Chapter 66

330 37 2
                                    

setelah mendapatkan obat diare, Ruri pun segera kembali menuju ke toilet untuk menyelamatkan Ago, pikirannya sejak tadi tidak berhenti memikirkan tentang ucapan Rumi dari dalam toilet perempuan, ia yakin 100% jika suara tersebut adalah milik Rumi.

"lo kenapa diam aja?" tegur Ago yang kini sudah tak lagi merasakan sakit di perutnya, cowok itu mencuci tangannya di wastafel sambil sesekali melirik Ruri yang hanya diam dengan kedua tangan terlipat di dada.

Ruri meliriknya, "lo pernah nyesal gak, Go, temenan sama gue?"

Ago menghentikan kegiatannya seketika, ia menatap Ruri dengan tatapan tak percaya. Tumben sekali Ruri menanyai hal serius seperti itu.

"enggak, kalau nyesel sudah dari dulu kali gak gue temenin lo," jawab Ago, ia meraih beberapa lembar tisu dari kotak tisu yang tertempel di dinding toilet.

Melihat ekspresi muram dari wajah Ruri bukanlah hal yang biasa dan itu cukup menganggu Ago, tak tahan melihat itu membuat Ago dengan jahil melempar bekas tisu yang digunakan untuk mengelap tangannya ke wajah Ruri. Hal itu jelas saja membuat Ago langsung di tatap tajam oleh Ruri.

"asu lo," ucap Ruri lalu mengambil tisu yang digunakan oleh Ago tadi dan melemparnya balik, "udah gue bantuin!" serunya.

Ago tertawa kecil, "ya elo, tiba-tiba jadi melo gitu, 'kan aneh!"

"ke King's, lah! Malam ini gue sama yang lain ke King's," ajak cowok berkulit lebih gelap dari Ruri.

Ruri menggeleng, "malas gue."

"jangan bilang karena Kayla gak kerja di sana lagi jadinya lo gak mau ke King's?"

Sekali lagi Ago menerima tatapan tajam dari Ruri, "sok tau lo!" seru Ruri kesal lalu berjalan terlebih dahulu dari Ago.

Diluar toilet, Ruri sekali lagi tidak sengaja bertemu dengan Rumi, cewek itu juga sepertinya baru keluar dari toilet dan disusul oleh Tiara yang berdiri di belakang Rumi. Ruri mengalihkan tatapannya dengan cepat, ia ingin kembali ke kelas, andai saja Ago tidak tiba-tiba menariknya ke dalam rangkulan cowok tersebut.

"ayo lah! Gue yang traktir, karena lo sudah bantuin gue!" ucap Ago sambil memegangi celananya dan tersenyum jahil kepada Ruri, cowok itu sepertinya tidak sadar jika ada orang lain yang tengah memperhatikan mereka.

Mendengar ucapan ambigu itu jelas membuat orang yang mendengarnya menjadi salah paham, mata Tiara yang membulat kaget sementara Rumi menatap Ago dan Ruri secara bergantian. Ruri yang sadar dengan arti tatapan serta ucapan Ago lantas dengan cepat menyiku perut Ago dengan keras.

"bangsat lo, Go!" maki Ruri dengan wajah memerah malu.

"oh my God!" gumam Tiara tak percaya.

Rumi mengedipkan matanya beberapa kali, "ayo ke kelas, Ti," ucapnya sambil menarik tangan temannya menjauh dari kedua laki-laki tersebut.

Wajah Ruri semakin memerah, ia menatap Ago tajam tidak peduli jika temannya itu tengah kesakitan, lagi-lagi Ruri melayangkan pukulan keras ke bahu Ago.

"mudahan lo diare seminggu kedepan, asu!"

***

Beberapa hari ini, setiap Rumi pergi kemana-mana ia pasti selalu diikuti oleh Matheo di belakangnya, cowok itu tidak berhenti mengejarnya walaupun Rumi sudah menolak keras kehadiran Matheo.

"Rumi, please maafin gue, gue sama sekali gak tau kalau cincin itu bukan cincin asli," ucap Matheo dengan tatapan memelasnya.

Alasan itu yang terus Rumi dengar setiap kali mereka berpapasan, ia sudah tidak mempedulikan masalah tersebut karena Rumi tidak ingin mengingat kejadian pahit itu lagi. kini ia berusaha menjalani hidupnya seperti sebelumnya.

His Name, RuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang