Higanbana

4.5K 484 115
                                    

Pagi ini semua siswa telah bersiap untuk mengikuti ujian. Saat mereka saling berpapasan, mereka saling tersenyum seolah siap dengan rencana mereka, sebelum masuk ke ruang kelas mereka masing-masing. Azriel sendiri bersama dengan Rezef juga telah menyusun rencana didalam kamar mereka.

''Kau yakin dengan rencana ini?''tanya Rezef

''Tentu, aku sudah memikirkannya. Kita tidak tau apa yang sedang direncanakan oleh bu Diana. Kita harus punya rencana cadangan ini.''

''Az! Tapi rencana ini terlalu berbahaya. Bagaimana bisa kau berfikir untuk melawannya?''

''Entah aku merasa jika sebenarnya bu Diana mengincarku. Sampai sekarang, hanya aku dan Dea yang mungkin menjadi target utamanya. Namun, firasatku mengatakan jika sesuatu yang menakutkan akan terjadi. Ini hanya untuk rencana cadangan, seseorang yang mengaku sebagai suami bibiku mengirim peta tempat ini.''

''Maksudmu, aku harus meninggalkanmu sendiri nantinya dan membawa mereka keluar dari tempat ini? Kau pikir aku bisa melakukannya?''

''Re! Tempat ini adalah tempat yang sudah dirancang ulang oleh ayahku, dan mungkin memang ini juga akan menjadi pemakamanku. Ayahku, kakekku, sekarang darah itu mengalir padaku, kau tau sendiri jika aku, namaku telah dipersiapkan untuk melanjutkan bisnis kotor ini kelak. Maka dari itu, sebagai pewaris dan juga ketua osis, aku bertanggung jawab atas nyawa mereka semua. Dengar Re, kau sedang terluka, dan kau juga masih punya tanggung jawab, karena secara resmi, aku belum menandatangani surat pengunduran dirimu.''

''Kau memang egois Az!''ucap Rezef yang sebenarnya sedang sangat cemas.

''Az, aku sudah mengecek tempatnya.''ucap Farhan yang baru saja tiba.

''Dimana Mona?''tanya Rezef

''Kau tau dia anak yang sangat bisa diandalkan.''ucap Azriel

''Jangan bilang, dia sedang bersiap untuk melajukan kereta apinya.''

''Menurutmu?''ucap Farhan

''Kita keluar sekarang. Ujiannya akan segera dilaksanakan.''

Mereka bertiga segera menuju ke kelas mereka untuk mengikuti ujian tersebut. Saat melewati koridor, mereka tak sengaja bertemu dengan Diana yang terlihat tenang. Diana kemudian tersenyum ke-arah mereka, lalu menatap ke-arah jam. Menyadari maksud Diana, ketiga kemudian melangkah maju dan melewati Diana bersama dengan para staf yang akan berjaga diujian nanti.

''Sepertinya sesuai dugaan anda.''

''Azriel terlalu sulit untuk ditebak begitu saja. Dia anak yang menakutkan dari segi manapun. Aku yakin dia sudah merencakan sesuatu, sama seperti yang aku lakukan.''

''Jadi?''

''Bukan hanya mereka, akan kubuat sebuah pertunjukkan yang luar biasa. Namibian, mereka yang sudah tergiur dengan bisnis Namibian, dan seluruh keluarga korban. Ini akan menjadi sebuah pentas seni yang tak akan pernah bisa mereka lupakan.''

Tak berselang lama, Diana mulai memantau seluruh siswa dari balik layar yang terhubung dengan CCTV. Melihat antusias siswa dalam mengerjakan soal yang ia buat sendiri, membuat ia terlihat begitu menikmatinya.

''Anak-anak itu terlihat tenang, padahal soal yang anda buat sangatlah rumit, dan penuh jebakan. Apalagi dengan soal matematika ini.''

''Kau tau, kenapa aku begitu tertarik dengan ujian ini? Itu karena Azriel. Dulu, aku tak sempat memenangkan taruhan antar sesama professor yang ahli dalam matematika. Tak ada satupun diantara mereka yang bisa mengerjakan soal yang aku buat, tapi anehnya aku kalah dari taruhan itu dengan alasan yang tak masuk akal. Padahal soal matematika yang aku buat untuk membuktikan bahwa aku layak dari pada mereka, mereka sama sekali tak bisa mengerjakannya. Namun, anak yang baru aku temui itu, bukan hanya bisa mengerjakan soal itu, tapi juga mengalahkan anak yang sudah aku besarkan dengan sangat hati-hati, agar bisa menjadi seperti aku.''

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang