Pertemuan dengan sosok pertama

4 0 0
                                    

-*-

Pertemuan Pertama

-

"Hai, Kalya! Mau ke perpustakaan lagi?" Tanya seorang siswi berambut bob yang sedang berjalan sambil merangkul pundakku. Aku pun menoleh ke arahnya dan tersenyum.

"Iya, Raya. Seperti biasa aku harus menghemat uang untuk biaya kos. Rutinitas membaca buku di waktu istirahat yang menghamburkan uang adalah jalan keluarnya," sahutku.

Aku berhenti sejenak untuk membiarkan temanku tadi melepaskan rangkulannya dariku. Karena arah kantin dan perpustakaan itu berlawanan. Tidak mungkin juga temanku itu mau ikut membaca buku.

Kulihat dia mengerucutkan bibirnya. Tanda bahwa dia sedikit merajuk karena lagi-lagi aku tidak akan menemaninya jajan bersama di kantin. Dan ini sudah ke sekian kalinya.

Temanku tadi berkacak pinggang sambil menarik bibir bawahnya ke atas dengan gemas, "Hemp! Kamu pun menolak lagi deh. Kenapa sih sampai harus irit sekali. Aku tahu kamu memiliki keterbatasan, Iana. Tetapi tidak ada salahnya kok kamu menikmati sedikit saja waktu santai untuk menenangkan pikiran. Satu gelas es susu saja sudah cukup dan itu adalah yang paling terjangkau di sini. Aku akan membayarimu~!"

Entah sudah berapa kali aku mengatakan alasan yang sama, tetap saja temanku ini terkadang bisa saja lupa dengan keadaan sulit yang aku alami.

"Masalahnya bukan itu, Raya. Aku memang sedang tidak ingin jajan apapun. Kalau boleh jujur, semalam aku mendapatkan bonus makanan yang banyak dari bos restoran tempatku bekerja. Sampai sekarang pun rasa kenyangnya masih amat terasa. Aku masih belum sanggup untuk makan apapun lagi saat ini. Mengerti kan?" Aku sengaja membual seperti itu.

Raya pun menganggukkan kepalanya paham. Apapun yang keluar dari mulutku selalu dianggapnya sebuah kebenaran. Sepercaya itu dirinya kepadaku.

Jujur saja, Raya adalah satu-satunya sahabat yang aku punyai selama bersekolah menengah atas saat ini. Dan kini kami berdua sudah ada di kelas 12, yang artinya sebentar lagi kami akan lulus. Aku sangat beruntung bisa memiliki kesempatan untuk bersekolah hingga ke jenjang sekarang. Tak bisa dipungkiri kalau anak yatim piatu menyedihkan sepertiku dapat merasakan dunia pendidikan yang amat luas.

"Kalau begitu, duluan ya, Raya. Istirahatnya kan hanya 45 menit. Nanti kamu bisa kekurangan waktu istirahat kalau terus mengobrol denganku. Aku tidak apa-apa kok." Paksaku.

Raya menghela napas pasrah, "Haih~ baiklah deh. Aku mengalah saja untuk kali ini. Tetapi kalau kamu berubah pikiran dan ingin makan, langsung hampiri aku ya, Iana. Kamu tahu betul dong kemana harus mencariku. Ya ya?"

Aku terkekeh mendengar bujukannya yang sebenarnya percuma saja disampaikan kepadaku. Tetapi aku memilih diam saja daripada menyinggung perasaannya.

"Tenang saja. Aku sudah tahan untuk tidak makan bahkan lebih dari satu hari. Sana kamu ke kantin." Aku bergurau sambil mengusir Raya pelan.

"Baiklah, baiklah. Nanti kalau sempat akan aku bawakan saja roti dan susu dingin kesukaanmu ke bawah bangkumu ya, Iana. Jangan telat masuk loh~! Soalnya sehabis ini ada ulangan." Raya memperingatkanku sebelum berpaling pergi dariku.

Aku menepuk pelan pundaknya, "Iya iya, kamu ini semakin cerewet saja. Aku ini yang paling rajin kalau masalah waktu tahu. Sana jajan."

Raya seketika langsung memberikanku pelukan dulu.

"Dadah, Iana~!!" Dia melambaikan tangan kanannya ke arahku sambil berjalan menjauh dari hadapanku.

Hingga sekarang tersisa aku yang masih berdiri di koridor. Para siswa dan siswi lain saling bersliweran satu sama lain melewatinya.

*

Sesampainya di perpustakaan, aku langsung masuk dan bergegas menghampiri rak buku yang khusus menyediakan novel-novel fantasi kesukaanku. Meskipun tidak selengkap perpustakaan besar yang ada di pusat kota, namun bagiku koleksi buku-buku yang ada di sini sudah cukup lengkap.

