"Nona Pewaris,"
"Nona Pewaris,"
Nie Linzhi menjawab sapaan para pelayan dengan anggukan menuju salah satu bantal yang kosong. Berlutut dengan mengapit papan doa di kedua tangannya, pikirannya kembali ke kejadian semalam.
Tak seperti kebanyakan kepatihan di kerajaan kang, kepatihan Lan menganut sistem matriarki dan kekuasaan diberikan dari para ibu ke anak perempuan mereka. Mengikuti ajaran leluhur, Nie Linzhi sudah belajar dari sang nenek dan para tetua klan di kuil sejak usianya 8 tahun dan semalam akhirnya dia menyelesaikan masa pendidikannya. Para tetua sudah memberikan tugas pertama sebagai Pewaris Kepatihan.
Menikah.
Kalau Nie Linzhi hanya gadis bangsawan biasa, dia bisa menunggu dipilihkan calon suami dan berdebar sampai hari pernikahan tapi dia seorang Nie dan Pewaris Lan. Kombinasi itu mencegahnya memiliki fantasi cinta sejak dini.
Kakeknya hidung belang dan memiliki banyak anak diluar nikah, membuat sang nenek memilih tinggal di kuil keluarga daripada di istana kepatihan. Ibunya sakit-sakitan karena patah hati ditinggalkan sang ayah yang kabur entah kemana.
Nie Linzhi memandang rendah pernikahan dan tak percaya cinta. Sebagai pemimpin kepatihan dia harus melanjutkan keturunan namun juga tak boleh asal memilih pasangan. Kakeknya keturunan bangsawan dan menikah atas dasar perjanjian politik sementara ayahnya adalah sarjana dari kalangan biasa yang dicintai ibunya, keduanya mengajarkan Nie Linzhi kalau latar belakang atau perasaan tak banyak membantu dalam mempertahankan pernikahan.
Hal ini harus dipikirkan baik-baik sebelum membuat rencana.Nie Linzhi masih butuh waktu untuk berpikir tapi waktu tak berpihak padanya. Begitu keluar dari dari pintu kuil, seseorang menunggu di depan kudanya. Tersenyum ceria sambil melambaikan kipas yang terlipat.
"Nona Nie, kebetulan sekali kita bertemu disini."
[Omong kosong]
"Ada apa Tuan Muda Yao?"
"Aku ingin mengundang Nona Nie minum teh, restoran pamanku menyewa kepala koki baru."
"Aku harus menolak, istana kedatangan banyak kepala keluarga yang ingin mendiskusikan masalah pemerintahan," setelah naik kudanya Nie Linzhi menatap Yao Li dengan serius. "Tuan Muda Yao adalah bangsawan, tolong perhatikan tata krama Anda. Perhatikan dengan siapa Anda bicara."
Dengan cahaya yang membelakangi dan perbedaan tinggi mereka saat ini, peringatan Nie Linzhi semakin terdengar tajam. Yao Li yang menjadi pemimpin para bangsawan nakal tercengang hingga derap kuda itu menjauh hanya menyisakan debu halus."Nona Pewaris, rencana perbaikan tanggul sudah dimulai dan pekerja sudah didaftarkan." Fulin Bo selaku Sekretaris Daerah melapor.
"Bagus, pastikan kita menggunakan pekerja muda yang masih kuat untuk pekerjaan berat. Sewa penginapan di sekitar sana dan kompensasi pemiliknya sesuai aturan."
"Baik, Nona."
Menyadari bawahannya berkata iya namun tak segera meninggalkan ruang kerjanya, Nie Linzhi meletakkan kuas tulisnya dan memperhatikan Fulin Bo yang seumuran dengan ayahnya. "Katakan saja jika ada hal yang lain, kenapa Sekretaris ragu-ragu begini?"
Fulin Bo mengerutkan kening namun akhirnya merogoh bagian saku lengan bajunya. Membagi tumpukan booklet kecil di meja kerjanya, "Izin melapor Nona Pewaris, ini adalah undangan dari.. para penggemar Anda." Lalu menunjuk tumpukan di sebelah kanan, "Dan ini adalah surat lamaran dari para bangsawan muda."
