31 - Pacar
Kafe di sebrang apartmen menjadi pilihan terakhir mereka untuk mengobrol. Mobil dan kamar apartmen terlalu menggoda untuk melakukan hal yang tidak-tidak. Dengan status mereka yang sudah naik level, Ardan tak mau kebablasan menyentuh anak gadis orang. Jadilah ia ajak Feli ke kafe ini.
"Jadi maksud lo, cewek yang mau dijodohin sama lo dulu itu gue?" tanya Feli setengah tak percaya. Ardan mengangguk.
"Terus kenapa lo tolak?!" tanyanya kesal.
"Gue gak nolak. Yang nolak duluan kan lo, Felicia."
"Ya harusnya lo ada usaha meskipun udah gue tolak, Eric aja sampe nyusulin ke Jakarta."
Mendengar nama Eric membuat Ardan kesal seketika. "Gue kurang usaha apa? Gue datengin rumah lo di Sydney tapi mami papi lo ternyata udah flight ke Indonesia. Gue udah berniat buat nerima perjodohan itu, tapi kakek bahkan gak kasih lihat foto lo, gak ngasih gue kontak lo. Menurut lo aja, gue harus mulai nyari lo dari mana kalau nama lo aja gue gak tahu."
Feli menyuap es krimnya tanpa rasa bersalah. "Jadi sekarang lo mau nerima perjodohan itu?"
Ardan menggeleng.
"Kenapa?"
"Gue udah punya pacar, mau nikah sama pacar gue aja."
Pipi Feli kembali merona. Ia berdecak sebal. Feli tak suka kalau dirinya dibuat salting begini.
"Pacar lo gue, cewek yang mau dijodohin sama lo juga gue. Apa bedanya?"
"Apapun itu yang jelas gue bakal nikahin lo sebagai pacar gue, bukan sebagai cewek yang dijodohin sama gue."
"Emang lo yakin gue mau nikah sama lo?"
"Kalau gak sama gue paling lo dijodohin sama Haekal. Lo mau nikah sama berondong?"
Feli kembali berdecak sebal. Dunia benar-benar sempit. Bisa-bisanya mereka terikat oleh hubungan generasi sebelumnya.
"Gak ada pilihan yang lebih baik apa? Masa gue harus sama Haekal yang udah gue anggap kaya adek sendiri."
"Ya makanya mending sama gue aja."
Feli merotasikan bola matanya malas. "Kenapa sih harus ada perjodohan segala?"
"Orangtua kita dulu sahabatan dan mereka janjian di masa depan pengen besanan."
"Lo rela gak gue nikah sama cowok lain?"
"Menurut lo aja deh, Fe."
Feli terkekeh melihat wajah kesal Ardan. "Kalau tiba-tiba kakek lo jodohin Jeya sama Haekal lo setuju gak?"
Ardan terdiam. Selama ini ia memang mempercayakan Jeya pada Haekal tapi hanya sebatas bodyguard sekaligus teman untuk adiknya, tidak lebih. Kalau tiba-tiba mereka berdua dijodohkan apakah Ardan rela?
***
Kakek Jay hanya terkekeh pelan menerima foto dari orang suruhannya.
"Anak jaman sekarang cintanya memang selalu menggebu-gebu." Ia matikan kembali handphonenya.
"Kenapa, Om?" tanya Ina.
"Feli sama Ardan lagi makan di kafe sebrang apartment kalian."
Bukannya marah, Ina malah ikut tertawa. "Saya gak tahu kalau Feli ternyata pacaran sama Ardan. Susah susah kita jodohin ternyata udah pacaran duluan."
"Cinta memang tidak terduga." Ia melirik Jeya dan Haekal yang baru masuk dari pintu dapur. "Dan kadang datang karena terbiasa."
Suzy yang sedari tadi diam ikut melirik ke arah dapur. Tatapannya berubah sendu saat melihat tatapan lembut dan senyum tipis Haekal pada Jeya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Ficção AdolescenteSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...