia temukan keberadaannya."sejujurnya, aku hanya suka mengganggu Mudblood sepertimu dan Granger. tapi rasanya lebih menyenangkan melihat reaksimu"
Nesa hanya berdehem cuek, seakan batinnya berteriak
'pergilah cokk !!! gua capekkk !!!'"lagi kenapa kau harus di Slytherin. ayahku berkata bahwa Slytherin hanya dari kalangan Pureblood bukan darah kotor sepertimu" ucap Draco sambil menyeringai.
"kau tahu Malfoy, aku tak perduli. aku hanya ingin bersekolah dan lulus dengan damai. Satu Lagi. sepertinya ayahmu tidak selalu benar!!" ucap Nesa sambil berlalu.
sayangnya jubah yang Nesa tenteng ditahan oleh Draco, tatapan Draco berubah menjadi tatapan amarah.
"tak apa jika ayahku salah, setidaknya aku punya ayah" bisik Draco
"CUKUP MALFOY!!!" ucap Nesa sambil mengarahkan tongkatnya pada Draco."KAU!! kuperingatkan, JANGAN PERNAH MENYEBUT NAMAKU DENGAN NADA SEPERTI ITU!!" Draco berteriak dan menggenggam erat pergelangan Nesa seakan tanda ancaman untuk gadis itu.
Nesa terkejut dengan teriakan Draco yang tepat di depan wajahnya.
"aku tahu, kau hanya gelandangan lemah yang dipungut Snape atas dasar kasihan. kau bahkan tak tahu mantra apapun MUD-BLOOD!! kuharap kau menjadi salah satu korban Teror itu"
Draco pergi meninggalkan Nesa yang masih mematung.
satu hal yan tak bisa Nesa tahan teriakan atau bentakan dari seseorang.
tanpa disadari Nesa menangis tapi masih diam. hanya diam dan kini terduduk di menara astronomi. jubahnya terlepas yang entah perginya kemana sekarang
perlahan Salju turun, salju pertama yang menyedihkan bagi Nesa."Arnesa !! kau kenapa ??" teriak seseorang dari belakang.
"oh hay Harry, aku tak apa. Hanya sedikit lelah karena mengejar ketertinggalan materi pelajaran" bohong Nesa.
"tunggu, kenapa kau pakai Jubah Slytherin? apa yang kau rencanakan heh ?" tanya nesa untuk mengalihkan pembicaraan.kini Harry duduk dan memeluk lututnya sejenak.
"sebenarnya, sudah kulakukan. kurasa kau tak perlu tahu. aku tidak mau adikku berada dalam Masalah" ucap Harry.
Tangan Harry mengelus rambut hiitam itu kemudian turun kearah hidung nesa dan sedikit mencubitnya dengan gemas.Lembut
"terimakasih sudah memanusiakan ku Harry. Tetap jadi kakakku ya" ucap Nesa sambil sedikit Terisak namun ia tahan.
"bagaimana Kau tahu aku disini ?" lanjut Nesa"aku tak sengaja mendengar pembicaraan Malfoy dengan anak Slytherin lain. dia bilang sudah memberimu pelajaran di Menara astronomi. jadi aku datang. aku takut dia macam-macam"
"ck, dia tidak akan bisa menyentuhku. kau tahu kan Harry aku pandai berkelahi" ucap nesa sambil menaikkan alisnya. mereka berdua tertawa kecil sambil memandangi salju yang turun.
"lebih kuat Nesa, kau tahu kan, mungkin kita bukan keluarga kandung. Tapi kau Tanggung jawabku disini"
"pakai ini, salju sudah turun, ini pasti sangat dingin. aku tak mau adikku sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [Draco Malfoy]
Fanfiction"Sebuah kebetulan aku bertemu dengan semua hingga kebetulan itu membawaku dalam pelukanmu.. sampai akhir. peluklah aku" Nesa tak menyadari bahwa ia merupakan salah satu bagian penting dalam sekolah sihir yang bahkan tidak pernah ia mimpikan. "sadar...