Malaikat Kecil Untuk Mikha

7 1 0
                                    

"Mikha sudah siap?"

Mendengar suara mamanya memanggil, Mikha buru-buru menghabiskan roti dan susu coklatnya. Setelah itu, dia bergegas mengenakan sepatunya dan menyusul mamanya masuk ke dalam mobil. Mobil itu berhasil membawa mereka melenggang di jalan raya dan kini sampai di rumah sakit dengan selamat.

Hari ini adalah hari di mana Mikha bersama ibunya harus pergi ke rumah sakit. Mereka ke rumah sakit bukan untuk menjenguk seseorang di sana, melainkan Mikha harus menjalani terapi rutin. Dia mengalami disleksia, sebuah gangguan dalam proses belajarnya yang membuat penderitanya mengalami kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Gejala gangguan ini sudah dirasakan Mikha sejak dia memasuki bangku sekolah dasar. Gangguan ini tentunya membuat Mikha kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah dan kerap kali menjadi bahan ejekan teman-temannya.

Untuk menjalani terapi, anak laki-laki yang berusia 8 tahun itu harus bolak balik rumah sakit setiap dua minggu sekali. Syukurnya, sang mama sangat sabar dalam menghadapi Mikha yang memiliki kekurangan dan bersedia untuk memberikan pengobatan yang terbaik agar Mikha bisa seperti anak-anak yang lainnya.

"Mikha, Mikha.... Coba mama tanya itu apa tulisannya?" Mama menunjukkan ujung jemarinya ke arah salah satu poster bergambarkan seorang ibu yang sedang memeluk anak dengan kata-kata di bawahnya.

Mikha menaikkan kacamatanya dan berupaya memfokuskan pada hal yang ditunjuk ibunya. "Aku... Ama..."

"Coba dibaca ulang pelan-pelan," kata mama sabar, "Aku... Sayang... Mama."

"Aku... Saya... Ama..." kata Mikha terbata-bata. Anaknya memang lambat dalam membaca sesuatu.

Sang mama hanya tersenyum. Dengan cepat, dia memeluk erat dan mengelus puncak rambut anak semata wayangnya.

"Ananda Mikha..."

Mama menggenggam tangan Mikha. Dia berdoa dalam hati agar anaknya bisa mengikuti terapi hari ini dengan baik.

Setelah dua jam menjalani terapi, Mikha mengatakan kalau dia mulai merasa lapar. Akhirnya, mama mengajak Mikha makan siang di kantin rumah sakit. Di perjalanan, Mikha tidak sengaja melihat seorang anak perempuan yang mengenakan kursi roda itu sedang berjalan bersama seorang suster.

"Mama, lihat." Mikha menarik ujung baju ibunya, "Kok dia masih kecil udah duduk di kursi roda? Kayak nenek Wuri ya."

Mama Mikha menatap anak perempuan yang dimaksud anaknya itu, "Mungkin dia sedang sakit, Sayang."

Menyadari dirinya tengah menjadi pembicaraan, anak perempuan cantik itu melirik sosok Mikha sebentar. Tatapan dari anak berambut hitam panjang itu membuat dirinya membeku dan memilih bersembunyi di balik tubuh mamanya.

Di dua minggu selanjutnya, Mikha telah menyelesaikan terapi penyembuhan gangguan disleksianya. Setelah berpamitan dengan terapisnya, ternyata mamanya mengajak Mikha untuk bertemu sebentar dengan teman mamanya di kantin rumah sakit. Karena melihat mamanya masih berbincang seru, diam-diam Mikha meninggalkan kantin itu. Dia mulai berjalan tanpa tujuan pasti. Alhasil keingintahuannya membawa dia ke tempat yang asing baginya.

Sekarang Mikha tampak kebingungan. Dia mencoba mengedarkan pandangannya. Ternyata dia hanya mendapati lorong kosong dengan banyak pintu kamar rumah sakit. Dia berjalan lurus, sesekali menengok ke arah pintu kamarsambil berusaha membaca nomor kamrnya. Sayangnya, dia gagal menyebutkan nomor setelah kamar ketiga.

Tanpa sengaja, Mikha melihat ada satu pintu kamar terbuka. Dari ruangan itu terdengar suara anak yang tertawa riang. Hal itu berhasil membuat Mikha menjadi penasaran akan sosok itu. Dia memelankan langkahnya ke arah pintu dan mulai mengintip.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malaikat Kecil Untuk Mikha: Sebuah Cerpen Anak-AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang