Mikasa benar, tidak baik untuk hubungannya dengan Annie jika ia berbohong dan menyembunyikan sesuatu. Apapun yang disembunyikan, tidak akan selamanya tersimpan dengan rapih. Waktu akan memperlihatkan dan ia tidak ingin Annie mengetahuinya dari orang lain. Oleh karena itu, ia harus berani mengakui semuanya di depan kekasihnya, tanpa ada yang disembunyikan.
Armin adalah sosok yang sangat menghargai komunikasi dan keterbukaan dalam setiap hubungannya. Ia selalu mempraktikkan nilai ini, baik dalam pertemanan, hubungan sahabat, bekerja dengan atasan, bertemu dengan dosen, maupun dalam hubungannya dengan kekasihnya, Annie. Menyembunyikan penyakitnya selama satu setengah tahun terakhir sungguh sangat menjengkelkan bagi Armin. Ia harus berkunjung ke rumah sakit secara teratur dan diam-diam, yang membuatnya merasa kesal.
Terlebih lagi sahabat dan kekasihnya percaya bahwa ia bekerja di luar pulau. Dengan menggunakan alasan ini mereka mempercayainya, namun Armin merasa sangat bersalah karena telah membohongi mereka. Meskipun sebenarnya tidak berbohong sepenuhnya karena memang ia bekerja sambil berobat di tempat yang sama. Armin bersyukur bahwa ada kode etik kedokteran yang melarang penyebaran informasi pribadi mengenai pasien.
Namun, rasanya Tuhan telah menyiapkan skenario yang rumit untuk Armin. Ia tidak pernah mengira bahwa Mikasa akan mengetahui semuanya. Terlepas dari apakah itu disengaja atau hanya karena kebodohan Levi.
Well, Armin menyadari bahwa ia harusnya mempersiapkan segalanya, bahkan sejak awal. Seharusnya ia bisa menduga bahwa Mikasa akan mengetahuinya, terlebih lagi karena ia berobat dengan kakak sahabatnya. Namun, ia tetap merasa terkejut ketika Mikasa mengetahui hal ini.
Percakapan dengan Mikasa beberapa hari sebelumnya membuatnya bimbang. Armin dan Mikasa sempat mengalami perdebatan. Mikasa ingin membuat janji temu antara mereka semua. Mikasa, Armin, Eren dan Annie. Namun Armin merasa belum siap. Hingga akhirnya Mikasa luluh tapi tetap meminta Armin agar jujur mengenai kondisinya kepada Annie.
Armin saat ini sudah berada di tempat yang telah disepakati oleh dirinya dan Annie. Armin merasa sedikit gugup karena ia telah tiba di lokasi, namun masih berada di area parkir. Ada beberapa notifikasi pesan masuk, dari kekasihnya.
Armin sudah keluar dari mobilnya dan ia mulai mengatur napasnya, menghilangkan rasa gugup yang menyeruak dalam tubuhnya. Segala skenario terburuk ada dikepalanya. Bagaimana reaksi Annie ketika mengetahui ini darinya? Lebih terarah pada sedih atau kecewa karena menyembunyikan penyakit ini? Membayangkan wajah Annie seperti apa... Semoga apa yang diilustrasikan kepalanya tidak menjadi kenyataan.
Dengan tubuh yang tegap, Armin melangkah maju walaupun dahinya berkeringat. Ragunya terlihat saat ia masuk ke dalam restoran, namun ketika Armin melihat Annie yang sedang melambaikan tangannya dan tersenyum bahagia, perasaannya menjadi lega dan bersyukur karena mereka akhirnya bertemu lagi setelah sekian lama.
Annie mengenakan pakaian yang selalu menjadi dirinya sendiri. Kemeja flanel dengan warna biru navy-putih dan celana jeans biru muda. Bagi Annie yang penting adalah bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus memedulikan pendapat orang lain. Armin sendiri hanya memakai baju polo warna baby-yellow ditemani celana hitam yang terlihat simpel namun tetap rapi.
Armin memeluk Annie dengan erat, senyum pada dua manusia ini tidak pudar sejak netra mereka bertemu. Armin menghirup aroma wangi parfum yang menguar dari Annie.
Aroma peach melba, rasberi dikombinasikan dengan oudh dan amber menambah sedikit kesan musk yang tidak berlebihan. Rasanya seperti berada dikawasan hutan yang embun dipenuhi dengan aroma sehabis hujan, segar dan dingin. Butuh waktu agak lama hingga akhirnya Annie menegur Armin karena terlalu memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in the Maze
FanfictionNamun, segala skenario terburuk muncul dalam kepalanya. Bagaimana reaksi Annie jika mengetahui hal ini? Akankah dia sedih atau kecewa karena Armin menyembunyikan ini? Armin membayangkan semua dengan harapan jika ini hanya ilusi di kepalanya.