ACDD 22# RENCANA YANG TERTUNDA
"Karena melupakan rasa sakit tidak semudah memberi maaf, maka jangan pernah memaksa keadaan agar kembali seperti dulu lagi. Sama halnya seperti kaca yang sudah retak, meski dirakit sebaik mungkin, semuanya tidak akan nampak sama lagi."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
"Fanuzulum min hamiim."
"Watasliyatu jahiim."
"Inna hadza lahuwa haqqul-yaqiin."
"Fasabbih bismi rabbikal 'adhiim. "
"Shadaqallahul 'adhiim...."
Aisfa mengakhiri bacaan Al-Qur'annya seraya tersenyum. Hatinya selalu merasa tenang setelah membaca Al-Qur'an. Benar memang bahwa hanya dengan mengingat Allah, seseorang bisa mendapatkan ketenangan. Saat hendak menutup Al-Qur'an, terdengar sebuah ketukan pintu.
Tok tok tok
"Ais, ini kakak. Kamu lagi salat Dhuha ya? Di bawah ada keluargaku dan keluargamu. Cepat turun ya."
"Iya, Ustadz."
Aisfa segera meletakkan Al-Qur'an-nya di rak paling atas dan melepas mukena yang membalut tubuhnya. Hatinya menerka-nerka ada apa? Mengapa keluarganya dan keluarga Asyraf sampai berkunjung secara bersamaan. Teringat akhir-akhir ini obrolan Umi Khadijah dan Asyraf menjurus pada pernikahan, seketika membuat perasaan Aisfa tidak enak.
Ia berharap semoga dugaannya salah.
Aisfa turun ke bawah dengan senyuman manis yang menghiasi bibirnya. Ia disambut pelukan hangat ibunya lalu Fina. Ia pun duduk dengan diapit oleh dua wanita itu."Masih ingat sama Bunda Fina, Nak?" tanya Fina menangkup pipi Aisfa dengan sayang.
Aisfa menelan saliva susah payah. Perlahan kepalanya terangguk membuat seorang pemuda yang duduk di seberangnya menatapnya terheran.
"Sama Bunda ingat, sama kakak nggak? Kamu pura-pura lupa ya?" kata Asyraf sebal.
Sekarang ia paham, bahwa gadis itu memang sengaja berpura-pura lupa pada dirinya karena marah. Entah kenapa hati Asyraf merasa sakit karena itu. Padahal ia sendiri yang menorehkan luka pada Aisfa.
Adzriel dan Danil tertawa melihat reaksi Asyraf.
"Kayaknya putri cantiknya Om marah sama kamu, Raf. Siapa suruh kamu tinggalin adik kecil kamu ini tanpa pamit," ujar Adzriel sembari menatap putrinya yang kini menunduk.
"Benar, kamu pura-pura melupakan Asyraf, sayang?" tanya Fina dengan lembut.
"Maaf, Bund. Ais membenci kak Asyraf. Dulu kak Asyraf bilang mau jagain Ais sampai Ais besar tapi dia pergi." Aisfa berkata sendu.
Sejujurnya, Aisfa sudah mengingat Asyraf semenjak pertama kalinya ia bertemu pemuda itu di ndalem Gus Alfatih setelah bertahun-tahun lamanya tanpa kabar.
Aisfa cukup marah saat dia tiba-tiba hadir dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal dia telah menggores luka hingga bercucuran rasa sakit pada Aisfa. Karena hal itu Aisfa memilih berpura-pura lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa (Cinta dalam Doa)
SpiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan mendadak merasakan getaran cinta...