2/2

510 97 106
                                    


Joanna bangun pada jam empat tepat. Dia langsung bersih-bersih rumah dan memasak. Karena kemarin malam dia sempat memesan bahan-bahan masakan melalui aplikasi di ponselnya. Mengingat zaman memang sudah berubah. Sehingga kita bisa melakukan apa saja asal punya banyak uang.

"Mahal sekali. Kalau bukan pakai kartu debit Jeffrey, aku mana mau pesan di sini!"

Gerutu Joanna saat membaca struk belanjaan. Karena harga bahan masakan di supermarket jelas lebih mahal daripada di pasar. Mengingat dia memang hanya karyawan biasa dan tidak mungkin mampu belanja sayuran di supermarket setiap bulan.

"Ya Tuhan! Cabai segenggam saja sembilan puluh sembilan! Mau naik haji yang jual?"

Joanna mulai menyiapkan bahan masakan. Karena dia berniat membuat soto ayam. Sebab semalam, dia melihat cuplikan video singkat influencer yang sedang makan soto lamongan.

Karena dia masih libur kerja, akhirnya Joanna memutuskan masak-masak saja. Agak gabut juga karena dia sudah merapikan seluruh isi rumah. Ya, karena ini hobinya. Anggap saja jika dia sedang melakukan stress relief sekarang.

"Sedang apa?"

Tanya Jeffrey yang baru saja menuruni tangga. Dia masih memakai piyama. Lalu membuka kulkas karena kehausan.

"Masak. Aku lapar."

Jeffrey yang baru saja membuka tutup botol minuman langsung melirik jam. Masih jam enam, namun Joanna sudah merasa lapar. Tidak seperti Jeffrey yang masih kenyang.

"Masih pagi."

"Masih pagi apanya? Matahari sudah tinggi! Oh iya, kamu sudah biasa kerja jam sembilan. Karena kamu yang punya perusahaan."

Joanna kembali fokus pada masakan. Kali ini dia sedang mengaduk kuah soto yang hampir matang. Karena sebelum bersih-bersih, dia sudah mengungkep ayam. Sudah masak nasi pula.

"Kamu bisa kerja di tempatku juga kalau mau."

"No, thanks! Aku tinggal di sini selama satu tahun. Aku tidak mau ketahuan orang kantor kalau tinggal denganmu."

Joanna menggeleng singkat. Sedangkan Jeffrey mulai melirik masakan Joanna. Sebab aromanya sudah menyengat.

"Sepertinya enak. Kamu jago masak?"

"Tidak juga, hanya bisa. Sebentar lagi matang. Ayo makan! Nasinya sudah matang."

"Aku mandi sebentar. Oh iya, nanti pacarku datang. Kalau ada yang datang, itu dia."

"Allright. Namanya?"

"Rosa."

Joanna mengangguk singkat. Sedangkan Jeffrey langsung menaiki tangga. Meninggalkan Joanna yang kini kembali fokus pada masakan. Mengingat dia belum memiliki rasa pada si pria. Sehingga dia tidak keberatan jika Jeffrey membawa wanita.

Ceklek...

Jeffrey baru saja keluar dari kamar mandi, dia terkejut saat melihat Rosa yang sudah duduk di tepi ranjang dan menatapnya tajam sekali. Seolah sedang marah padahal dia tidak merasa berbuat salah saat ini. Mengingat dia selalu memberi tahu apapun yang terjadi pada wanita ini.

"What's wrong?"

"Wanita itu yang dijodohkan denganmu? Spek pembantu?"

"Rosa!"

"Andaikan Papaku tidak penipu! Aku pasti yang menikah denganmu! Bukan wanita itu!"

Rosa menangis sekarang. Membuat Jeffrey mendekat dan langsung menenangkan. Karena dia jelas tidak ingin wanitanya merasa rendah. Merasa tidak lebih baik dari wanita yang telah menjadi istrinya.

"Sabar, ya? Satu tahun lagi, ini semua pasti akan berakhir."

Jeffrey menatap Rosa. Mengecup bibirnya berulang-ulang. Karena tidak ingin wanita ini kembali menangis sekarang.

"Janji, ya? Kalau kamu tidak akan terbawa perasaan pada wanita ini!? Meskipun aku tahu tidak mungkin! Ya Tuhan! Kenapa selera Mamamu ini jelek sekali!?"

"Sebenarnya bukan dia yang akan dijodohkan denganku. Wanita itu kabur dan temannya yang menggantikan---sebentar! Halo? Iya, Ma? Apa? Sekarang? Iya-iya."

Tanya Rosa penasaran. Setelah Jeffrey mematikan panggilan yang baru saja diangkat. Panggilan yang berasal dari Jessica, ibunya.

"Ada apa?"

"Mama dan Nenek mau datang sekarang. Kamu pulang, ya? Aku tidak ingin ketahuan!"

Rosa langsung bergegas pergi tentu saja. Sebab dia juga tidak mau dimaki-maki Jessica. Karena terakhir kali bertemu dengannya, dia sampai dijambak. Karena selalu membantah ucapannya.

Tbc...

PENGGANTI [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang