Lisa POV
Memotret mungkin sudah menjadi bagian dalam diriku, bukan hanya sekedar hobi, tapi semua orang juga mengetahui jika kamera menjadi salah satu ciri khas yang ada dalam namaku.
Namun satu hal yang paling malas untuk aku lakukan adalah tahap pengeditan foto, meski hanya mengatur kontras atau warna dari gambar yang aku ambil dari balik lensa-lensa canggih itu, tapi pengeditan juga tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Itu alasan kenapa aku mempekerjakan dua orang yang memang ahli dalam bidang ini untuk menjadi staff ku, bisa aku katakan juga Jayden dan Chris yang merupakan editor di studioku memang lebih ahli melakukannya.
Tapi malam ini, aku berada tepat di depan komputer lantai satu dimana biasanya mereka bekerja, sendirian untuk mengedit foto-foto model asal Korea Selatan yang cukup membuatku tertarik dengannya, Jennie.
Ada dua versi pada foto yang aku edit malam ini, hitam putih dan berwarna, aku sudah menyelesaikan beberapa foto untuk hitam putih karena mengedit foto tanpa warna memang lebih mudah di bandingkan foto-foto yang berwarna.
Dua botol minuman isotonik dan satu botol air mineral yang berada di sampingku sudah menemaniku sedari dua jam yang lalu, padahal cuaca cukup dingin, aku juga menyalahkan pendingin ruangan, tapi kerongkonganku terasa begitu kering, apa karena aku melihat foto-foto Jennie di layar komputer sebesar ini?
Padahal sebenarnya aku hanya perlu memilih sekitar delapan foto, tapi aku tidak sanggup memilih hanya delapan, ini bahkan sudah menjadi foto ke tiga belas yang aku tangani sendiri, aku merasa semua foto yang aku potret dengan menjadikan Jennie sebagai objeknya adalah sesuatu yang begitu menawan dan memikat hatiku, apa itu karena kecantikan Jennie? Aku juga tidak mengerti.
Aku memundurkan tubuhku sebentar kala foto selanjutnya kemudian muncul, ini foto yang paling aku suka, bukan foto dengan pakaian terbuka! Foto Jennie yang duduk di atas meja dapur sambil menatap ke arah kamera dengan intens malah menjadi favoritku, aku suka tatapan matanya yang tajam seolah akan memakan mangsanya.
Entah apa yang aku bicarakan sekarang, mangsa, apa dia hewan buas atau semacamnya? Aku meletakkan kedua tanganku di atas kepalaku, sudut bibirku naik ke atas, memandangi wajahnya dari layar komputer malah membuatku ingin bertemu dengannya lagi.
Bertemu dengannya lagi? Aku sendiri tidak yakin kapan kira-kira kami mungkin akan bertemu lagi, kerja sama kami sudah selesai, foto-foto ini nantinya akan aku kirim melalui manajernya, kami memang sudah bertukar nomor secara pribadi, apa kalian iri karena aku mendapatkan nomor bintang besar itu? Itu wajar aku dapatkan, kami memiliki kerja sama bukan?
Aku juga sudah mengikuti sosial medianya dan dia mengikuti sosial mediaku juga, aku tidak ingin terlalu percaya diri karena dia melakukan ini pada banyak orang lainnya, di hari terakhir pemotretan, kami juga mengambil foto berdua, hanya untuk kenang-kenangan, seperti itu.
Aku yakin dia juga akan kembali ke Korea nantinya, dia adalah aktris yang cukup sibuk, jadi kapan kami akan bertemu lagi, aku sebenarnya tidak berharap banyak, ingin mengajaknya bertemu juga rasanya canggung, apa alasan yang akan aku gunakan?
Aku mengambil botol air mineral yang ternyata sudah kosong di sampingku, aku menoleh, tiga botol ukuran setengah liter itu habis begitu saja? Kerongkonganku bahkan masih terasa begitu haus.
Mau tidak mau, aku kemudian berdiri dan beralih menuju kulkas, membuka pintu kulkas, berniat untuk mengambil minuman dingin dari dalam sana, tapi nihil, tidak ada apapun kecuali satu toples acar timun kesukaan para staff yang bahkan masih penuh.
"Tidak ada camilan, tidak ada minuman? Tempat macam apa ini." Aku mulai protes dengan rumahku sendiri, biasanya ini menjadi tugas Jisoo Unnie, tapi kali ini dia membiarkan kulkas kosong? Huh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH - JENLISA [G×G]
ФанфикPengalaman tidak mengenakkan tentang kisah cinta di masa lalu membuat Lisa tidak merasa tertarik dengan cinta, baginya, memulai hubungan baru sama saja dengan membuka masalah baru dalam hidupnya. Manusia berubah, pandangan fotografer kelas dunia itu...