SEBELAS

239 38 18
                                    

Suasana di kelas yang awalnya sunyi itu akhirnya pecah saat seseorang mengetuk pintu kelas tersebut. Sang guru sempat menoleh sebelum akhirnya menanyakan ada hal penting apa sampai murid itu berani mengganggu jam pelajaran kelasnya. Hingga akhirnya dia mengatakan bahwa dia diperintah oleh guru BK untuk memanggil Lia.

Semua murid di sana menoleh ke arah Lia yang saat ini sedang asik menenggelamkan wajahnya tanpa ada yang berani mengusiknya. Semuanya paham, hal ini pasti ada kaitannya dengan kejadian viral di sekolah mereka. Lia yang mendengar namanya di sebut akhirnya mengangkat wajahnya. Terlihat sekali wajah tak berdosa itu seakan baru saja ternyenyak di tengah pembelajaran mata pelajaran fisika.

Anehnya sang guru diam saja tak menegur Lia sedikit pun. Mungkin karena sebelumnya Lia sudah meminta izin untuk merekam semua pembicaraan sang guru. Sebulan menjadi teman sekelas Lia, kini mereka paham bukan hanya visual yang menjadi teknik pembelajaran Lia melainkan juga audio.

Lia berdiri dari tempatnya terduduk tanpa di suruh. Dia melangkah menuju sang guru sebelum akhirnya membungkuk meminta ijin untuk keluar dari kelas tersebut. Guru itu sempat menahan Lia sejenak, hal yang sungguh membuat murid lainnya heran.

"Lia kamu yakin akan menemui guru BK?"

"Iya, bu. Saya permisi dulu!" ujar Lia santai, hendak berbalik meninggalkan kelas.

"Ibu bisa..."

"Tidak usah" larang Lia hingga ia refleks mengangkat tangannya seakan memberi perintah pada sang guru agar dia diam. Ia buru buru menurunkan tangannya karena tak enak hati.

"Lia bisa mengurusinya, ibu!" ujar Lia sembari tersenyum manis.

Teman-teman kelasnya mungkin mengira tindakan itu tak lebih dari murid kesayangan dengan sang guru yang bangga pada siswa teladan yang berhasil membawa kemenangan. Makanya kadang mereka suka iri jika Lia sedikit di istimewakan. Pasalnya tak sekali dua kali Lia tertidur namun tak di tegur. Meski memang mereka mengakui bahwa Lia benar-benar pintar si segala bidang mata pelajaran kecuali olahraga.

Lia akhirnya melangkah keluar mengikuti langkah siswi yang memanggilnya itu. Di sepanjang perjalanan ada beberapa murid yang berada di luar kelas memperhatikan langkahnya. Mereka kembali membicarakan Lia saat seorang kepala sekolah bahkan berdiri di depan ruangannya seperti sedang menantinya saat itu. Mereka pikir pasti Lia sudah mendapatkan masalah besar terkait dengan berita yang kini ramai di perbincangkan.

Namun anehnya Lia masih bersikap santai. Hal yang makin mengejutkan bagaimana sang kepala sekolah malah berbicara dengan sangat sopan pada Lia yang saat itu berhenti untuk menyapa sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya ke ruangan guru BK. Murid yang sedari tadi disuruh mengantar Lia hanya menyimak saja.

"Selamat pagi, pak Cahyo!" sapa Lia dengan sopan.

"Selamat pagi Lia, kamu mau kemana di waktu jam pelajaran seperti ini?"

"Saya dipanggil ke ruang BK!" sahut Lia tersenyum malu, ia merasa tak enak sudah berbuat onar.

"Loh tadi saya sudah bilang untuk diselidiki terlebih dahulu, biar saya....."

"Pak, tidak usah. Berita itu memang benar adanya. Bukannya saya harus tetap bertanggung jawab atas insiden ini?" tanya Lia yang membuat sang kepala sekolah melirik sekilas ke arah murid yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"Tapi....."

"Tidak apa, saya bisa menyelesaikannya. Maaf sebelumnya membuat suasana kegaduhan di sekolah. Saya akan lebih berhati-hati!" sahut Lia kemudian. Dia tak ingin kepala sekolah itu bicara lebih panjang dan semakin mempersulit posisinya nanti.

"Benar kamu tidak masalah?"

Lia mengangguk tanpa ragu. "Iya. Kalau begitu saya permisi dulu!"

Pak Cahyo hanya bisa menghela napas dan membiarkan Lia pergi begitu saja. Meski begitu dia buru-buru masuk ke dalam ruangannya untuk menghubungi seseorang agar masalah ini tidak semakin rumit. Dia lupa bahwa guru BK saat ini termasuk guru baru dan memang belum banyak mengetahui info tentang sekolah. Beliau memang terkenal dengan ketegasannya.

RED FLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang