Namaku Dika Arta Fariza, saat ini umurku 35 tahun dan telah dikaruniai dua orang anak yang menjadi buah cintaku bersama Laras Trimunjani atau lebih dikenal dengan nama Astri. Anak pertama ku beri nama Fahrul Arta Fariza dan anak kedua ku beri nama Haifa Arta Fariza, masing-masing dari kedua anakku berumur 10 dan 5 tahun.
Aku bertemu Astri diawal tahun 2006, ketika dia masih duduk di bangku kelas 2 SMP, sementara aku sendiri kuliah tingkat 3 semester 6. Awalnya aku hanya iseng mengajak Astri kenalan dan tak berharap lebih mengingat perbedaan usia kita terpaut tujuh tahun, aku merasa sangat mustahil jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Lagi pula ketika itu aku masih menjalin hubungan bersama Shofa Khoirunnisa atau lebih akrab dipanggil Nisa dan hubungan kita sudah berjalan selama lima tahun setengah.
Aku sangat mencintainya, Nisa adalah penawar rasa sakit hati ketika aku ditinggalkan Dania tanpa memberikan alasan di tahun 2000. Dania memang bukan pacar pertamaku, sebelum bertemu dengannya aku sering kali gonta-ganti pacar tapi aku belum mengerti apa itu cinta. Meski demikian, bagiku Dania cinta pertamaku, dia yang mengenalkanku arti cinta dan mencintai, hanya kepadanyalah aku curahkan seluruh perasaan cinta dan kasih sayangku saat itu.
Selain menjadi penawar rasa sakit hati, Nisa juga yang telah mengembalikan semangat hidupku ketika aku mengalami tekanan batin karena aku tak lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri di tahun 2003. Mungkin bagi orang lain hal itu adalah hal sepele mengingat masih banyak perguruan tinggi swasta yang mungkin lebih baik dari perguruan tinggi negeri. Tapi hal itu tak berlaku bagiku dimasa itu, aku yang sangat sangat sangat optimis akan lulus ujian dan diterima di perguruan tinggi negeri mengabaikan pendaftaran perguruan tinggi swasta sebagai alternatif. Ketika hari pengumuman tiba, aku menelan kecewaan yang teramat dalam karena namaku tak ada di daftar nama peserta lulus ujian dan itulah yang membuatku merasa tertekan.
Pada dasarnya aku adalah badboy, selain pernah menjadi pengguna obat-obatan terlarang dan pecandu alkohol, aku sering kali berganti pasangan sampai-sampai aku tak ingat sudah berapa kali menghianati Nisa. Bagiku Nisa sangat sempurna baik secara fisik atau dari segi sifat dan karakter, kita mampu menutupi kekurangan masing-masing dengan kelebihan yang kita miliki. Semua penghianatan cinta yang kulakukan hanyalah iseng semata tanpa ada rasa cinta didalamnya karena cintaku hanya untuk Nisa seorang.
Sebenarnya Nisa sendiri tahu akan hal itu namun dia selalu menyembunyikan kecemburunya bahkan ketika aku menjalin hubungan dengan Astri, Nisa juga mengetahuinya. Semua itu Nisa ungkapkan pertengahan tahun 2006 ketika usia hubungan kita genap enam tahun.
Waktu itu Nisa menelponku meminta agar aku menemuinya di kost-annya dengan alasan ada hal penting yang ingin dibicarakan. Setelah kelas berakhir aku segera menuju kost-an Nisa dengan perasaan tak menentu karena nada bicara Nisa di telpon tak seperti biasanya.
Setibanya di kost-an, ketika membuka pintu kamar ku lihat mata Nisa bengkak dan tak henti mengurai air mata.
"Kamu kenapa sayang?" kagetku melihat paras kusut Nisa seraya memeluk dan mengusap kepala belakangnya.
"Aku gak tau gimana ngomongnya" ucap Nisa disela isak tangis.
"Emang ada apaan? Aku koq jadi gak enak hati gini!" ungkapku kemudian mengajaknya duduk diatas kasur tanpa ranjang.
"Ka, ,, hikss ,, selama kita pacaran aku tau kamu pernah pacaran sama Fitri" ucap Nisa terisak.
Jedeerrrr ,, betapa kagetnya aku mendengar pernyataan Nisa sampai-sampai aku merasa bagai tersambar petir.
"Aku tau kamu pernah pacaran sama Chintya, Shinta, Rani, dan Sasa. .. hikss ,, hikss .. Aku juga tau sekarang kamu lagi jalin hubungan sama anak SMP. .. hikss .. Sejujurnya aku sakit, aku marah, tapi aku gak bisa marah sama kamu, malah yang ada aku berharap kamu bisa nemuin cewe yang lebih baik dari aku, yang bisa lebih ngertiin kamu, yang lebih sayang sama kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonia Keponakan Istriku
Truyện NgắnPetualangan baru Dika Arta Fariza setelah menikah