48

67 11 0
                                    

"Kamu dari mana, Matthew!?" Mami berseru kaget melihat Matthew masuk ke dalam rumah dengan lemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu dari mana, Matthew!?" Mami berseru kaget melihat Matthew masuk ke dalam rumah dengan lemas. Pakaian anaknya itu tidak berubah sejak pagi. Masih mengenakan kemeja dan celana kain, setelan bekerjanya, tanda Matthew belum ada pulang ke rumah daritadi.

"Kantor." Jawab Matthew lirih, berjalan menaiki tangga tanpa memperdulikan Mami yang keheranan di pantry.

"Matthew!" Seru Mami lagi membuat Matthew menghentikan langkah, sedikit berbalik melihat Mami dengan mata yang sayu.

"Kamu kalau sakit jangan maksain diri, ya. Nanti Mami bilang ke Papi kalau kamu butuh istirahat." Kata Mami prihatin, kedua matanya berkaca-kaca melihat Matthew yang seperti zombie. Tidak ada semangat dan binar bahagia di mata Matthew yang sering Mami lihat seperti dulu.

Sebagai seorang Ibu, Mami tentu saja tidak suka melihat Matthew seperti itu. Padahal, awalnya Mami sangat bersuka cita saat Matthew kembali ke rumah dan mengaku telah putus dengan Dinda. Meski Matthew tidak ingin kembali bertunangan dengan Yona, Mami tetap senang karena setidaknya Matthew tidak memilih Dinda--dan Mami bisa memperkenalkan Matthew dengan perempuan-perempuan lain nantinya. Namun, sepertinya rencana itu harus Mami tunda karena kondisi Matthew makin hari makin buruk.

"I'm okay, Mi. Banyak kerjaan di kantor yang harus diselesaiin. Banyak pembaruan yang harus diurus." Kata Matthew lirih, berniat melanjutkan langkah saat Mami berseru dengan lantang.

"Matthew kala mau ketemu sama Dinda sok aja, ya!"

Tubuh Matthew kaku seketika. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuh. Ia tidak marah kepada Mami, hanya kesal mendengar nama Dinda tersebut. Nama yang enggan lagi ia dengar akhir-akhir ini. Lalu tanpa membalas seruan Mami, Matthew kembali melanjutkan langkah menaiki tangga. Hatinya memanas, dadanya kembang kempis dan rasanya Matthew ingin meninju tembok menggunakan tangannya itu.

~~~

"Jordan bohong soal selingkuh." Adalah kalimat pertama yang Matthew dengar dari Manendra yang tiba-tiba menelponnya di malam hari. Ia masih terjaga, tidak bisa tidur meski badannya terasa lemas luar biasa setelah memaksa diri bekerja seharian.

Tapi Matthew tidak bisa tidak bekerja. Jika diam, ia akan mengingat Dinda dan itu akan membuat hatinya sakit luar biasa. Makanya Matthew lebih memilih untuk menyibukkan diri agar kepalanya bisa bekerja dengan waras, mengenyampingkan pikirannya tentang Dinda yang juga ia pertanyakan keberadaannya diam-diam.

"Kemungkinan besar Dinda ada di Sukabumi sama orangtuanya, if you want to know or--"

"Nen, enough."

"Ok. That's all that I wanted to tell you." Kata Manendra terdengar tidak peduli dengan desah kecewa Matthew yang seharian ini lelah mendengar nama Dinda tersebut oleh orang-orang terdekatnya, bahkan Mami yang dulu cukup membenci Dinda dan keluarganya pun menyarankannya untuk bertemu Dinda. Sebuah keajaiban yang tidak dibutuhkan Matthew lagi sekarang.

Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang