karya : Sri Endah Setyo Rini
Sebungkus Teh Hangat merupakan salah satu cerita pendek yang ditulis oleh Sri Endah Setyo Rini. Sebungkus Teh Hangat sendiri bercerita tentang perjuangan para lansia pegunungan Kendeng untuk mempertahankan alam kampung mereka.Sri Endah Setyo Rini mengawali ceritanya dari tokoh yang bernama Ita, seorang mahasiswa Ilmu Keperawatan di salah satu perguruan tinggi di Semarang. Ita tergabung ke dalam sebuah organisasi daerah yaitu Ikatan Mahasiswa Pati. Ia begitu antusias untuk terjun langsung membantu masyarakat yang tengah kesusahan. Masyarakat pegunungan Kendeng. Sebuah pegunungan yang terletak di Pati bagian selatan daerah Sukolilo tersebut merupakan daerah sector pertanian terbesar di Kabupaten Pati, yang menjadi pemasok beras di daerah Pati. Kehidupan masyarakatnya terbilang makmur meskipun jauh dari perkotaan, penduduknya sangat rukun dan mementingkan solidaritas bersama.
Hingga kabar buruk sampai ditelinga masyarakat yaitu tentang adanya pembangunan pebrik semen. Banyak penduduk yang berpendapat bahwa pembangunan pabrik semen tersebut akan sangat merugikan warga di sekitar pegunungan Kendeng. Hal tersebut memancing masyarakat untuk melakukan orasi pemberontakan dengan dasar bahwa mereka tidak rela kalau tanah kelahirannya diajdikan pabrik semen dan dapat menghilangkan mata pencaharian. Masyarakat berpendapat bahwa pabrik semen tidak dapat menyerap semua petani sebagai pekerja pabrik, pembangunan pabrik semen berpotensi merusak lingkungan. Masyarakat ingin mewariskan keindahan alam mereka kepada anak cucu sebagaimana nenek moyang mewariskannya, lahan tanah yang subur yang menjadi teman hidup seorang petani. Masyarakat juga berpendapat bahwa pembangunan pabrik semen tidak sesuai dengan sloganmereka yaitu Pti Bumi Mina Tani bukan Pati Bumi Mina Semen
Gerakan jalan kaki dari Pati-Semarang dilakukannya pada Minggu pagi yang diiuti oleh sekitar 200 penduduk, hingga Selasa malam mereka sampai di Semarang. Tidak hanya warga Pati saja tapi juga dari daera lain yang bersimpati dalam gerakan Kendeng Menjemput Keadilan. Simpatik itu berdatangan karena kebanyakan warga yang mengikuti gerakan ini adalah penduduk lansia. Banyak bantuan dari masyarakat sekitar, berupa bantuan uang, makanan bahkan minuman. Kegigihan masyarakat yang didominasi oleh penduduk lansia yang menuntut sebuah keadilan, mereka dengan rela berjalan kaki sejauh itu. bahkan saat hujan melanda, kegigihan itu tidak turut jatuh. Melihat kondisi tersbut, Ita dan kawankawannya bergegas membuat beberapa bungkus the hangat, dengan ada sebungkus teh hangaat, Ita berharap dapat menghangatkan tubuh mereka didalam hujan.
Melihat realita yang terjadi dalam cerpen yang berjudul Sebungkus Teh Hangat karya Sri Endah Setyo Rini ini menggambarkan bahwa pemerintahan kita masih lebih berpihak kepada orang-orang yang menjadi kepala ekonomi di negeri ini. bagaimana jika realita itu dibalik? Pemerintah lebih mendengarkan suara rakyat. Daerah yang sudah unggul pada sektorpertaniannya mendapatkat perhatian penuh, pastinya masyarakat akan lebih sejahtera. Namun mirisnya adalah ketika gerakan tersbut didominasi oleh penduduk lansia, yang menjadi pertnyaan dimana kaum mudanya? Mereka lebih memilih hidup diperkotaan? Lalu jik memang begitu siapa yang akan disalahkan? Pemerintah lagi. Kesejahteraan daerah yang belum merata mengakibatkan kaum muda memilih untuk melanjutkan hidup di perkotaan. Tapi apakah benar-benar menjamin mendapatkan kesejahteraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
opini sastra Novel,Cerpen dan puisi
Romansaberisi sebuah gagasan atau pemikiran untuk menerangkan preferensi atau kecenderungan tertentu terhadap suatu hasil karya sastra. opini sastra novel yang pertama berjudul Perahu Kertas karya Dewi Lestari . Perahu Kertas adalah sebuah novel romansa re...