Kedua garis alis gadis itu nyaris bertemu di tengah. Bibir mungilnya ia majukan dengan tidak sadar. Sorot matanya tajam menatap kertas di hadapannya tanpa bekedip.
5 detik ...
10 detik ...
15 detik ...Ia pun menghela napas sambil mengusap keringat dingin yang mulai membasahi dahinya. Poni choppy-nya menempel ke pipi dan dahinya karena keringat. Tapi ia tidak peduli. Siapa yang peduli dengan penampilan saat mereka berada di posisi hidup dan mati?
Tapi tunggu.
Apakah saya terlihat berantakan?
Apakah rambut saya acak-acakan?
Batin gadis tersebut.
"Fokus Moon Byulyi." Gadis itu bergumam lirih sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Menghela napas untuk kesekian kalinya, Byulyi berusaha memusatkan kembali perhatian pada kertas ujian di hadapannya.
Hanya 30 menit tersisa dan baru 3 dari 5 soal Ujian Akhir Semester yang terisi. Itupun ia tidak yakin jika jawabannya benar. Jika diibaratkan genre film atau novel, maka jawaban soal ujian Byulyi bisa dikategorikan science fiction. Sebagaian isinya ilmu pengetahuan, sebagian lagi fiksi. Harapannya sih paling tidak dosen melihat usahanya dan memberikan poin.
Ya, memang hanya 5 soal, tapi untuk menjawab 1 soal saja jawabannya minimal menghabisakan setengah lembar A4. Byulyi sampai harus mengaktivasi sel-sel otaknya untuk melakukan aksi akrobatik. Masalahnya, untuk 2 soal tersisa, ia sama sekali buntu. Mengarang fiksi sekalipun tidak ada ilham.
"Kenapa soal Kimia susah sekali!" Geramnya dalam hati.
Ada alasan kenapa Byulyi memilih Program Studi Matematika di perkuliahan. Selain karena itu memang mata pelajaran favoritnya, ia juga tak harus berurusan dengan segala hal yang berhubungan dengan Kimia, mata pelajaran yang paling tidak ia kuasai selama SMA. Asal tau saja, di SMA Byulyi dapat mengurai suatu rumus integral dan polinomial pangkat 3 semudah menjentikan jari, namun dia gagal memahami konsep reaksi sesederhana H2 + O2 --> H2O.
Tapi siapa sangka jika dugaannyaa salah besar. Di tahun pertamanya di bangku kuliah, ia tetap harus berhadapan dengan mata pelajaran terkutuk tersebut.
"Itu Kimia Dasar. Mahasiswa dari semua jurusan wajib ambil, karena akan terpakai juga nanti kalau sudah di Jurusan." Papar salah seorang seniornya saat Byulyi mengalami mental breakdown ketika mengetahui bahwa mata kuliah Kimia Dasar I masuk dalam SKS semester pertamanya. Yang paling horor dari segala horor adalah nama mata kuliah tersebut: Kimia Dasar I. Artinya dia masih harus berhadapan dengan Kimia Dasar II di Semester berikutnya.
Dasar katanya. Jika tingkatan dasar saja sudah seperti ini sulitnya, Byulyi tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya Kimia tingkat advanced.
"20 menit lagi ya..." Suara berat seorang laki-laki bergema di dalam kelas. Menyadarkan Byulyi kembali bahwa ia masih punya 2 soal yang harus ia selesaikan. Kepanikan mulai melanda dirinya saat beberapa mahasiswa mulai bangkit dan meninggalkan meja mereka. Meninggalkan ruang ujian setelah menyerahkan lembar ujian mereka pada Asisten Dosen yang ditugaskan untuk mengawal jalannya ujian.
Wow... Keren sekali mereka sudah selesai. Apakah soal ujiannya mudah bagi mereka? Batin Byulyi. Level kepercayaan dirinya menurun drastis.
Dan ngomong-ngomong soal sang Asisten Dosen - si pemilik suara berat barusan - dia adalah salah satu alasan kenapa Byulyi tidak berkonsentrasi pada soal ujiannya kali ini. Alasan pertama sih karena memang ia tidak menguasai materi, tapi ya tetap saja, sang Asdos berkontribusi besar dalam membuatnya gagal fokus.
YOU ARE READING
The Moons - JinByul short stories
FanfictionKumpulan cerita pendek dengan Moon Byulyi dan Kim Seokjin sebagai tokoh utama