Aku mulai mengambil beberapa novel bergenre fantasi yang belum pernah kubaca. Tak lupa aku juga mengambil novel fantasi yang paling favoritku dari semua judul yang pernah aku baca. Novel bergenre fantasi yang mengisahkan tentang kisah cinta dua dunia yang berbeda. Fantasi yang terselip unsur romansa adalah salah satu yang paling aku gemari dari sekian banyak genre novel yang ada di dunia.

Dan yang paling aku sukai sampai sekarang dan belum pernah tergantikan dari daftar favoritku adalah novel grafis berjudul 'Twilight'. Dimana garis besar ceritanya mengisahkan tentang sebuah konflik cinta segitiga, antara seorang perempuan dari kaum manusia dengan dua sosok makhluk mitologi.

Kedua makhluk mitologi tersebut adalah sosok Werewolf dan Vampir. Menurutku hampir para pecinta novel genre fantasi tahu mengenai buku terkenal yang satu itu di seluruh dunia. Karena memang kisah yang disajikan begitu bagus. Konflik utama sebuah perselisihan besar yang dibumbui dengan kisah asmara memang pasti mudah terkenal.

Kududukan diri ini ke sebuah kursi kayu dan meletakkan novel-novel yang sudah aku pilih ke atas meja di hadapanku. Hanya aku yang ada di dalam perpustakaan pada jam-jam ini. Yang berstatus sebagai murid ya.

Karena meskipun datang sendirian, masih ada petugas perpustakaan yang senantiasa ada. Dia terlihat sedang menikmati bekal bawaannya di jam istirahat saat ini. Kebetulan dia dan aku merupakan sesama jenis, jadi tidak begitu membuatku cemas kalau berlama-lama ada di perpustakaan.

Dan aku tentunya tidak ingin sama sekali menatapnya, sedang mengunyah bekal bawaannya itu dengan begitu lahap. Jadi aku langsung segera memfokuskan diri ke novel fantasi yang sudah aku buka halaman pertamanya sedari tadi. Pokoknya untuk menghentikan reaksi perutku yang kelaparan, aku pasti akan membaca buku.

Untung bukan atas dasar paksaan aku memiliki hobi membaca seperti ini. Jadi sampai berapa lama pun, aku sudah pasti akan sangat menikmatinya.

Ketika aku baru sampai pada lembar halaman novel kelima, tiba-tiba saja petugas perpustakaan tadi beranjak dari kursinya dengan raut wajah seperti menahan sesuatu.

Aku menatapnya dengan seksama tingkahnya tersebut. Dan benar saja, dia berjalan mendekatiku sekarang.

"Hey, Nak. Kamu masih lama kan membacanya?" Tanya petugas tersebut kepadaku. Kubalas dengan anggukan untuk menjawab pertanyaannya.

"Iya, Bu. Saya akan selesai begitu bel masuk berbunyi," kataku.

Tampak petugas tadi menunjukkan ekspresi kelegaan, "Untunglah kalau begitu. Ibu minta tolong kepadamu, bisakah kamu jagakan sejenak perpustakaan ini dulu? Sebentar saja, hanya sekedar mengawasi keadaan perpustakaan. Ibu ingin izin buang air besar dulu. Dan sepertinya tidak ada orang lain yang bisa Ibu mintai tolong selain dirimu. Gimana?"

Ternyata benar yang kuduga, Bu Petugas sedang ingin melaksanakan hajatnya yang sudah memuncak rupanya.

Aku pun langsung mengangguk ramah mendengar permintaannya tadi, "Tentu saja saya bersedia, Bu. Silakan selesaikan dulu urusan Ibu. Akan saya awasi sekeliling perpustakaan sampai Ibu kembali," jawabku.

"Kamu baik sekali ya. Tenang saja, nanti Ibu beri kamu upah karena sudah baik sama Ibu. Oke? Ibu permisi dulu ya, sudah tidak tahan ini. Terimakasih~"

Segera Bu Petugas tadi langsung melenggang pergi dari hadapanku, sebelum mendengar jawaban dariku lagi.

Dan ketika aku sedang bersiap untuk membaca ulang buku yang kupegang, tiba-tiba aku seperti mendengar suara ada yang jatuh ke lantai perpustakaan.

(BRUGH!)

"Apa itu?" Aku langsung bergegas memeriksa ke sumber suara itu berasal. Letaknya di sebuah sudut ruang buku-buku tua.

Dan yang kulihat di depanku ternyata sedang tersungkur sosok laki-laki di sudut sana.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diantara 2 PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang