"Mah, udah! Jangan bikin aku malu malam ini!"
"Mamah tidak terima, Ian. Kenapa bisa wanita itu hadir bersama Gama dan terlihat dekat dengan keluarganya? Harusnya ia menangis malam ini bukan tertawa bahagia seperti itu!"
Julian mengusap wajahnya kasar, kesal dengan tingkah ibunya yang tidak pernah berubah ini. "Udah cukup mamah bikin aku kehilangan Alana jangan sampai gara-gara kelakuan mamah malam ini aku juga kehilangan Miranda, ini pesta pernikahan aku tolong jangan buat keributan lagi."
"Ian! Berani kamu mengatakan itu pada mamah? Mamah yang menyelamatkan kamu!" Vera mendekat kearah Julian dengan mata berkaca-kaca.
"Menyelamatkan aku dari apa mah? Alana gak pernah nyakitin aku, tapi aku sendiri yang nyakitin dia ditambah dengan kelakuan mamah dulu. Udah cukup! Jangan usik Alana lagi!" Balas Julian.
"Kenapa kamu se-marah ini sama mamah? Kamu tidak ingat kamu gagal masuk kualifikasi olimpiade gara-gara dia? Setahun kamu mengejar poin dari turnamen-turnamen yang kamu ikuti tapi gara-gara dia kamu kecelakaan waktu itu dan tangan kamu--"
"Stop nyalahin, Alana, itu kejadian udah lama dan tangan aku udah sembuh. Alana juga gak pernah ninggalin aku selama proses penyembuhan dan mamah tahu tentang itu!"
"Ian..."
"Setelah aku sembuh mamah malah sengaja jodohin aku sama Miranda, mamah bawa perempuan lain ke hidup aku terus sengaja biarin Alana melihat semuanya. Mamah kira itu gak nyakitin dia?"
Vera sama sekali tidak tersentuh dengan ucapan Julian, hatinya masih marah dan kesal. Ia tidak terima jika Alana bahagia, hanya karena dia tidak suka.
"Terus saat kamu mulai jatuh hati pada Miranda, apa kamu akan menyalahkan mamah juga, Ian?"
Julian tidak menjawab lagi pertanyaan ibunya, ia keluar dari ruang tunggu pengantin untuk kembali ke ballroom dan menutup pintunya dengan kencang hingga membuat Vera terkejut melihat anaknya semarah ini. Perempuan paruh baya itu semakin merasa tidak terima.
"Riani!" Vera berteriak memanggil asisten pribadinya yang sedari tadi berdiri didepan ruangan itu.
"Iya, bu?"
"Kamu dapat sesuatu tentang mereka?"
Riani menganggukan kepalanya dan menunjukkan sesuatu di layar ponselnya. "Mereka belum pacaran? Tapi kenapa sudah selengket itu?"
"Menurut informasi dari insider, belum. Tapi keluarga Pak Gama sudah sempat bertemu dengan Alana dan sepertinya Pak Hadi merestui hubungan mereka. Namun, ada satu hal yang harus ibu lihat."
Riani menunjukkan kembali sesuatu dari layar ponselnya dan kini Vera tersenyum puas, "Jangan sampai ini hilang, kamu tahan sampai perintah saya selanjutnya."
"Baik, bu!"
***
Gama masih enggan membangunkan Alana yang tertidur disepanjang perjalanan bahkan saat mobil Range Rover hitam itu sudah terparkir di depan lobby gedung apartemen Alana, Gama malah asyik menikmati pemandangan disampingnya. Saat tangannya bergerak untuk menyingkir rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu, ia terusik dan kemudian terbangun.
"Kok kamu gak bangunin saya kalau udah sampai?" Tanya Alana sambil melihat ke sekelilingnya.
"Kamu keliatan kecapekan jadi saya biarkan kamu tidur lebih lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
By My Side
Fanfiction"As long I'm here no one can hurt you, so stay by my side." - bluesy story