Menjauhi seekor lebah tak menyelamatkan Nie Linzhi dari gerombolannya. Dirinya bagaikan daging empuk yang ditunggu para serigala lapar. Kesempatan menjadi suami dari seorang Patihan adalah pernikahan politik yang startegis bagi banyak keluarga. Bahkan jika Nie Linzhi tidak cantik tapi dia memiliki keagungan yang ditempa dari kekuasaan dan ekspresinya yang selalu serius menambah kesan misterius. Kombinasi yang membuat orang penasaran dan ingin menaklukannya.
"Jangan-"
"Nona Pewaris, seorang kasim dari kekaisaran telah datang!"
Seorang pelayan mencegah Nie Linzhi menyelesaika perkataannya soal para pelamar itu.
Fulin Bo menyuarakan kebingungan keduanya pada sang pelayan, "Bukan seorang utusan tapi seorang kasim? Apa kamu yakin?"
"Tanda pengenalnya memiliki simbol kaisar, Tuan Sekretaris. Bukan simbol kekaisaran."
Walaupun kebingungan tetapi mereka tahu bahwa tidak ada gunanya mengajukan pertanyaan.
"Tuan Kasim,"
"Nona Pewaris," Kasim dengan beberapa gigi yang sudah tak ada balas memberi hormat, "Maaf karena mengganggu waktu kerja Anda Nona Pewaris namun saya memiliki dekrit langsung dari Yang Mulia Kaisar."
Tak butuh waktu untuknya selesai bicara dan semua orang di halaman utama istana Kepatihan Lan segera berlutut untuk mendengarkan dekrit.
"Pewaris Kepatihan Lan, Nie Linzhi, berpengetahuan dan bijaksana serta telah menyelesaikan masa pendidikannya. Aku hadiahkan upacara pengangkatan di istana kekaisaran dan agar segera berangkat menuju ibu kota."Dengan segala hormat dan penuh kerahasiaan; Kaisar, Anda gila!
Karena tak ada penyebutan kapan upacara pengangkatannya dilakukan, maka 'segera' dalam dekrit adalah dua hari sejak pembacaan dekrit siang itu. Demi menghadiri perjamuan musim semi kerajaan, Nie Linzhi harus menempuh perjalanan darat selama satu bulan dari Patihan Lan menuju ibu kota. Jika ini bukan musim dingin maka dia bisa menempuh jalur laut dan itu akan menghemat setengah waktu perjalanan tapi dekrit dari ibu kota datang ditengah musim dingin dan jalur air sudah membeku.
"Nona Pewaris, saya sudah menambahkan arang di pemanas. Apakah masih dingin?" Dari bagian luar luar kereta suara pelayannya terdengar khawatir.
Menggulung diri dengan selimut, Nie Linzhi seperti peliharaan yang menyembulkan kepalanya saja. Dia mengetuk dinding dua kali karena mulutnya terus bergemelutuk kedinginan.
Ini hari kesebelas perjalanan mereka dan semakin menjauh dari wilayah Kepatihan Lan salju semakinn lebat dan suhu udara semakin rendah. Tirai pintu tidak bisa menghalangi angin dingin dan bibir Nie Linzhi agak biru,Di hari ke tigabelas, mereka berganti kereta kuda dan memilih gerbong kereta paling luas dengan instalasi pemanas terbaik. Dengan perlakuan yang baik dan merata tentu saja pihak istana kekaisaran tak punya alasan untuk menolak, apalagi mereka melihat bagaimana tersiksanya bangsawan yang mereka kawal itu selama perjalanan.
Kali ini Nie Linzhi terbungkus jubah tebal, membuatnya utuh menjadi bola kecil. Kerudungnya baru saja dilepas dengan tergesa-gesa, dan bulu kelinci di atasnya berkibar tidak nyaman di bawah gerakan kereta kuda.
