Lembar 9 : Penyempurna

341 24 1
                                    

Sungchan terbangun di tengah malam karena suara rintihan omeganya. Dia melirik sang omega yang tertidur meringkuk di sofa. Sungchan menghampiri Shotaro, melihat wajah mungilnya yang dibanjiri keringat dengan pipi yang memerah. Mulut Shotaro terbuka, mengeluarkan rintihan kecil. Sungchan mengangkat tangannya, ingin mengecek suhu tubuh omeganya namun ditahan karena ingat mereka belum boleh bersentuhan fisik.

"Shotaro," panggil Sungchan, mencoba membangunkan omeganya.

Kelopak mata Shotaro mengerut, lalu terbuka, menatap sayu alpha di depannya. Dia terdiam, menatap lekat mata Sungchan. Kemudian kelopak matanya tertutup lagi disertai rintihan.

Perhatian Sungchan teralih ketika tangannya merasakan cairan lengket di pinggir sofa.

Slick.

Ini bukan keringat tapi slick. Slick milik omeganya.

"Omega?"

Manik Shotaro terbuka lagi, menatap wajah Sungchan yang begitu dekat. "Alpha," bisiknya.

"Mau ku bantu?"

Shotaro mengangguk ribut. Bibirnya ia gigit ketika merasakan cairan lainnya mengalir di bawah sana. Dia bisa merasakan bagian selatannya yang sudah benar-benar basah.

Sungchan menyingkap selimut yang menutupi tubuh Shotaro, meletakkan tangannya di leher dan paha sang omega. Tak mungkin dia melakukannya di sofa sempit ini. Omeganya pasti tak nyaman. Sungchan meletakkan Shotaro ke ranjang dengan hati-hati. Harusnya dia membuat nest untuk omeganya, agar Shotaro merasa aman dikelilingi feromon alphanya. Tapi karena kehabisan waktu, yang Sungchan lakukan hanya melepaskan feromonnya di udara, membiarkan wangi khasnya memenuhi setiap sudut ruangan, bercampur dengan feromon milik omeganya yang sudah lama tertinggal. Telinga serigalanya bisa mendengar rintihan yang mulai mengecil, bahkan mungkin telah berhenti. Walaupun cairan pekat berbau feromon manis omeganya masih terus keluar, membuat celana bahan yang dipakai sang omega basah.

Sungchan menarik celana itu, meloloskannya agar sang omega merasa nyaman. Ruangan yang sebelumnya didominasi feromon maskulin milik Sungchan, berganti dengan wangi kayu manis dan vanila yang berasal dari sang omega.

Ketika Sungchan berniat meloloskan baju omeganya, Shotaro langsung mencengkram erat tangan alphanya. Dengan sisa kesadarannya, dia menggeleng kuat sambil berujar, "Janganh," dengan lemah.

Meskipun kebingungan, Sungchan menurutinya, membiarkan kain itu tetap menempel pada tubuh omeganya. Sungchan mendekatkan wajahnya dengan omeganya, menelisik wajah yang memerah dan becek dengan peluh. Shotaro terlihat lebih terkendali daripada saat heat pertama kalinya. Mata sipit itu masih bisa terbuka, menatap Sungchan dengan air mata yang menggenang. Alphanya tau itu bukan air mata kesedihan melainkan kenikmatan.

Sungchan mengusap pelan area selatan omeganya yang sudah sangat becek, yang direspon oleh tubuh Shotaro dengan desahan panjang. Tubuh mungilnya bergetar merasakan benda asing di area privasinya. Seakan tubuhnya menghapal setiap bagian omeganya, Sungchan dengan mudah melesakkan dua jarinya masuk.

"A-ah!"

Melihat omeganya gelisah, Sungchan mengulurkan tangan satunya untuk mengelus pipi Shotaro, berusaha menenangkan omega muda itu. Di luar dugaan, Shotaro membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya dan membasahi jari alphanya dengan saliva. Sungchan menarik jarinya dari mulut sang omega, sebagai gantinya, dia mencium bibir Shotaro yang dibalas ciuman intens oleh sang omega. Sementara jarinya di bawah sana tak berhenti bergerak mengurangi rasa sakit.

"Hngh! Ah! Alpha! Alpha!"

Suara desahan Shotaro mengalun setelah ciuman mereka terlepas. Shotaro mendongak, sebelah tangannya menutupi wajahnya yang sudah memerah karena malu, sementara tangan satunya menggenggam surai alphanya, meremas helai rambut itu ketika titik kenikmatannya ditekan berkali-kali dengan jari-jari panjang itu.

MATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang