Lagi, ia harus menahan rasa kecewa saat pesan nya tak di balas oleh Aussie. Padahal gadis itu merasa tengah membutuhkan sang Kakak karna hanya Aussie yang Kala punya. Hanya Aussie Kakak satu-satu nya yang sedarah dengan Kala.
Bahkan terkadang Kala merasa jika Aussie amat sangat susah di hubungi, seperti artis dua juta followers yang kolom Chat nya di banjiri oleh pesan para fens. Ya meski Aussie memiliki pengikut lebih dari itu– tapi tetap saja!
Kala merasa Aussie sudah sangat berbeda. Kala bukan lagi prioritas nya seperti dulu. Sesaat sebelum kedua orang tua nya bercerai.
"Kala?"
Gadis itu menoleh saat pintu kamar nya terbuka secara tiba-tiba, menampakan Kirana yang berdiri di sana.
"Bunda pikir kamu belum pulang, kenapa gak bisa di hubungin. Kita jadi makan malam di luar tanpa kamu–"
"Kala berantem lagi?" Wanita itu mengusap lebam kebiruan di sudut bibir nya, "Kenapa kaya gini? Bunda udah bilang ya untuk—"
"Ini jatoh Bund, kalo berantem pasti bu Endah udah minta Bunda kesekolah kan?" Ia tersenyum kecil, menurunkan tangan Kirana dari wajah nya.
"Tadi pagi gak sengaja kebentur meja, masih ngantuk jadi gak hati-hati dia. Aku liat sendiri." Rona ikut menyahut, berdiri di sebelah Kirana. Mendukung kebohongan yang di ciptakan Kala. "Kenapa tadi gak dateng? Udah di tungguin juga,"
"Aku gak tau, aku aja tadi lupa gak bawa handpone ke sekolah."
"Idih, ada kali anak zaman sekarang kaya gini. Kamu tuh cocok nya jadi manusia purba."
"Ka Rona!" Kala mendengus kesal, ingin menerjang Rona namun tangan nya di tahan oleh Kirana. Wanita itu menyentuh kening sang anak.
"kamu demam. Badan kamu panas. makan, abis itu kita kedokter ya. Bunda udah minta tolong bu Asri untuk angetin makanan yang tadi di take away untuk kamu," Kirana berujar pelan, mengusap wajah Kala yang nampak pucat di mata nya.
"Buat apa kedoker, Bunda." Kala nampak menolak. "Keluarga kita sudah punya dokter hebat di sini."
Mata nya menatap Rona dengan sorot hangat. "Ka Rona pasti bisa buat aku sembuh kan?"
Rasa kesal yang tadi menumpuk pada Kala seketika hilang, Kala memang handal dalam merubah suasana hati. Seakan sebuah sumur yang berguna menghilangkan dahaga untuk Rona
Ia tertawa kecil, "Biar Dokter Rona yang merawat pasien Kala."
"Suster Kirana, bisa tolong ambilkan paracetamol?"
Wanita paru baya itu tersenyum simpul, mengikuti permainan yang di buat kedua nya. "Siap ibu dokter!"
Setelah nya ia pergi, mengambil apa yang di pinta Rona. Hingga tinggal Kala dan sang Kakak di sana.
"Papah marah kamu gak dateng tadi." Rona berujar tiba-tiba, "Bunda juga kelihatan sedikit kecewa. Tapi ketutup sama sifat ceria nya."
"Nanti kamu tidur sama aku, biar kejadain semalam gak ke ulang lagi. Luka kamu belum sembuh, jangan biarin Papah buat luka baru."
"Kenapa kamu baik?"
"Karna kamu adik aku." Jawab Rona tanpa beban. Menatap Kala dengan sorot penuh kehangatan.
Kapan Mba Aussie bilang hal itu juga ke aku? Kala juga adik mba kan.
~•~
Seperti apa yang Kala katakan semalam jika Rona adalah dokter terbaik yang ia punya, kini Tubuh nya sudah jauh lebih sehat. Luka di tubuh nya pun tak lagi memberikan rasa sakit hingga Kala bisa lebih leluasa bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
Teen FictionNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...