⚠️ PERINGATAN! Chapter ini mengandung konten dewasa. Kebijaksanaan pembaca diharapkan.
***
Setelah makan siang bersama, Noel membawaku ke apartemennya. Apartemen Noel yang biasanya beraroma seperti aroma vanilla dan cokelat, kini aromanya terasa berbeda, kali ini aku mencium aroma kayu cendana dan mint yang sejuk dan dingin.
Biasanya, ruang apartemen diisi dengan perabotan beraneka warna, kini didominasi oleh warna-warna netral seperti putih, hitam, abu-abu, dan coklat kayu.
Ketika aku masuk ke kamar Noel, tak ada lagi boneka-boneka di tempat tidur, hanya ada dua bantal dan sebuah selimut.
"Bonekanya kemana, sayang?" tanyaku.
"Aku kasihkan orang. Bagusan gini kan sayang? Kelihatan luas dan elegan," jawab Noel.
"Hmmm... mau gimana aja bagus kalau ada kamu," godaku.
Noel tersenyum. "Huh! Gombal!"
Aku duduk di ranjang dan menepuk ruang kosong yang ada di sebelahku. "Sini, duduk sayang," kataku.
Noel pun duduk di sampingku dengan patuh.
"Kamu banyak berubah sayang. Apa ini karena ucapan Aaron?" tanyaku memulai pembicaraan.
Noel menatapku. "Iya, tapi nggak sepenuhnya karena ucapannya. Sayang nggak suka kah?" tanya Noel.
Aku menghela nafasku dan memejamkan mataku sejenak. "Aku suka. Aku suka seperti apapun kamu..." jawabku.
RRRRRRR! Ponsel Noel tiba-tiba bergetar. Aku melihat sebuah panggilan masuk di sana ketika Noel mengangkat ponselnya di hadapannya. Ada sebuah panggilan telepon dari seseorang yang kontaknya dinamai 'Jeanne Seni Lukis'.
Noel menatapku sejenak dan mematikan ponselnya.
"Kenapa dimatikan ponselnya? Dia siapa?" tanyaku.
"Dia temen klub. Aku sekarang ikut klub seni lukis juga," jawab Noel.
"Mmm.... gitu ya," jawabku tanpa menaruh rasa curiga.
"Aku nggak angkat karena aku lagi berdua sama sayangku. Kita udah lama nggak ketemu, masa aku malah ngobrol sama orang lain sih, hehe..." jawab Noel sambil diam-diam mengoyak kuku-kuku jari tangan kirinya.
Aku meraih telapak tangan kiri Noel dan menggenggamnya. "Jangan dikoyak begitu, nanti luka. Kamu nggak apa-apa kan?" tanyaku khawatir.
"Mmm... aku nggak apa-apa kok..." jawab Noel canggung.
Tiba-tiba saja, Noel mendekatkan kepalanya ke kepalaku dan meng*cup bibirku.
Aku tersenyum begitu Noel menjauhkan kepalanya dari kepalaku.
Noel menatapku dengan pupil matanya yang bergetar dan pipinya yang memancarkan semburat merah muda.
Kemudian ia meng*ndus leherku dan menc*uminya. Aku memeluk Noel dan menahan geli di leherku karena sentuhan-sentuhan yang diberikan Noel dengan b*bir dan l*dahnya di sana.
"Parfum kamu nggak pernah berubah, sayang. Aku suka banget. Walaupun di sini aku simpen parfum yang sama, aromanya nggak sama kalau parfumnya nggak menempel di tubuh kamu, sayang," kata Noel sambil memandangku dari jarak wajahnya yang begitu dekat dengan wajahku.
"Tuh, gombal lagi," godaku.
"Enggak, aku kan cuma ngungkapin perasaanku aja," jawab Noel sambil tersenyum. "Lanjut yuk, sayang!" ajak Noel.
Aku tertawa kecil. "Ya udah, yuk!" jawabku.
"Oke," jawab Noel sembari membelai lembut rambutku.
Perlahan-lahan, Noel meng*cup bibirku, meng*git bibirku dengan bibirnya, menyentuh bibirku dengan lidahnya, dan menjelajahi setiap rongga mulutku dengan lidahnya. Noel memelukku dengan erat dan aku pun balas memeluknya dengan erat. Kami saling beradu l*dah sambil berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noel Kristoffer (BxB)
Romance⚠️ 18+ Cerita ini mengandung tema LGBTQ+ dan tema dewasa. Cerita ditulis berdasarkan kisah pribadi dengan alur cerita yang dikembangkan. Namun, sama sekali tidak mengubah inti cerita serta momen-momen kebersamaan kami. Identitas asli para tokoh (nam...