22. Pelarian

97 16 1
                                    

.
.
Happy Reading!
Untuk link secreto gue hapus dulu karena error
.
.







Kini mereka berdelapan telah kabur dari rumah tahanan yang terkutuk itu. Mereka berpikir keras harus lari kemana sekarang. Mengingat saat ini sudah menunjukkan pukul lima sore. Ternyata pergi dari tempat itu juga memerlukan waktu setengah jam. Belum lagi menghapus semua jejak yang mereka tinggalkan agar tidak tertangkap.

Delapan pemuda tampan itu memutuskan untuk membagi diri menjadi dua tim dan berpencar setelah mendengarkan suara orang di salah satu rumah dekat sana. Mereka dengar orangitu membicarakan tentang penumbalan Yohan, Mark, Yeonjun, dan Changbin. Samar-samar juga terdengar kalau dia tengah bicara sendiri tentang orang baru yang akan datang dan juga menjadi tumbal untuk pesugihan.






"Gue rasa ritual pesugihannya bakal berhasil. Ini tumbal paling banyak yang pernah gue tahu selama si tuan besar melakukan ritual itu. Delapan orang hitungannya ngga sedikit, jadi pasti kita bakal kebagian uang yang banyak," monolognya.










Mereka tidak terlalu menghiraukannya dan lanjut berpecah. Eric, Jeno, dan Sunwoo ditarik oleh Yohan. Sedangkan Jaemin tadi langsung ditarik oleh Mark untuk mengikutinya bersama Changbin dan Yeonjun.

"Kak Yohan, harusnya gue sama Nana ga sih? Kalian disini kan pada jago berantem," tanya Jeno sambil tetap berlari kecil dibelakang Yohan.

"Justru karena itu lu disini, Jen. Jaemin bakal aman sama Changbin dan Yeonjun. Gitu-gitu juga anak itu tetap kuat, beda sama gue. Gue memang anak Taekwondo, tapi rasanya lemas banget setelah dipasung gitu seminggu. Mereka lebih suka main tangan, sedangkan gue mainnya asal tendang," jawab Yohan memimpin timnya itu untuk berlari.

"Lu juga belum tahu, kan? Apa yang ada di dalam saku jaketnya Yeonjun," lanjutnya sedikit bergumam.

Nafas Eric agak terengah-engah karena harus berlari dengan mendadak. Mereka juga belum menemukan tempat yang tepat untuk istirahat. Sunwoo yang berlari disebelah Eric menoleh dan khawatir.

Dia memelankan langkahnya dan menepuk pundak Eric pelan, "lu ga kenapa, Ric? Nafas lu berat banget kayanya, kita berhenti dulu ya? Gue takut lu sesak nafas," ajak Sunwoo yang diangguki oleh Eric.

"Mending kita ke rumah itu aja!" seru Yohan pada adik-adiknya itu sembari menunjuk salah satu rumah yang tak jauh dari posisi mereka. Yang lainnya hanya mengangguk singkat dan mulai melangkah ke arah rumah itu.

Dengan sigap Yohan meminta agar mereka masuk terlebih dahulu dan dia masuk paling akhir, lalu mengunci pintunya dari dalam. "Kita sementara disini, berdoa juga supaya Jaemin dan lainnya ga ketangkap. Cari ruangan buat kita istirahat dulu. Rumah ini besar banget kalau dilihat-lihat," ucapnya sambil berbisik pada ketiga lainnya.

Mereka dengan segera berjalan mengendap-ngendap berjalan menaiki tangga ke lantai dua. Itu semua ide Jeno, karena menurutnya mereka akan aman dilantai dua. Ya walaupun kalau ada suatu hal nanti, mereka mau tidak mau harus melompat keluar dari jendela.




.

"Halo?" suara seseorang dari salah satu ruangan didekat mereka terdengar jelas. Mereka tahu kalau orang itu sedang menelpon, sebab hanya suara dia saja yang bisa didengar.

Sunwoo yang terkejut langsung meminta mereka untuk bersembunyi dan tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Sedangkan dia sendiri tetap berada dibalik dinding untuk mendengarkan percakapan orang itu melalui telponnya.


"Lu yakin mereka berempat bakal datang kemari?"

"Yakin banget lu? Gue teman mereka, gue tahu pola pikir mereka!"

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang