☘️23📚

239 32 3
                                    

<Author POV>

"Kenapa dia tidur di sini?"

Pagimu cerahmu.

Matahari bersinar.

Melihat wajah tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat wajah tampan.

Di sampingmu :v

Kondisi yang kekurangan nutrisi sedikit demi sedikit membaik.

Kedua kawanmu yang merawatmu dan untuk sementara keberadaanmu di rahasiakan.

Tidak biasanya Alhaitham tidur di kamarmu, biasanya dia akan diseret Kaveh keluar.

"Pelan-pelan saja"

Meski begitu sekarang tubuhmu lebih lemah.

Bruk!

Tangan dan kakimu kehilangan kekuatannya untuk menopang.

Jika dipaksa kaki dan tanganmu akan gemetar.

"Uhh..."

"[Y/n]?"

"Ah, maaf aku membangunkanmu ya"

"Daijoubu?", Alhaitham langsung turun dari kasurmu dan menggendongmu.

"Uhn, daijoubu...a-anu kenapa kau tidur di sini?"

"Tidak boleh?", lalu dia membuatmu duduk di tepi kasur.

"Uhm...la-lain kali bilang padaku dulu dong"

"Semalam kau sudah tidur, aku tidak mau membangunkanmu hanya untuk itu", Alhaitham mengusap puncak kepalamu. "Kau mau ke mana?"

"Mandi, aku ingin berendam"

"Aku siapkan airnya"

Alhaitham menggendongmu untuk ke ruang tengah.

Di sana sudah ada Kaveh yang ribut sendiri dan terlihat buru-buru.

"Ah, sarapan kalian sudah kusiapkan! Aku harus pergi!"

"Itterashai"

"Shigoto ka?"

"Kalau bukan kerjaan apalagi!"

"Fufu, pasti desainnya diterima kliennya"

"Kau mau sarapan dulu?"

"Mandi baru makan"

"Wakatta, chotto matte ne"

☘️📚☘️

<Alhaitham POV>

Aku menunggu di depan pintu.

Yah, selama aku membantunya membersihkan badan aku harus tahan.

Untung aku bisa.

"Kalau sudah bilang padaku"

"Iya~"

Aku tidak menyangka hal ini, dia hanya kehilangan kekuatan menopang di kakinya dan kekuatan tangannya.

Visionnya tiada dan ia sudah tidak bisa sihir.

Meski ingatannya utuh.

Aku harus lebih menjaganya lagi.

"Alhaitham"

"Sudah?"

"Belum, aku hanya memastikanmu masih di depan"

"Jangan lama-lama nanti keriput"

"Alhaitham...apa kau sedih aku tidak ada?"

Apa yang dia bicarakan?

"Aku hampir kehilangan akal sehatku, [y/n]...aku tidak punya siapa-siapa lagi kecuali kau"

"Kaveh?"

"Iya, dan dia"

Aku hilang arah.

Aku hanya mengumpulkan mawar Sumeru di jalan dan ke Vanarana setelahnya.

Berjalan tanpa arah dan tujuan.

Aku hanya berpikir mengapa Archon tidak adil.

Mengapa Archon selalu merenggut semuanya dariku.

Hanya terus berpikir dan tanpa tujuan.

"Aku merindukanmu setiap saat, pikiranku, hatiku, doaku...semua itu selalu ada namamu"

Tidak hanya itu. "Duniaku, separuh nafas dan jiwaku ada untukmu [y/n]"

Ah, aku ingin sekali memeluknya sekarang.

"...aku sudah selesai"

Aku masuk ke kamar mandi begitu dia memanggil.

Dia menyembunyikan dirinya dalam air.

"Doushita?"

Sambil menutup mukanya.

Aku mengangkat tubuhnya dari air hangat yang sekarang sudah dingin.

Mengeringkan tubuh dan rambutnya lalu memakaikannya pakaian.

"Hm?"

Begitu badannya tertutupi kain dia memelukku.

"Terima kasih sudah menyukaiku, Alhaitham"

Mukaku memanas rasanya, sepertinya sedari tadi memerah.

"Aishiteru yo, [y/n]"

"Uhn, aishite kurete arigatou"

Aku membalas pelukannya.

Tubuhnya yang kurus aku angkat.

"Asa gohan isshoni tabe yo"

"Uhn, Kaveh sudah capek-capek membuatnya untuk kita"

"Kau mau sesuatu? Biar kubuatkan"

"Aku rindu teh buatanmu Alhaitham"

Aku begitu kacau sampai mau gila rasanya ketika dia tiada.

Tapi kini nyata, dia ada di sini.

Aku tak ingin kehilangannya lagi.

"Alhaitham, apa aku merepotkan?"

"Iya"

"Ukh! Jujur sekali!"

"Tapi aku tidak keberatan sama sekali, aku membutuhkanmu begitu juga sebaliknya"

"Itu pujian apa hinaan?"

"Haha, tehnya pakai susu?"

"Cih, mengalihkan pembicaraan"

Selagi kami masih ada waktu, aku ingin menghabiskannya bersamamu.

Meski itu merepotkan sekalipun.

Aku menerima apapun keadaannya.

"Aku jadi membayangkan bagaimana reaksi teman-teman kecilku"

"Mereka menangis kencang waktu kau tiada, keterlaluan sekali kau ini [y/n]"

"Ehe~ gomen...kau juga?"

Bagian ini lebih baik tidak kuceritakan, memalukan rasanya.

"Benar ya, senangnya~"

"Kenapa kau malah senang?"

"Ada yang menangisiku, merindukanku, memarahiku...mencintaiku, aku bersyukur ada orang yang menganggapku ada"

Ah, senyumnya yang tidak palsu itu manis sekali.

"[Y/n], kau adalah orang yang paling berharga untukku"

"Su-sudah dong! Ja-jangan menggodaku!"

"A-aku memberanikan diri mengatakan ini"

"Wa-wajahmu merah!"

"Kau juga!"

Tertawa seperti ini bersamamu sangatlah menyenangkan.

PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang