Adakah Sahabat Sejati? (eps. 4)

0 0 0
                                    

Di Halte

Elina: Assalamualaikum. (Teresha masih fokus menggambar)

Teresha: Wa'alaikumussalam.

Elina: Kamu suka menggambar yah? (Teresha mengangguk)

Elina: Kamu mau naik bus warna apa?

Teresha: Bus Kuning

Elina: Universitas Indonesia? (Teresha mengangguk)

Elina: Aku juga. Senang bertemu dengan kamu!

Dua menit kemudian...

Elina: Ayo, Teresha. Busnya sudah sampai. (Teresha terdiam)

Teresha: Seperti pernah dengar suara ini.

Teresha: Elina?

Elina: Iya, Teresha. Ayo, naik. (Teresha mengangguk)

Di Bus Kuning

Teresha: Sorry, El. Gue nggak sadar kalau tadi itu lo. Gue kira, tadi Ibu-i... (Elina tersenyum manis)

Teresha: Sekali lagi, gue minta maaf.

Elina: Maksud kamu, Ibu-ibu? Tidak apa-apa kok, Sha. Aku tidak tersinggung. Karena, sudah banyak yang bilang kalau penampilanku seperti Ibu-ibu.

Teresha: Lo, tidak sakit hati? Marah, gitu? (Elina menggeleng)

Elina: Pada dasarnya, kita sebagai perempuan lahir dari rahim seorang Ibu. Kelak, kita juga akan menjadi seorang Ibu. (Teresha terdiam)

Elina: Ayo, Sha, turun. Kita sudah sampai. (Teresha mengangguk pelan)

Di Universitas Indonesia

Kenzi: Eh, lo, Teresha kan? Perempuan yang tadi malam? Gimana hidung lo, sudah nggak keluar darah lagi?

Teresha: Gue duluan, El. (Elina tersenyum)

Di Danau Kenanga, Universitas Indonesia

Kenzi: Apakah ini yang di namakan takdir? (Teresha masih fokus menggambar)

Kenzi: Oke, Hai, gue Kenzi. Gue, tetangga baru lo yang tadi malam mengadakan syukuran. (Teresha bergumam)

Kenzi: Boleh, gue minta waktu lo sebentar? (Teresha bergumam lagi)

Kenzi: Bisa, lo berhenti menggambar dulu? Gue ingin bicara sama lo.

Teresha: To the point. (Kenzi duduk di sebelah Teresha)

Kenzi: Oke, pertama, gue mau minta maaf, karena kemarin, gue nggak nolongin lo. Jujur, gue sedang buru-buru banget. Gue dapat kabar Ayah sama Ibu gue kecelakaan...

Teresha: Gue sudah maafin lo. Sekarang, lo, bisa pergi.

Kenzi: Gue belum selesai bicara. Tolong, jangan potong ucapan gue.

Teresha: Ayah sama Ibu lo cuma prank, karena ingin memberikan surprise rumah baru yang tadi malam di adakan syukuran. Kedua, lo juga mau minta maaf karena sudah membuat hubungan gue sama Nicho renggang. Sudah kan?

Kenzi: Bagaimana dia bisa tahu, apa yang ingin gue ucapkan? (Teresha pergi)

Di Taman

Keira: Re, keluar Rumah sebentar yuk. Cari udara sore. (Teresha minum dan kembali fokus melukis)

Keira: Teresha? (Teresha bergumam)

Keira: Ayo, Re...

Teresha: Lo saja sana. Jangan ajak-ajak gue, kalau mau dekatin tetangga baru.

Keira: Teresha. (Teresha bergumam lagi)

Keira: Re, dia ke sini.

Keira: Dia kelihatan cool banget.

Teresha: Mulai menghalusinasi nih, Keira.

Kenzi: Hai, selamat sore (Keira berdiri)

Keira: Hallo..., selamat sore juga.

Keira: Perkenalkan, nama gue Keira. Gue sahabat Teresha yang tadi malam ulang tahun. (Kenzi memperhatikan Teresha)

Keira: Emm, gue buatin minuman dulu yah. Sebentar. (Keira berjalan masuk ke dapur)

Kenzi: Lukisan lo bagus.

Teresha: To the point

Kenzi: Oke, gue ke sini bawa...

Teresha: Makasih. Lo taruh saja di meja. Nanti gue makan. Sekarang, lo boleh pergi. (Kenzi menaruh paper bag di atas meja)

Kenzi: Nggak, gue nggak akan pergi, sebelum gue melanjutkan ucapan gue dulu!

Teresha: Ibu lo dapat informasi dari asisten Rumah Tangga gue, kalau gue suka nasi goreng terasi. Karena itu,  Ibu lo sengaja masak dan meminta lo untuk mengantarnya ke sini.

Kenzi: Dari mana lo tahu, apa yang ingin gue ucapkan?

Keira: Teresha kan mahasiswi psikologi di UI. Walaupun dia baru satu semester, dia sudah bisa baca pikiran orang.

Kenzi: Emm, amazing. (Teresha mengambil paper bag dan berjalan ke ruang makan)

Short Stories Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang