RedWolf

633 89 19
                                    


❗❗ Warning ❗❗

•bahasa kasar
•cerita hanya fiksi semata yang murni dari pikiran author
• tidak untuk ditiru
• credit pict form pinterest
•typo everywhere
• IT'S JUST FICTION!

•bahasa kasar•cerita hanya fiksi semata yang murni dari pikiran author• tidak untuk ditiru• credit pict form pinterest•typo everywhere• IT'S JUST FICTION!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Dikelas, selama itu juga Bagas diam. Ya walaupun di rumah juga saat bersama temannya anak itu seperti toa tahu bulat. Tapi di sekolah anak itu bagai es batu yang keluar dari kulkas, keras. Namun, ini tak biasanya.

"Lo ngapa si Gas? Diem mulu tumben abis dari kelas Kaivan. Ada masalah? " Tanya Chandra yg memang bangku mereka berdekatan.

"Tau, tumben ga ngereog" Timpal Leo.

"Gak tau juga gue. Rasanya gue kek aneh gak enak gitu" Jawab Bagas.

"Lo sakit? " Tanya Chandra lagi.

"Kalo gue sakit, gue gak mungkin bediri didepan lo Kodok Juma! " Sengit Bagas.

Leo pun mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bener, masih barbar, waras berarti"

"Anjing! "

Chandra dan leo pun tertawa meliat reaksi Bagas. Sedangkan sang empunya menatap malas kedua babu ga ada akhlak didepannya. Saat asyik tertawa tiba-tiba sang guru datang dan membuat mereka langsung duduk kembali ke tempat.

"Selamat pagi semua. Bawa barang-barang penting, kita ke Lab sekarang" Titah sang Guru.

.
.
.

Berbeda dengan kelas Bagas, kelas Theo pagi ini adalah jam Olahraga. Dengan baju olahraga warna putih dan celana training hitam bergaris putih. Theo duduk lesehan dilapangan basket dengan Jinan. Memang dua anak itu bagai surat dan prangko jika bersama.

"GUEE MAGEERRRI!! "

Pekikan disamping dua manusia lempeng itu menyita perhatian. Siapa lagi orang ketiga diantara mereka selain Mason. Manusia berpostur setinggi harapan orang tua itulah yang membuat persahabatan Theo, Jinan setidaknya tidak horor.

"Berisik! " Tegur Jinan yang memang kepalang lelah dengan ke randoman Mason.

"Aelah Jin. Gue tuh males kalo olahraga gini. Enak dikelas bisa tidur" Kata Mason sambil memonyongkan bibirnya.

Theo pun akhirnya menoyor kepala Mason. "Sekolah bukan buat tidur. Tumbenan juga lo ga manjat pohon kaya monyet"

Mason terkejut, terpeleset, terpelanting, lebay. Iya kaget dia. "The, gue seneng lo ngomong panjang ama gue. Tapi ga ngehujat juga anjing! " Sungut Mason.

"Sorry, tapi lonya emang paling bener dihujat" Kata Jinan.

"Kalo kata Bang jeevans 'Oasu!' "

WAY HOME - HUENINGKAI [Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang