Sungguh menarik. Bagaimana tidak? Saat memasuki rumah bernuansa hitam ini terasa sangat mencekam.
Setiap dinding rumah ditempeli alat-alat antik yang biasa digunakan untuk mengusir para roh. Dan jangan lupakan beberapa foto lama yang membuat rumah ini seperti rumah yang sudah lama ditinggalkan.
Mungkin bagi mereka yang tidak biasa berada dirumah ini akan merasa sedikit takut. Tentu berbeda dengan orang-orang yang satu ini. Tetap menjalani kehidupan mereka meski sebenarnya terkadang ada saja penghuni ini yang selalu mengganggu ketenangan mereka. Ingin rasanya melakukan pengusiran terhadap mereka. Tapi apalah daya jika para penghuni itu adalah kawan lama dari orang tua mereka.
"Astaga! Ngagetin aja, Jev coba Lo usir tuh setan ngagetin tau gak! Lagi makan juga gak tenang bener," keluh Jeano Davis Yonathan (Jaehyuk) yang gagal makan gara-gara dijahili oleh penghuni rumah yang dengan sengaja membuat bantal sofa melayang dan mendarat di wajahnya.
Jevan tertawa puas melihat reaksi terkejut temannya. "Lo ini kayak yang gak biasa aja. Gue mana berani ngusir mereka, mengingat mereka sudah berbuat banyak untuk ayah dan bunda gue." Ucap Yeonjun setelah selesai dengan acara tertawanya.
Jeano berdecak sebal dan melanjutkan acara makannya. "Oh iya, Jev, belakangan ini keknya Lo lagi senggang banget ya. Biasanya setiap malem Lo keluar buat kerja, lah sekarang Lo ada mulu dirumah." Ucap Jeano heran.
Jevan terkekeh kecil, "sekarang kan, gak ada teror hantu. Lagi pula gue lagi sibuk di kafe." Jawabnya.
"Iya, sibuk tapi sayang, gue yang kesusahan bukan Lo kak." Celetuk Galvin kesal.
"Inget kata Freya, jangan ngeluh dan tetap bersyukur." Ucap Jevan nyengir.
"Apaan Lo bawa-bawa gue?" Tanya Freya ketus.
"Judes amat Lo Fre, Fre, sini duduk dua adik kembar ku," ucap Jevan.
"Lo lagi ngapain bang?" Tanya Friska pada Galvin yang sedang menulis sesuatu dan menggulungnya bersama kawannya. Deandra Grace (Doyoung) adik dari seorang Jeandra dan kakak dari Natasha.
"Nulis nama Lo sama Freya, malam ini kita lakukan pengusiran. Siapa tau gitu Lo berdua bukan manusia." Jawab Galvin asal.
"Lo kalo gak mau gue tabok gak usah jawab deh kak!" Ucap Friska.
"Kan Lo nanya, ya gue jawab lah. Salah emangnya? Lagian malam ini bener-bener ada klien yang minta tolong. Apartemennya ada hantunya, jadi malam ini gue minta temen-temen Lo untuk dateng dan temenin kalian." Ucap Galvin.
"Gue boleh ikut aja gak kak?" Tanya Freya.
"Gak." Jawab Steven. "Kalo Lo ikut terus Lo pingsan kan gak lucu Fre, lagian tulang rusuk Lo renggang, mereka bisa masuk dengan mudah ke tubuh Lo," jelas Steven.
Freya menunduk lesu. "Kenapa?" Tanya Jevan. Freya menggeleng. "Bohong, kalo kepala Lo ngerasa sakit kasih tau dek, jangan cuman diem." Nasihatnya.
Freya berjalan dengan gontai menuju sofa dan duduk bersandar di bahu Deandra. "Kenapa lo?" Tanya Deandra heran.
Freya kembali menggeleng. "Gue ambilin obatnya dulu ya, kayaknya sakitnya kambuh." Ucap Friska.
Tak lama darah segar mengalir keluar dari hidungnya. "Lo habis ngelakuin apa, hmm? Kenapa sampe mimisan begini?" Tanya Steven memberikan sapu tangan pada Freya.
"Gak ngelakuin apapun kecuali mikir." Jawab Freya.
Helaan nafas terdengar. "Keknya udah saatnya lo berkunjung kerumah sakit lagi Fre," ucap Jevan.
Bibir Freya mengerucut kesal. "Gue mulu yang berkunjung, lo aja kak. Gue cuman perlu obatnya kak, kalau berkunjungnya ya itu bukan hal yang terpenting." Ujar Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
Fantasy"Kenapa harus ada yang namanya kematian? Padahal kalau semua orang di dunia ini bisa hidup selama yang mereka mau, mungkin itu lebih bagus." Ucap Friska menyayangkan. "Percuma hidup selama itu kalau lo gak bisa bersama sama orang yang lo suka..." "M...