K A I - Di Lamar

13 5 0
                                    

MHIBH♡

Votenya juseyooo

☆☆☆

1 Tahun kemudian..

Hari minggu kali ini benar-benar membuat seorang Kanaya Anggraeni Putri merasa bosan, tidak ada hal yang harus ia lakukan. Akhirnya lebih memilih merebahkan diri diatas kasur sambil membuka sosial media.

Sudah satu tahun kejadian dimana Kai marah padanya lalu pergi tanpa pamit. Kalau boleh egois dia kesal dan marah pada pemuda itu.

Jika suatu saat dia bertemu dengan Kai pastikan bahwa bule itu tidak akan memiliki rambut untuk beberapa saat.

Pintu di ketuk beberapa kali di barengi dengan suara lembut sang ibu. Dia beranjak dari kasur. "Iya. Bu, ada apa?" ucapnya setelah membuka kan pintu.

"Ada Vernon sama keluarganya di bawah, ayo turun." Terlihat kerutan di dahi Kanaya.

"Mau apa, Bu?" tanyanya. Fitri menggeleng kepala.

"Ibu juga belum tau, mungkin.." Beliau menaruh jari telunjuknya di dagu.

"Mau lamar kamu," Ibunya sudah meleyangkan tatapan jenaka.

Kanaya tertawa. "Iya, nanti Nay kebawah."

Fitri mengangguk lalu menutup pintu. Segera Kanaya ganti baju dan memakai kerudung lalu turun. Setelah dirinya ikut gabung di ruang tamu.

Setelah Kanaya salim, Haris angkat bicara. "Maaf sebelumnya karna takut menggangu kedatangan kami disini menghantarkan Vernon yang ingin menyampaikan sesuatu."

Saat pemuda itu mendongak tepat saat itu juga mata nya bertabrakan dengan milik Kanaya. Gadis itu tersenyum manis.

Vernon menghela napas dalam-dalam kini obsidian kecoklatan nya beralih menatap Hardi dan Fitri.

"Maaf Om Hardi dan Tante Fitri. Saya izin mau minta restu dan doa nya untuk melamar anak Om dan Tante yaitu Kanaya," ungkap Vernon yang buat Kanaya kaget.

Perubahan wajah Kanaya membuat Vernon mengurungkan niatnya. Tapi seperdetik kemudian Gadis itu kembali menormalkan tatapannya dan tersenyum menyuruh Vernon melanjutkan perkataannya.

"Saya menyukai dan mencintai anak Om dan Tante juga ingin menjadi seorang Imam bagi Kanaya." kata itu selesai tapi pikiran hati Kanaya yang belum selesai.

Haris menepuk pundak anak laki-laki nya itu tersenyum di sertai anggukan kepala.

"Jadi, apakah Om dan Tante menerima saya sebagai tunangan Kanaya?"

Hardi coba mencairkan suasana, beliau tertawa dengan pelan sehingga semuanya tersenyum simpul.

"Kami .. Maksudnya Om dan Tante bergantung pada Kanaya, tapi sebelum itu apapun yang akan menjadi keputusan anak saya. Saya mohon untuk saling melapangkan dada. Oke!"

"Siap Om!"

Hardi tersenyum mendengarnya lantas beliau menepuk pundak lebar Vernon yang duduk di hadapannya.

"Nah, Nay. Jadi mau gimana?"

Kanaya tersadar dari lamunannya, dia cukup mendengar dengan baik. Saat ini hati dan pikiran nya sedang tidak sinkron sehingga Kanaya bingung harus mengikuti yang mana.

"Kayanya kaget banget dia tiba-tiba dilamar." ucap Hardi buat Haris, Greysia, dan Fitri terkekeh.

Tidak dengan Vernon sebab otak dan hatinya berputar dan takut. Berputar menerka-nerka jawaban apa yang akan diberikan Kanaya. Takut jika jawabannya tidak sesuai apa yang dia inginkan.

Kanaya membasahi kedua belah bibirnya setelah hatinya sudah dimantapkan untuk berbicara.

"Maaf Ver, maaf Om Haris dan Tante Grey ... Maaf kalau Kanaya gak bisa nolak lamaran ini."

Hardi dan Fitri tersenyum setelah mendengar jawaban anaknya. Haris dan Greysia senang begitupun Vernon yang tak mau kalah bahkan saat penuturan kata 'Maaf' dirinya sudah pasrah dan memejamkan mata tak sanggup menatap Kanaya.

Namun kini tubuhnya berubah tegap dan mata yang terbuka ia melihat Kanaya yang tersenyum manis padanya.

"Karena kita sudah tau dan dengar dengan jelas jawaban itu keluar sendiri dari putri kami. Kami restui kalian."

Laki-laki berdarah blasteran itu berusaha menutupi kegirangan nya. Sampai berulang kali Haris mengkodenya untuk menyematkan cincin di jari Gadis itu.

Vernon menghampiri gadis itu lalu jongkok dan meraih tangan Kanaya. "Maaf." kata Maaf dari Vernon bukan apa-apa tapi karena dia sudah memegang tangan Kanaya yang belum resmi menjadi Muhrimnya.

"Iya," setelah disematkan cincin bermata satu berlian itu di jari manis kanan Kanaya. Tak ada henti-hentinya Vernon tersenyum.

Hardi dan Fitri saling bertukar pandang dengan tersirat kebahagiaan didalamnya. Mungkin ini sedikit rumit tapi Hardi yakin Allah akan meluruskan kembali jalan ini.

☆☆☆

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang