-17-

489 14 2
                                    

n : sorry banget bahasanya suka berubah² sesuai mood. Enjoy the story aja yaa ✋ kalo ada typo comment yaa guys, sowwryyy.

Setelah berbincang-bincang dengan Agnes, kami berpisah di jam berikutnya. Aku pergi untuk menemui salah satu dosen yang dikenal killer. Tapi karena aku hanya ingin mengumpulkan tugas ku, masa bodo. Selagi aku tidak berbuat salah padanya, aku tidak akan takut.

Di lorong, aku lihat mas Meda sedang berbicara dengan Fia, awalnya aku tidak ingin penasaran, tapi mereka tampak mengobrol serius, aku pura pura mendengarkan musik di earphone padahal mendengarkan pembicaraan mereka.

"Mas, kenapa mas harus sembunyiin status pernikahan mas?"

"Gapapa, itu keputusan kita."

"Apa karena kalian cuma dijodohin?"

Mas Meda tak terdengar menjawab apa apa lagi, kemudian aku melihat Fia menyodorkan sebuah kotak bekal berwarna merah muda. Aku berasumsi itu kotak bekal Couple karena berbentuk separuh hati. Mas Meda juga langsung menerima kotak bekal itu, padahal mas Meda sudah membawa bekal.

Akhirnya akupun melewati mereka tanpa bicara apapun atau bahkan menoleh ke arah mereka lagi. Setelah mengantarkan tugas, aku pergi ke sebuah coffee shop.

Ternyata cukup ramai juga, aku pun memesan sambil memainkan game di ponselku.

"Game teruss" Ucap seorang pria yang tiba tiba duduk di depanku. "Biarin sih ndre, repot banget hidup Lo" aku hanya meliriknya sekilas kemudian fokus pada game di ponselku. "btw Lo tau gak sih, rumor tentang abang Lo" aku reflek menatap Andre, aku mulai waspada, apa jangan jangan kabar pernikahan kami sudah tersebar?

"Apa?" Tanyaku, "Masa Lo gatau sih, kebanyakan main game si" Ucap Andre sambil menggelengkan kepalanya, "Itu lho, Lo tau mahasiswi pertukaran pelajar dari Jogja gak? Namanya eee gatau siapa, kata anak anak sih lagi deket sama abang Lo alias si pak dosen galak." Jelas Andre. Aku langsung bisa mengetahui siapa mahasiswi itu, status kami masih aman, tapi kenapa rumornya begitu? Emangnya sedekat apa mereka selain yang tadi kulihat?

"Hoi, jangan bengong, pesanan lu jadi tu" Lamunanku buyar ketika Andre menepuk bahuku serta panggilan dari sang barista. Aku pun menikmati kopi dengan roti bakar yang kupesan. Sedangkan Andre sedang sibuk dengan tabletnya. "Lagi ngapain Lo ndre?" Tanyaku. "Ini baca Webtoon." Aku tak bisa menahan tawaku "Anjir bisa bisanya, seorang Andre baca Webtoon?? Ahahaha!" Andre menatapku dengan menyipitkan matanya. "Diem dah lagi seru nih"

Aku pun tak lagi mengusiknya dan kembali fokus pada duniaku sendiri, hingga tiba tiba ada suara seorang wanita yang memanggil namaku, panggilannya membuat jantungku seolah berhenti, karena wanita itu adalah ....

Mama mertuaku.

"Tamara, kamu lagi apa disini?" Mama memperhatikan orang yang sedang bersamaku alias si Andre ini. Andre reflek menoleh "Siapa Tam?" Aku pun buru buru bangkit dan menyalimi tangan mama "Ini nyokap gue ndre" Dengan sigap, Andre juga ikut menyalimi tangan mama.

Namun sepertinya mama marah, ya wajar sih, melihat menantunya bersama lelaki lain siapa yang tidak marah? "Tant--" sebelum Andre membuka mulutnya lebih lebar, aku buru buru berpamitan dan membawa mama pergi ke tempat lain.

"Kenapa panik gitu? Takut ketahuan selingkuh?" Mama menghentikan langkahnya. "Aku nggak selingkuh ma. Dia temenku." Mama menghela nafas berat, "Trus kenapa harus buru buru pergi?" Tanya mama yang membuatku semakin tak bisa berkutik, "Mama gak salah ya?" Mama semakin memojokkan ku. "Mama gak salah, aku yang salah jalan sama cowok lain selain anak mama, mama juga tolong ya tanyain ke anak mama soal kedekatannya sama Fia. Mama tau dia kan? Dia baru datang kesini karena pertukaran pelajar dari Jogja." Aku yang kesal memilih untuk duduk disebuah kursi panjang yang ada disana.

Aku mengacak rambutku sebal, kenapa aku harus mengatakan hal itu? Itu sama saja menekankan bahwa aku sedang cemburu dan ingin membalas mas Meda. Mama pun duduk di sebelahku. "Mama gak usah bilang ke mas Meda soal ini, aku gamau mas Meda malah ngira aku cemburu. Lagian berita itu blm tentu bener. Maaf maa, disini aku yang salah." Aku menggigit bibir ku kesal, namun apa boleh buat.

Tak disangka, mama malah memelukku dan berusaha untuk menenangkan ku. "Meda nyakitin kamu ya?" Tanya mama dengan nada yang berbeda dari sebelumnya, kali ini lebih lembut.

"Engga kok mah" aku diam setelah mengatakannya. "Maaf mama gak tau masalah kalian, seharusnya mama gak ikut campur." Aku jadi merasa bersalah pada Mama. Tapi aku bingung harus menjawab apa lagi.

Setelah pertemuan singkat kami, mama pergi dengan taksi. Katanya mama masih ingin bepergian dengan mamaku. Aku jadi merenung disana. Mungkin aku terbawa suasana karena ucapan mama tadi, aku juga masih kepikiran soal omonganku tentang mas Meda pada Mama.

Aku memutuskan untuk membolos dari kelas mas Meda dan pulang dengan taksi. Tepat 10 menit setelah jadwal mas Meda dimulai, aku mendapat pesan singkat darinya. "Dimana?"

Aku hanya melihatnya sekilas dari notifikasi dan mematikan daya teleponku. Aku memulai silent treatment yang biasa kulakukan disaat sedang dilanda masalah, marah atau pikiran kalut. Entah aku sedang berada di opsi yang mana sekarang.

Voment for appreciate ✨
Kalau ada saran/masukan bisa di kolom komentar atau DM aja yaa!
see u in d next part
Enjoy~

my perfect 'Mas'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang