..."kalau ini sama sekali tidak penting, demi Tuhan aku akan melemparmu ke kutub utara" seru Sunoo begitu dirinya sampai di tempat yang Sunghoon infokan padanya.
keduanya kini duduk berjajar di tepian sungai Han. Sunoo rasa kali ini Sunghoon memang sedang serius, terlihat dari raut wajahnya yang terlihat layu dan bimbang di saat yang bersamaan.
"Sunoo-ya..."
Sunoo menoleh, menatap Sunghoon dengan lekat. menunggu gadis itu untuk melanjutkan kalimatnya
"bisakah kau meminjamiku uang ? ...aku...aku sedang sangat membutuhkannya"
"untuk apa ?" tanya Sunoo, sebenarnya ia sudah menduga satu hal.. hanya saja ia ingin mendengarnya langsung dari mulut sahabatnya ini
"membayar hutang keluargaku, mereka akan menyita rumah kami jika dalam waktu satu minggu ayah tidak melunasinya. aku tidak tau harus meminta tolong pada siapa, hanya kau teman yang ku punya"
di saat seperti ini Sunghoon bahkan tidak mengingat Jay sebagai kekasihnya. padahal dia selalu mengatakan kalau Jay adalah ATM berjalanannya, namun jangankan meminta uang... sekedar meminjam-pun dia tidak akan mau.
Sunghoon hanya berani mengikis dompet Jay untuk membeli jajanan pinggir jalan yang harganya tidak seberapa
"berapa ?"
"10 juta Won" balas Sunghoon dengan kepala tertunduk malu
10 juta Won,itu bahkan nominal yang sangat besar untuk pria yang punya tabungan segunung seperti Sunoo. mengingat pria itu memiliki gaya hidup yang sama dengan Sunghoon.
yang membuat Sunoo heran. bagaimana bisa keluarga Sunghoon memiliki hutang sebesar itu ? usaha ? tidak mungkin. mereka bahkan masih bergantung dengan penghasilan Sunghoon yang sangat kecil itu.
"Jay hyung tidak tau ?" tanya Sunoo dan di balas gelengan oleh Sunghoon.
ini adalah hal yang sangat memalukan, jadi sebisa mungkin Jay tidak boleh mengetahui hal ini.
"aku tau apa maksudmu Sunghoon, tapi bukankah akan sangat menyakitkan bagi Jay hyung jika sampai dia tau kau masih enggan menjadikannya sandaran saat kau butuh ? bukan maksudku tidak mau memberimu bantuan, hanya saja ada seseorang yang bahkan lebih berhak untuk itu"
"tapi ini memalukan Sunoo-ya, kami hanya sepasang kekasih. tidak sepantasnya aku meminta bantuan uang sebesar itu padanya. aku takut..."
"kau takut dia akan menganggapmu rendah ? wanita yang hanya akan memanfaatkan kekayaannya saja ? begitu ?"
Sunghoon tidak menjawab, kepalanya tertunduk dalam. menyimpan sesuatu yang hanya dirinya sendiri yang tau. ini bukan saja perkara Jay, tapi...
"bisakah kau lebih percaya padanya ? aku memang sahabatmu Sunghoon, aku menyayangimu. tapi sekarang kau sudah memiliki seseorang yang lebih dariku untuk kau jadikan tempat bersandar. aku senang kau masih sepenuhnya mempercayaiku sebagai sahabat. hanya saja kau..."
"ara..." potong Sunghoon, gadis itu bangkit dari duduknya, menatap Sunoo sejenak kemudian tersenyum kecil "...gomawo Sunoo-ya" sambungnya lalu pergi meninggalkan tempatnya.
Sunoo tidak mengejar, bukan berarti dia lelah atau malas menjadi tempat bersandar sahabatnya. tapi disini dia hanya ingin membiasakan Sunghoon untuk mulai memahami arti Jay di hidupnya.
"Mianhae, Sunghoon-a"
000Grep
Sunghoon berjengkit kaget saat tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.
"I miss you" bisik Jay, pria yang baru saja datang
yang mendapat pelukan lantas tersenyum manis kemudian berbalik untuk menatap wajah tampan kekasihnya yang sudah seminggu ini tidak ia jumpai.
ya, seminggu yang lalu Jay harus pergi ke Jepang bersama Jungwon untuk mengurusi masalah pekerjaan.
"woah, aku masih tidak menyangka kalau gadis rendahan sepertiku akan menjadi kekasih si bajingan tampan yang sialnya CEO Vonex ini" ujar Sunghoon sembari mencubit hidung mancung Jay "dan bonusnya, aku bisa mendapatkan Park Jungwon sebagai pemanis"
mendengar itu Jay terkekeh kecil, di kecupnya bibir Sunghoon dengan singkat kemudian menempelkan kening keduanya. "kau baik-baik saja ?" tanyannya
Jay tidak bodoh, ia bisa melihat perubahan mimik di wajah Sunghoon walau dengan cepat gadis itu kembali merubahnya. "aku sangat baik, Sunoo sering mentraktirku makanan enak jadi hidupku aman dan sejahtera" balas Sunghoon dengan senyum manisnya.
sedang Jay hanya menatap kekasihnya lekat-lekat tanpa menunjukkan ekspresi apapun. tidak, Sunghoon berbeda..Sunghoon yang sebelumnya tidak akan bersikap manis seperti ini. dia ingin bertanya lebih lanjut, namun sepertinya tidak sekarang.
"Jay !"
seruan Sunghoon membuat Jay seketika tersentak. "kau ini kenapa ? heum ? jiwamu masih tertinggal di Jepang ?"
pria itu menggeleng kecil sembari tersenyum tampan "bagaimana jiwaku bisa tertinggal disana kalau hatiku bahkan tetap disini"
BUGH
"Mulutmu manis sekali sampai rasanya aku sangat ingin muntah sekarang juga"
"hei hei hei, kenapa sudah ingin muntah, aku bahkan belum pernah.... AW"
"bicara seperti itu lagi kau...."
"Aku bahkan belum pernah memperkosamu lalu bagaiamana kau sudah Mmmmph..."
"JAAAAAY"
...
"hei, kau masih marah ya ?"
tidak ada jawaban, Sunghoon hanya terus fokus menonton drama yang ada di layar TVnya sembari memakan pilus.
"Yaaaaa, aku hanya bercandaaaa. jangan mendiamiku seperti ini, heuuummmmm~" seru Jay dengan mendayu-dayu
"Sunghoon-aaaa""
"Hoonie...."
Bugh
"Aw" pekik Jay saat tiba-tiba Sunghoon melemparnya dengan boneka kucing tepat di wajah.
"Demi Tuhan Jay kau membuatku takut. bisakah kau kembali menjadi si bajingan seperti dulu saja, ha ?"
"Makanya sini ku perkosa biar aku jadi bajingan seperti yang kau mau"
Bugh
"AW, Kenapa kau...."
Triririririrng....
Kalimat Jay terpotong saat tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada panggilan disana. Dan dapat Sunghoon lihat mimik wajah prianya itu seketika berubah.
Jay berjalan keluar pintu untuk mengangkat panggilan. Beberapa menit ia menunggu Jay kembali, namun saat ia membuka pintu ia justru tidak mendapati siapapun disana.
Jay pergi
Tanpa berpamitan padanya
"Bersenang-senang dengannya, nona Park ?"
To be continue...