"Nona, ini pemanas yang baru. Biarkan saya mengganti pemanas yang itu." Lu Yan menukar kantung pemanas denagn yang bau dan menyeduh teh untuk nona-nya, "Nona, bukankah kita pergi terlalu tergesa-gesa? Kita bahkan tak bisa membawa cukup barang ataupun orang."
Nie Linzhi mengeratkan pemanas tangannya, "Kita bepergian di ujung musim dingin, rombongan besar akan terlalu mencolok. Lebih baik begini dan membeli barang setelah sampai di ibu kota."
Dia bersandar ke jendela, kukunya menancap ke dalam daging. Lagi pula, mereka harus memasuki ibu kota untuk mengetahui apa yang menunggu mereka. Nie Linzhi tak percaya sedikitpun kalau Kaisar memanggilnya ke istana hanya untuk pengangkatannya sebagai Patihan Lan.
Sementara dia berpikir, sebuah anak panah menembus kisi-kisi jendela, langsung menuju ke dinding kereta, dan menancap tepat di sampingya. Jika dia tadi tak bersandar, maka sudah pasti itu akan bersarang di kepalanya.
Ekor anak panah itu masih sedikit bergetar dan jeritan Lu Yan diikuti suara perkelahian diluar kereta.
[Apa mereka gila?! Ini kereta baru!]Nie Linzhi tahu kalau pengawal rombongan kali ini adalah orang-orang terlatih milik Wali Penguasa. Tak ada seorangpun yang bisa mengatasnamakan Kaisar yang masih dibawah umur kecuali Adipati Song. Walaupun ingin menguliti orang yang merusak kereta barunya tapi dia tak bisa mengungkapkan kemmapuannya terlalu cepat. Karena Wali Penguasa membuatnya datang ke ibu kota maka dia harus bertanggungjawab atas keselamatannya sebelum membuat kesepakatan dengan dirinya.
Suara pertempuran di luar menjadi lebih pelan, Lu Yan turun untuk memastikan keadaan namun kereta itu tiba-tiba melaju jauh. Kuda itu ketakutan dan berlari sepanjang jalan. Terdengar suara perwira dan tentara yang mengejar di belakangnya, tapi lambat laun suara itu terlempar jauh oleh kuda yang berlari kencang itu.
Kepalanya berteriak untuk melompat tapi sisi yang lain tahu kalau dia tak akan selamat hanya denga patah tulang jika nekat. Dalam waktu yang begitu singkat, Nie Linzhi menyaksikan tanpa daya saat kuda itu melompat keluar dari jalan utama menuju dalam hutan, dan menabrak pohon tua yang menjulang tinggi.
Secara naluriah menutup mata dan melindungi kepalanya dari tabrakan, tapi dia tak merasakan tusukan kulit ataupun patahnya tulang. Hanya rasa sakit samar di pipi kanannya yang tak terlindungi tangan.
Dia linglung dan telinganya berdengung saat diseret keluar dari gerbong. Menutup mata untuk fokus, yang pertama dia lihat kala membuka mata adalah seorang pria dengan mantel ketentaraan yang tengah berlutut di depannya, "Nona Pewaris, apa Anda terluka?"
Kasim Nu dan para pengawal di belakang memberi hormat, sementara ketua pengawal menjelaskan kepadanya. "Panah penyerang mengenai salah stau kuda sehingga dia menggila, kami terlalu fokus menghadapi para pembunuh sampai lalai menjaga Nona Pewaris, Jenderal Han."
Menatap wajah di depannya, Nie Linzhi ingin berterima kasih tapi mulut dan kakinya tak bisa digerakkan. satunya yang dia ingat sebelum kehilangan kesadaran adalah..
[Jenderal Han?! Adipati Li - Han Junjie???]
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Minggir Tuan Penjahat
RomanceUntuk mengamankan tahta Kaisar muda, Wali Penguasa memanggil Nie Linzhi sang Pewaris Kepatihan Lan untuk membangun aliansi. Tak ada yang tahu kalau strategi politik itu justru membuat sang Dewa Perang menjadi perantara jodoh antara Nie Linzhi dan sa...