Begitu mendengar suara panggilan Daus dari luar di tengah malam buta, tentu saja membuat mereka bertiga ketakutan. Mereka berjejal di dalam tenda. Suara detak jantung mereka nyaris terdengar sangking berdempetan jarak mereka yang memenuhi tenda hanya berukuran 6 meter persegi tersebut.“Kok kita jadi takut begini, siapa tahu aja memang itu suara Daus,” ujar Darham setengah berbisik.
“Aduhh, sudah deh, Ham. Nanti kalau kita nggak diam-diam begini, Ujung-ujungnya yang muncul malah Hantu Bilau, selesai lah kita,” jawab Rahman. Darham pun memilih diam.
“Hehhh, baunya. Siapa yang kentut ini,” Rendy mengibas-ngibaskan tangannya karena bau busuk yang menyeruak. Rahman nampak cengengesan. Rendy dan Darham kemudian sibuk menutup hidung mereka.
“Aku daritadi sakit perut, kayaknya mau BAB tapi karena tengah malam makanya kutahan aja,” jelas dia. Rendy dan Darham diam saja.“Kayaknya suaranya sudah sepi, sepertinya Dausnya sudah nggak ada. Berarti memang itu hanya suara makhluk astral yang mau mengerjai kita,” tambah Rendy. Darham mengangguk.
“Malam ini kita tidur di satu tenda aja ya?” tawar Rahman. Rendy dan Darham tertawa pelan.“Ternyata kamu penakut juga ya, ya udah kami tidur disini, terus gimana cara kita tidur sedangkan ukuran tendanya nggak cukup,” jawab Rendy.
“Ya, nggak apa-apa, kita tidur duduk aja, lama-lama kalau capek pasti nyenyak juga kita tidurnya. Yang penting, kita jangan misah satu sama lain. Aku nggak mau lagi liat yang aneh-aneh,”pintanya.Mereka pun mulai menggelar selimut untuk dijadikan alas tidur, mereka nekat tidur bersesak-sesakan asalkan tetap bersama di satu tenda. Setiap salah satu dari mereka akan buang air kecil, maka semua akan menemani. Akhirnya, meski kelelahan mereka tertidur juga pada Pukul dua dinihari. Ketika bangun keesokan paginya, mata mereka masih merah dan bengkak, beberapa kali mereka masih menguap menahan kantuk.
“Hari ini kita kembali kerja ya, tapi pastikan pulangnya jangan malam-malam, dan usahakan dua tenda itu digabung jadi satu tenda aja, biar kita lebih leluasa tidurnya,” kata Rahman.
“Kamu itu ada-ada aja, Man. Memangnya kamu tahu caranya?” Rahman mengangguk.“Dinding tiap tenda dibolongin aja full hanya disatu sisi terus didempetkan, pasti bakal jadi satu tenda yang besar meski dengan atap yang berbeda,” Darham mengangguk saja dengan ide gila Rahman.
Seperti biasa, salah satu dari mereka mengambil air sungai untuk dijadikan air panas membuat kopi hitam baik untuk dihirup saat sarapan pagi maupun dibawa sebagai bekal mereka masuk ke dalam hutan. Setelahnya, Darham akan memasak nasi dan lauk secukupnya. Sepulang Rendy dari sungai, Rahman dan Darham nampak asik berbicara soal kerja mereka.
“Kemarin sudah jalur 20 berarti hari ini kita mulai dan pastikan sampai selesai di jalur satu ya, besok tinggal mulai mencicil jalur dua saja. Sebenarnya jika Daus masih ada, mungkin kita nggak bakalan keteteran begini. Tapi, nasib lah. Daus betul-betul menghilang dan tidak adalagi kembali untuk menyelesaikan tanggung jawabnya.
Setelah selesai membuat kopi, Rendy bergabung dengan mereka. Rahman tak sabaran menerima Kopi pahit hitam buatan Rendy. Serta merta dia menyeruputnya. Tak lama dia meludah beberapa kali ke tanah.
“Cuihhh .. owekkk .. kok aneh gini rasanya, kamu campurkan apa tadi diminuman ini, Ren?” Rendy kaget. Dan mulai menyeruput kopi yang ada di tangan Rahman.
Benar saja, rasa kopinya seperti aneh dan sangat berbau. Herannya, saat dia merebusnya tadi sama sekali tak ada bau tercium, makanya dia tenang-tenang saja menyelesaikan membuat air kopi buat Rahman dan Darham, tak lupa juga untuk dirinya.
“Kopi kamu begitu juga kah rasanya atau hanya punya Rahman saja yang rasanya aneh?” Rendy beralih mencoba meminum kopi yang ada di hadapan Darham. Tetap saja sama rasanya.
“Perasaan tadi waktu merebus airnya, nggak ada yang aneh begini. Rasanya baik-baik aja, ada apa ya dengan air sungai ini,” Rendy mulai membuang satu persatu kopi yang ada di gelas. Kemudian menggantinya dengan air yang ada di gerejen, merebus dan membuat kopi kembali.“Nahhh, ini baru pas rasanya. Kalau tadi kayak bau busuk gitu airnya. Lain kali nggak usah sudah ambil air disana, pakai aja dulu air di gerejen yang ada,” titah Rahman.
“Tapi itu air bekas kami survey sama Daus beberapa hari yang lalu dan tinggal sedikit saja, karen Darham harus pakai buat masak kan? Aku juga nggak menemukan air lagi selain di sungai samping sana,” tunjuk Rendy. Rahman menarik napas panjang.
Setelah meminum kopi dan sarapan, mereka pun siap kembali bekerja. Mereka memulai pekerjaan dengn sangat payah kali ini, sebab Rahman digigit kalajengking sehingga jalannya sudah mulai sempoyongan. Beruntung saja, diantara mereka selalu siaga dengan obat-obatan yang rutin dibawa di dalam tas ransel mereka.
Dengan meminum obat anti nyeri dan demam, Rahman pun akhirnya baikan. Jalur satu yang diharapkan selesai hari ini, tidak dengan kenyataannya. Mereka hanya mampu menyelesaikan sepuluh titik jalur saja, hari pun mulai gelap dan mereka kembali melakukan perjalanan menuju tenda.
Sepatu safety mereka begitu kotor, Darham berinisiatif mampir ke sungai, Rendy dan Rahman mengikuti dari belakang. Mereka pun melakukan hal yang sama.‘Sambil-sambil kita mencuci pakaian disini, airnya jernih dan rasanya itu segar sekali,” ujar Rahman sambil menghirup air sungai dengan antusias. Rendy pun mengikuti begitu juga dengan Darham.
Saat membilas pakaian, tak jauh dari tempat mereka. Mereka melihat sesuatu namun karena mulai gelap dan tidak terlihat, Rahman meminta Darham mengambil senter. Begitu senter diarahkan, mereka kompak berteriak. Di batang pohon nipah, terlihat seperti mayat orang tertelungkup menyangkut di sana. Dan Mereka tidak bisa melihatnya dengan jelas.
“Arggghhhhh .. itu manusia kan? Atau …,” suara Rahman tercekat. Rendy dan Darham melongo di tempatnya. Mereka nampak ketakutan.“Kamu dekati sana!!!” perintah Rahman kepada Rendy dan Darham.
Dengan wajah takut, terpaksa mereka menuruti kemauan pimpinan mereka ini. Meski teman kerja tapi jabatan lah yang membuat Rahman harus dituruti maunya. Rendy dan Darham mendekat perlahan. Rendy gemetaran ketika akan menyentuh mayat yang tengkurap tersebut.
“Tunggu, Ham. Apa kita yakin akan memegang ini tubuh orang, siapa tahu aja ini penampakan lagi, bisa mampus kita,” Darham mengurungkan niatnya.
Tapi teriakan Rahman membuat mereka mau tak mau harus maju dan melihat kembali mayat yang tidak kelihatan mukanya karena ikut tengkurap dengan tubuhnya.
Sangking takutnya, Rendy dan Darham memberi aba-aba dengan menghitung saat akan membalikkan tubuh yang mereka temukan di batang pohon tersebut. Pelan sekali mereka membaliknya, ketika tubuh tadi terbalik.
“Daussss … Daus … owekkk owekkk,” Rendy dan Darham kompak berteriak dan sepersekian detik, mereka berdua kompak pula mual dan muntah bersamaan.
Sebagian dada juga wajah Daus mulai hancur dan banyak belatung bergerak-gerak disana, Rendy yang melihatnya, antara sedih dan ingin muntah yang tidak bisa dia tahan. Bau busuk menyengat membuat mereka harus berusaha menahan napasnya.
“Rahman, kamu kesini.. ini Daus,” teriak Darham.Rahman berlari di air mendekat, tak lama dia pun kaget melihat penampakan Daus yang sudah menjadi mayat. Mereka bertiga bersama-sama mengangkat tubuh Daus ke sisi sungai. Ketika sudah sampai di pinggir sungai, mereka bertiga benar-benar muntah melihat nasib Daus yang sudah mereka temukan dalam keadaan tidak bernyawa lagi.
Setelah beberapa saat, mata Rendy tak berhenti menatap teman kerjanya itu dengan baik. Dia menyenggol Rahman dan Darham agar melihat kearah mayat Daus dengan baik.
“Baju yang dia pakai ini… baju hari kedua kami di Hutan waktu pertama kali survey.. Kalian masih ingat nggak? Dia kemarin waktu terakhir menghilang tidak pakai baju ini kan? Berarti … berarti Daus…,” Rendy belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Rahman memotongnya.“Berarti Daus sudah lama meninggal disini, terus yang ikut sama kamu kembali ke Basecamp beberapa hari yang lalu dan ikut kembali ke hutan ini, itu siapa?” Rendy tak mampu berkata-kata, pandangannya mulai mengabur dan dia langsung semaput, Pingsan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tragedi Hantu Bilau Hutan Kalimantan
HorrorRendy dan Daus partner kerja survey setiap perusahaan akan membuka lahan. Kali ini mereka ditugaskan di Hutan Kalimantan yang terkenal dengan kepercayaan sekitar suka menyesatkan orang. Dan sulit pulang kembali. Selama 3 hari di hutan, berbagai maca...