•••
Hari ini adalah hari foto bersama bagi keluarga Leonidas, sebenarnya mereka bisa berfoto setiap saat tapi baik Dominic dan Arsen sama-sama kurang menyukai hal semacam itu. Lalu entah kenapa seminggu sebelumnya Dominic mendatangi Arsen untuk memberitahu bahwa hari ini mereka akan melakukan foto besar keluarga yang melibatkan para pengawal dan asisten rumah tangga juga. Nantinya kata Dominic foto ini akan ditempel seukuran raksasa di dinding istana itu.
Sesi foto bersama pengawal dan asisten rumah tangga telah selesai, kini giliran foto mereka berdua. Jangan tanya bagaimana keadaan disana, tentu saja Arsen dibuat naik darah lagi dan lagi oleh tingkah Dominic yang tak ada habisnya. Wajah Arsen sudah memerah bak pucuk kejantanan Dominic, antara menahan amarah dan malu pada sang fotografer.
"Kameranya disana, lihat kamera itu bodoh." Arsen berbisik geram, matanya lurus ke arah lensa dengan melempar senyuman kaku.
Dominic yang sejak tadi tak berniat mengalihkan pandangannya dari wajah sang kekasih masih kekeuh menggeleng.
"Wajahmu lebih menarik dari pada tukang fotonya."
"Tuan Leonidas, tolong hadap kemari."
Suara fotografer memanggil.
"Lakukan saja seperti ini," sahut Dominic tak peduli.
"Kubunuh kau kalau hasil fotonya tidak bagus, Dominic." Ancam Arsen masih tersenyum menatap kamera.
Dominic meraih sebelah tangan Arsen kemudian mengecupnya dan berbisik,
"Fotonya akan selalu bagus jika kau ada disana."
Ckrek.
"Oh bagus! Ini kelihatan natural!" teriak fotografer itu sumringah.
Semua pengawal Leonidas tampak berbondong duluan melihat hasilnya, dan beberapa saat kemudian Arsen melihat mereka cekikikan sambil menatap ke arahnya.
"Apa? Apa?" tanyanya horor.
Arsen berlari ingin melihat juga, disaat itulah para pengawal langsung membubarkan diri demi mencegah terjadinya penganiayaan. Arsen melihat fotonya dan menahan nafas.
"Wow, kau merona disana." Dominic memperjelas setelah coba mengintip.
"SUDAH KUBILANG AKU AKAN MEMBUNUHMU KALAU FOTONYA JELEK, DOMINIC SETAN!"
Dan ya. Mereka kembali melakukan aksi kejar-kejaran disekeliling rumah. Beruntung Dominic itu kaya, dia punya rumah yang luasnya setara dengan lapangan pesawat, jadi kalau sewaktu-waktu dijadikan ajang lomba lari oleh Arsen tercinta, tentu saja bisa.
Louis menghampiri pria fotografer tadi yang masih terdiam syok melihat kerusuhan keluarga itu.
"Anda terkejut?" Louis mengagetkannya.
"Ah. I-Iya. Kupikir tuan Leonidas adalah pribadi yang dingin dan tidak murah senyum, eum, maksudku dia terlihat tidak banyak bicara di luar."
Louis hanya tertawa menanggapi.
"Semakin dilihat lebih dalam, akan ditemukan banyak cinta dibalik wajah-wajah kejam itu."Pengawal kekar bernama Louis ini benar, sebelumnya sejak datang kesini dia tak berani menatap mata para pengawal Leonidas, bahkan ketika dia dapat panggilan dari keluarga Leonidas, jujur saja dia tak bisa tidur tiga hari sebelum hari H pemotretan. Sang fotografer sangat takut membuat kesalahan, untuk itu dia mempersiapkan segalanya dengan matang. Jika salah sedikit, bisa-bisa dia dibunuh, oh astaga kalau dia mati siapa yang akan menafkahi tiga anak dan dua istrinya di rumah?
Namun ternyata keluarga ini tidak semengerikan yang terdengar di luar, lihatlah senyum-senyum bahagia seluruh penghuni istana Leonidas ini. Wajah seram mereka yang kemarin seolah hanya topeng. Dia merasa beruntung bisa mengetahui fakta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWRITTEN PART [Damren & Domarsen]
Fanfiction[SEBAGIAN PART DIHAPUS] [TERSEDIA PDF] SUNGJAKE AU based on: 00.00 & Dominic Leonidas "Anggap saja, ini bagian yang tidak pernah tertulis dalam takdir kita." warn bxb content mengandung M-PREG❗ by jajangmyeon99