Last Part

12 3 0
                                    

Tiba-tiba saja ia menangis sembari bersujud di atas Tanah tanpa alas. Ia menyadari sesuatu bahwa.....

Selamat membaca🙏

Ia menyadari sesuatu bahwasannya selama ini dirinya terlalu berfokus pada hal yang menurutnya indah tanpa sadar, ia melupakan sesuatu yang selalu sabar menemani sekaligus menanti dirinya dengan tulus.

Ia sekarang tau siapa yang dimaksud oleh sang Hujan, yakni sesuatu yang bisa ia gapai, sesuatu yang bisa ia peluk, sesuatu yang selama ini menunggunya dan tak pernah berpaling barang sedetikpun darinya meskipun Yesta secara terang-terangan pernah mengatakan bahwasannya ia mengagumi sang Langit. Dan semua hal itu ada pada Tanah.

Sang Tanahlah yang telah menunggunya selama ini.

"Ma'afkan aku... Sungguh.... Aku terlalu silau... Aku terlalu terpesona.... Aku... Aku sangatlah bodoh terlalu berambisi mengagumi sang Langit biru yang tinggi sehingga tak pernah menyadari kehadiranmu yang selalu sabar menemani. Sungguh... Ma'afkan aku... Ma'afkan aku... Ma'afkan akuu....!!!" Ucap Yesta sembari menangis sekeras kerasnya karena menyadari kesalahan yang dulu pernah ia lakukan sehingga menjadi lepas kesadaran.

Ia sungguh amat sangat menyesal. Ia terlalu bodoh mengagumi sesuatu yang sudah pasti takkan pernah ia dapatkan sehingga melupakan tentang siapa yang selalu menemaninya dengan amat sangat sabar.

Setelah mengungkapkan rasa bersalahnya, Yesta terbaring di atas Tanah dengan posisi terlentang. Ia masih saja menangis terisak dengan mata yang sembab sebagai buktinya.

Sang Tanah yang melihat hal itu pun tersenyum tulus lalu berkata:
"Akhirnya.... Akhirnya kau menyadari kehadiranku. Rasa lelahku saat menunggumu terbayar juga. Aku telah lama menantikanmu. Namun, aku tak ingin mengganggu kesenanganmu." Ucap sang Tanah dengan perasaan bahagia yang sudah tak dapat terbendung.

"Terima kasih kau masih setia menunggu sekaligus menantiku dengan tulus, meskipun aku telah melakukan kesalahan besar sekalipun." Ucap Yesta dengan kesadaran yang perlahan mulai menghilang meninggalkan air mata yang mulai berhenti menetes serta senyuman yang masih terpatri jelas di wajahnya di karenakan perasaan yang amat bahagia menyelimuti hatinya.

Setelah mendengar itu, sang Tanah pun memeluk Yesta sembari tersenyum tulus yang menandakan bahwasannya ia sangatlah terharu karena Yesta telah menyadari kehadirannya sekaligus mengungkapkan secara terang-terangan rasa menyesal atas kesalahan yang dulu pernah ia lakukan.

#Singkat_Cerita

Sayup-sayup suara Burung hantu serta jangkrik mulai terdengar sebagai pertanda bahwasannya hari sudah memasuki waktu malam. Dengan Yesta yang masih saja terbaring di atas Tanah seperi tadi.

Sang Tanah pun memanggil namanya dengan sangat keras:
"YESTAAAAAA.....!!!!"

Namun tak ada jawaban barang sepatah katapun. Ia tersadar bahwa Yesta telah telah menghembuskan nafas terakhirnya. Pelukan sang Tanah pun kian mengerat dengan senyuman yang masih saja mengembang karena perasaan bahagianya.

Mungkin karena ia tau, bahwasannnya hanya dengan cara inilah mereka akan bersatu selamanya dan takkan pernah terpisahkan.

END

Kesimpulan:
"Terkadang, menundukkan pandangan dari melihat ke atas untuk hal-hal yang menurut mu indah dan kamu sukai adalah cara menyadarkan diri dari rasa ingin memiliki yang tinggi namun tak mungkin kau imbangi tanpa menunggu sesuatu menyadarkan mu dengan rasa yang membuatmu pilu."

Intinya:
"Tak semua hal yang indah bagimu itu baik untukmu. Cobalah untuk menyadari hal-hal kecil yang peduli padamu layaknya sang Tanah yang menanti dan tulus mencintai meski tak pernah di anggap berarti."

Hati & HalusinasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang