enam belas

2 0 0
                                    


Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.

❗Only 18+ mohon baca sesuai usia ya, bijaklah dalam memilih bacaan.

Srupp..

Bu kades menyeruput secangkir teh hangat dengan perasaan cukup damai. Kini ia tengah berdiri menghadap keluar jendela. Cerita tragis barusan yang wanita itu ceritakan membuat semua orang dirumah diam tanpa berkutik sedikitpun.

Bagaimana tidak, tidak ada satupun part yang menjelaskan tentang kebahagiaan dalam hidup Bu kades ini, semua orang dirumah jadi ikut khawatir.

"Tenang ya, Bu," Rhea menghampiri Bu kades yang mematung, "ibu akan keluar dari lingkaran penderitaan yang ibu rasakan, kita janji." Gadis itu tersenyum.

Di situasi yang hening itu tiba-tiba Dodit datang dengan tergesa-gesa dan seperti dikejar sesuatu.

"Lo kenapa?" Tanya El.

Dodit mencoba mengatur napas se cepat mungkin, "kalian, harus liat ini!" Dodit menunjukkan rekaman video yang ia ambil barusan.

Semua orang menyaksikan apa yang tertera disana termasuk juga Bu kades, disana terlihat Ari seperti bertransaksi sebuah bungkusan kecil putih dengan seseorang.

"Anakmu meninggalkan jejak kejahatannya dengan sangat bodoh, Bu." Sahut Dodit kepada Bu kades, "ini, dia menjatuhkannya." Dodit lalu mengeluarkan barang yang dimaksud didalam video itu.

"Ha? Sabu?" Ola langsung syok.

Shenna juga mendadak terpelongo "Gila, tololnya bukan main." Ia mendekatkan jadinya ke kantong itu.

Dodit langsung menarik kantong itu menjauh dari Shenna, "Lo lebih tolol! Mau sidik jari lo nempel disini?"

"Eh, enggak! Maap om, baru kali ini nengok narkoba asli, ini beneran asli kan?" Shenna terkekeh.

Rhea menyaut, "kayaknya asli, dilihat dari bentuknya, kristal putih dan tidak berbau."

"Berarti Ari memakai narkoba?" Sahut Mannah.

"80% iya." Dodit memastikan.

El terperanjat, "Simpan itu, itu bakal jadi senjata terkuat kita untuk mengalahkan pak kades dan Ari, sekarang kita butuh siasat untuk menjebak mereka."

"Bagaimana kalau kita ancam mereka dengan video itu lalu kita telfon polisi di saat yang bersamaan?" Mannah memberi masukan.

"Hmm, terlalu berisiko." Tukas Ola.

"Mereka terlalu banyak dan cukup kuat, sementara kita?" Ola menjelaskan alasannya, "dari pada ancam mereka terang-terangan, lebih baik jebak mereka dengan melunturkan kepercayaan warga seutuhnya."

Shenna menyaut, "caranya?"

"Biar kades sialan itu sendiri yang membuat gempar warganya," Ola lalu duduk sambil menyilangi kakinya. "Dimana biasanya warga mendapat kabar tentang kejadian di desa ini, Bu?" Tanya Ola lebih lanjut.

"Hanya satu media, WhatsApp, disana semua berita disini berkumpul." Balas Bu kades.

Ola diam sejenak sampai ia tersenyum lebar, "Mannah, Lo berbakat mencuri kan?"

Mannah terdiam sejenak mendengar itu, setelah cukup lama berpikir barulah dia sadar maksud dari Ola.

Tanpa basa-basi dan berpikir panjang, Mannah langsung menjalankan aksi. Ia langsung mengambil ponsel pak kades yang tergelak begitu saja diruang tamu, keadaan kali ini benar-benar sangat hening dan aman.

Ponsel itu ada ditangan El saat ini, setelah dipikir-pikir rencana Ola memang cukup bagus tapi juga tidak greget dan ending dari rencana ini bisa berubah seratus persen.

R.O.S.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang