Bagian 3

3 4 0
                                    

"Deeeek, kumpul!"
Suara kak Salim memanggil kami. Sudah dua Minggu sejak penerimaan anggota baru, bisa dibilang kemampuan kami sudah mulai terasah.

"Kakak dengar akan ada sebuah acara yang akan berlangsung di gedung olahraga. Kalau tidak salah akan ada pertandingan badminton tingkat kabupaten. Jadi disini para panitia lomba tersebut ingin kita tampil untuk pembukaan acara tersebut. Kakak akan atur untuk jam latihan kita. Oh iya, anak CG latihan sendiri yaa. Nanti kalau tinggal 3 hari sebelum tampil, baru disatukan sama yang lain" Jelas kak Salim.

Selang beberapa hari, kami diperintahkan oleh kak Salim untuk latihan mandiri. Kami berkumpul didekat taman kota untuk latihan khusus CG.

Latihan kali ini akan dipandu oleh dua orang senior CG. Angka jam menunjukkan pukul 8.50. Kami menunggu anggota yang lain dan seorang senior.

Tepat pukul 9 pagi, semua anggota dan seorang senior datang. Tanpa pikir panjang, kami langsung memulai latihan dengan pemanasan. Setelah selesai, kami langsung mengambil alat masing-masing.

Gerakan pertama, kedua, ketiga sampai selesai telah diajarkan kepada kami, tinggal kami yang harus menghapal gerakan tersebut.

Suara azan Dzuhur berkumandang dan latihan telah usai. Latihan akan dilanjutkan Minggu depan.

"Putra, bendera nya dibawa pulang apa gimana nih?" Tanya indah.

"Enggak tau juga tu, bentar putra tanya" Balasku

Aku berjalan mencari keberadaan senior seniorku. Tampak dengan samar, salah satu senior masih duduk sambil meminum segelas es yang tampak enak.

Aku memanggil dengan sedikit berteriak. Sontak Senior  langsung menoleh ke arahku. Aku berjalan agak cepat menuju kearah senior itu.

"Kak mau nanya,  bendera nya dibawa pulang apa gimana ya kak?" Tanya ku.

"Dibawa aja dek, nanti pas latihan selanjutnya dibawa ya" Jawab seniorku dengan senyum.

Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari untuk mencari indah. Ternyata dia masih setia menunggu ditempat terakhir bertemu.

Aku langsung menghampirinya dan menyampaikan informasi kepadanya. Ia pun tersenyum dengan indah dan mengucapkan terima kasih.

Ntah kenapa aku langsung merasakan sebuah getaran di dada. Getaran yang tidak bisa dideskripsikan. Aku tersenyum tipis melihatnya pergi menjauh.

"Apa aku memiliki rasa dengan indah? Aaahh, tidak mungkin. Palingan cuma perasaan aku aja"

Pertanyaan yang terngiang di kepala ku lantas membuatku berpikir keras. Saat itu tidak ada yang bisa aku pikirkan selain indah dan indah.

"Tapi apakah indah mau menerima laki laki sepertiku. Bahkan kak Salim saja yang punya badan bagus dan wajah yang tampan tidak pernah ia gubris."

Lagi lagi sikap pesimis didalam diriku kembali muncul. Tapi ya sudahlah, mungkin aku bukan untuk indah, bahkan sepertinya dekat saja tidak akan mungkin.

Jangan lupa vote dan komen. Cerita akan di publish setiap hari Minggu atau Sabtu. Terima kasih

Love In The Colour Guard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang