[11] Sean

31 2 0
                                    

"Sena?" Jay turun dari motornya. Menghampiri Sena yang datang dengan teman-temannya.

"Perlu kenalan?" Jay mengernyitkan dahinya tak paham. "Apa maksud lo?"

Orang yang dipanggil Sena oleh Jay itu mengulurkan tangannya. "Gue Sean. Saudara kembar Sena." Jay menjabat tangan tersebut, tapi tangannya justru diremas kuat oleh Sean. Jay pun mengerang kesakitan.

"Apa sih mau lo? Kita ga ada urusan ya!"

"Ga ada urusan lo bilang? Lo beneran gak tau diri ya."

Bughh

Satu pukulan Jay dapatkan dari Sean membuatnya terjatuh dengan sudut bibir yang sedikit robek. Ia kembali berdiri, tak terima atas apa yang dilakukan oleh Sean.

"Apa salah gue!!"

Bughh

Jay membalas memukul Sean membuat keduanya impas dengan sudut bibir yang sama-sama berdarah. Sean memberi kode pada kedua temannya untuk memegangi Jay kemudian memukulinya dengan brutal.

Bughh

Bughh

Bughh

Bughh

Bughh

Bughh

Kedua teman Sean melepaskan Jay yang terkulai lemah dengan luka dimana-mana. Jay terduduk di jalanan. Ia tak bisa melawan karena ia kalah jumlah. Ia bisa melihat Sean dan teman-temannya berjalan menjauh.

Namun tiba-tiba Sean berhenti. Kembali menoleh dan berjalan mendekati Jay. Ia menyamakan tingginya dengan Jay yang terduduk.

"Asal lo tau, adek gue suka sama Ira. Sena selalu banggain Ira didepan gue. Tapi dia bilang, dia ga akan pernah bisa dapetin Ira. Dan itu karena lo!"

"Gue minta lo jauhin Ira, atau temen-temen lo yang bakal jadi korbannya." lanjutnya.

"Jadi lo yang pukulin temen gue?" tanya Jay dengan lirih.

"Lo udah gue ingetin berkali-kali. Tapi lo abaikan. So, lo harus terima akibatnya."

"Lo juga yang selalu chat gue?" Sean menjawabnya dengan seringaian.

Jay mendongak menatap iris mata lawannya. "Ck, pengecut emang selalu main dibelakang. Keroyokan pula."

Bughh

Pukulan terakhir itu sukses membuat Jay kembali terjatuh ke aspal. Jay memejamkan matanya sejenak, menikmati rasa ngilu yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Suara deruman motor yang menjauh membuat Jay membuka matanya. Perlahan ia berdiri menghampiri motornya dengan sesekali meringis. Badannya sakit semua. Tidak mungkin dia pulang dengan keadaan seperti ini. Dia pun memutuskan untuk menuntaskan niat awalnya, ke warung Mang Rojak yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

_________________

Malam semakin larut. Jam tangan Jay menunjukkan pukul 00.33 tengah malam. Saat ini dia sedang berada dirumah Shaka. Setelah dari warung Mang Rojak tadi, Jay memutuskan untuk kerumah Shaka menunggu waktu yang tepat untuk pulang.

Jeje dan Hesa tadi sudah pulang setelah dari warung Mang Rojak. Hanya ada Shaka dan Jay saja dirumah, karena orangtua Shaka sedang diluar kota dan Shaka adalah anak tunggal.

"Gue pulang aja ya Ka."

"Yakin lo?"

"Iya. Thanks ya udah dibolehin numpang." Jay meraih jaket dan juga kunci motornya yang ada di meja.

ANANTARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang