13: Our Favorite Place (ind & eng)

1K 101 29
                                    

okey aku update karena aku ga tega kalian nunggu terlalu lama hehe

happy readings...

° ° °

Selama beberapa minggu tinggal di Awa'tlu membuat Shira akhirnya mengerti betapa berbedanya kebiasaan hidup penduduk ini dengan Tayrangi. Shira selalu berpikir mungkin dirinya tak perlu beradaptasi banyak karena sebelumnya ia tinggal di Klan yang menghabiskan sebagian waktunya bekerja di dalam air. Namun nyata nya Shira salah besar.

Jika penduduk Tayrangi bisa bekerja di dalam air sehari selama 3-4 jam, maka penduduk Awa'tlu dapat menghabiskan waktu selama 8 jam perhari hanya untuk bekerja di dalam air.

Biasanya perempuan desa ini memiliki jam kerja yang lebih sedikit dibanding laki-laki.

"This is insane" Shira memperhatikan jari jemarinya yang mulai keriput, belum lagi bola matanya yang terasa perih karena terlalu lama terkena air laut.

"Aku benar-benar harus beradaptasi dengan tempat ini" gumam wanita itu pelan.

Sekarang sudah waktunya makan siang, semua aktifitas ditinggalkan untuk sekedar mengisi perut. Di atas batu datar yang memanjang terlihat beberapa pemuda pemudi sedang berkumpul bersama. Mereka tak lain adalah Neteyam, Shira, Lo'ak, Aonung, Tsireya, Roxto dan Kiri.

Shira menikmati makannya dengan tenang selagi matanya sibuk memperhatikan Tsireya, "Reya" panggilnya pada wanita tosca itu.

"Apa?" sahut Tsireya.

"So tell me, sebelumnya kalian semua berkulit biru sama seperti kami, dan karena kalian banyak menghabiskan waktu di dalam air membuat kalian akhirnya berevolusi menjadi sekarang" Shira masih terkejut mengingat cerita dari Ronal tentang nenek moyang suku metkayina dahulunya merupakan na'vi hutan yang merantau ke laut timur. Mereka menempati banyak pulau-pulau pesisir pantai.

Butuh ratusan tahun lamanya fisik na'vi metkayina akhirnya beradaptasi dengan lautan.

"Ya" Tsireya mengangguk, "tapi tentu saja masa itu terjadi jauh sebelum kami lahir"

"Luar biasa, warna kulit kalian sangat cantik" gumam Shira pelan.

"Hey Shira, kamu juga bisa berubah menjadi tosca seperti mereka" ucap Lo'ak.

"Aku tidak sebodoh itu Lo'ak"

Lo'ak tertawa pelan, "Tidak, aku serius, bukan kau tapi mungkin cicit-cicitmu di masa depan"

"Bisa saja itu terjadi, tapi kalian takkan hidup untuk melihatnya" ucap Aonung.

Istirahat makan siang berlangsung dengan cepat, setelah menghabiskan makanan dan berberes mereka kembali mengerjakan pekerjaan yang tadi sempat tertunda.

"Cium" Neteyam memajukan bibirnya meminta ciuman dari istrinya.

Shira tertawa pelan, ia harus berjinjit untuk bisa mencium suaminya itu.

"Nah kalau begini aku sudah semangat lagi" Neteyam melingkarkan tangannya dipinggang Shira, jari jempolnya sibuk mengusap lembut kulit punggungnya memberi sensasi merinding bagi wanita itu.

Tangan pemuda itu bergerak semakin turun kebawah, Shira memintanya untuk berhenti, "Ma teyam, kamu harus bekerja" ucapannya membuat Neteyam menghela nafas kecewa.

"Kenapa?" Shira tertawa pelan, ia melepaskan tangan suaminya itu dari pinggangnya, kalau dibiarkan bisa-bisa mereka tidak kembali bekerja siang ini.

Shira tak kuasa melihat wajah kecewa suaminya itu. Diraihnya tangan Neteyam lalu diusapnya lembut, "Bekerja lah dulu, aku akan menunggumu pulang"

FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang